Diam & Dengarkan, Film Dokumenter yang Diisi Deretan Seleb Beken Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Film garapan rumah produksi Anatman Pictures ini dirilis pada 27 Juni lalu, dan bisa ditonton secara gratis di YouTube.
"Diam & Dengarkan" adalah film yang berfokus pada isu kesadaran lingkungan. Ceritanya dimulai saat Bumi mulai terbentuk hingga hari ini, dan bagaimana bumi menyikapi setiap kondisi yang terjadi.
Film yang juga disebut sebagai serial "Heal The World" ini terdiri dari enam segmen, dengan total durasi nyaris 1,5 jam.
Tiap segmennya diceritakan oleh para narator, yang diisi oleh seleb senior hingga muda, mulai dari Christine Hakim, Dennis Adhiswara, Arifin Putra, Eva Celia, Nadine Alexandra, dan Andien Aisyah.
Foto: YouTube Anatman Pictures
Pengerjaan film dokumenter ini dilakukan saat masa pandemi. Ini bikin Anatman Pictures harus menyiasatinya dengan menggunakan dokumen yang tersebar di publik, tapi pastinya tetap memperhatikan hak cipta karya yang dipakai.
Beberapa narasumber yang dihadirkan diwawancarai secara daring. Untuk pemilihan narasumber, Anatman meminta bantuan praktisi kesehatan holistik Reza Gunawan dan pendiri Burgreens, Max Mandians.
Pada segmen pertama, berjudul “Kiamat yang Tak Terhindarkan” dengan narator aktris Christine Hakim. Pada bagian ini diceritakan perjalanan kehidupan di Bumi sejak 4.5 miliar tahun yang lalu.
Yang menjadi fokus pada bagian ini adalah keberadaan manusia yang seolah menjadi pemilik Bumi, mengalahkan makhluk hidup lain yang sebenarnya jauh lebih dulu menghuni planet ini.
Foto: YouTube Anatman Pictures
Segmen kedua berjudul “Mens Sana In Corpore Sano” dan dinaratori Dennis Adhiswara. Bagian kedua menjelaskan korelasi antara kesehatan jiwa dan kesehatan raga yang sesungguhnya sangat erat kaitannya. Sayangnya, kita jarang menyadarinya.
Segmen ketiga berjudul “Kerajaan Plastik”, dinaratori Arifin Putra. Pada bagian ini, narator mengajak kita untuk memikirkan kembali tentang inovasi-inovasi yang dibuat oleh manusia.
Foto: YouTube Anatman Pictures
Inovasi-inovasi yang semula tujuannya baik bisa menjadi bumerang kalau kita gak bisa mengontrol diri dalam menyikapinya.
Misalnya, pembuatan plastik yang awalnya bertujuan untuk mengurangi penebangan hutan, sekarang justru menjadi bencana lingkungan untuk dunia.
Foto: YouTube Anatman Pictures
Bagian keempat berjudul “Air, Sumber (Gaya) Hidup” dan dinaratori oleh Eva Celia. Pada bagian ini, diceritakan tentang air yang identik dengan sumber kehidupan yang kini makin bergeser menjadi sumber gaya hidup.
Pada bagian ini, kita disajikan banyak data yang menunjukkan bahwa air yang kita kira gak terbatas, justru sangat terbatas.
Selain itu, juga ada data tentang konsumsi air yang dipakai untuk memproduksi produk-produk yang kita gunakan untuk memenuhi gaya hidup kita.
Pesan yang ingin disampaikan dalam bagian ini adalah tentang perubahan gaya hidup yang bisa berdampak besar bagi lingkungan.
Foto: Transmedia/YouTube Anatman Pictures
Bagian kelima berjudul “Ketuhanan yang Maha Esa” dan dinaratori oleh Nadine Alexandra. Pada bagian ini dipaparkan tentang pentingnya biodiversitas dalam kehidupan.
Pada bagian ini juga disinggung kondisi pendidikan di Indonesia yang kurang kontekstual dan cocok dengan kebutuhan hidup masyarakat di Indonesia.
Terakhir, bagian keenam berjudul “Samudera Cinta” dan dinaratori oleh Andien Aisyah. Pada bagian ini disinggung tentang hubungan antara tingkat kebahagiaan manusia dengan keberadaan uang.
Yang kadang dilupakan adalah bahwa hubungan ini gak melulu linear, ada satu titik saat uang ternyata gak lagi bikin manusia bahagia.
Melalui bagian terakhir ini, kita juga diajak untuk mendengarkan suara hati kita supaya kita bisa hidup dengan tenang di alam semesta.
Foto: YouTube Anatman Pictures
Dalam penutup dokumenter ini, kita diingatkan bahwa apa pun yang kita lakukan, sekecil apa pun itu, sengaja atau gak sengaja, akan berkontribusi pada efek bola salju yang sangat nyata untuk semesta.
Lewat pandemi ini, kita diminta untuk sejenak berhenti dan diam, mendengarkan suara hati masing-masing, dan bertindak dengan penuh kesadaran untuk memikirkan alam semesta, bukan cuma diri kita sendiri.
Selain membuat film dokumenter, Anatman Pictures juga meluncurkan situs web untuk gerakan "Diam & Dengarkan”. Gerakan ini bisa diikuti oleh siapa aja yang mau ikut menjaga lingkungan.
Di situs web tersebut juga ada rekomendasi film-film dokumenter yang masih berhubungan dengan isu-isu lingkungan. Film-film dokumenternya juga bisa ditonton gratis.
Kamu bisa menonton film dokumenter "Diam & Dengarkan" di sini . Untuk situs webnya, klik di sini .
Iffah Sulistyawati Hartana
Kontributor GenSINDO
Institut Teknologi Bandung
Instagram: @iffahshrtn
"Diam & Dengarkan" adalah film yang berfokus pada isu kesadaran lingkungan. Ceritanya dimulai saat Bumi mulai terbentuk hingga hari ini, dan bagaimana bumi menyikapi setiap kondisi yang terjadi.
Film yang juga disebut sebagai serial "Heal The World" ini terdiri dari enam segmen, dengan total durasi nyaris 1,5 jam.
Tiap segmennya diceritakan oleh para narator, yang diisi oleh seleb senior hingga muda, mulai dari Christine Hakim, Dennis Adhiswara, Arifin Putra, Eva Celia, Nadine Alexandra, dan Andien Aisyah.
Foto: YouTube Anatman Pictures
Pengerjaan film dokumenter ini dilakukan saat masa pandemi. Ini bikin Anatman Pictures harus menyiasatinya dengan menggunakan dokumen yang tersebar di publik, tapi pastinya tetap memperhatikan hak cipta karya yang dipakai.
Beberapa narasumber yang dihadirkan diwawancarai secara daring. Untuk pemilihan narasumber, Anatman meminta bantuan praktisi kesehatan holistik Reza Gunawan dan pendiri Burgreens, Max Mandians.
Pada segmen pertama, berjudul “Kiamat yang Tak Terhindarkan” dengan narator aktris Christine Hakim. Pada bagian ini diceritakan perjalanan kehidupan di Bumi sejak 4.5 miliar tahun yang lalu.
Yang menjadi fokus pada bagian ini adalah keberadaan manusia yang seolah menjadi pemilik Bumi, mengalahkan makhluk hidup lain yang sebenarnya jauh lebih dulu menghuni planet ini.
Foto: YouTube Anatman Pictures
Segmen kedua berjudul “Mens Sana In Corpore Sano” dan dinaratori Dennis Adhiswara. Bagian kedua menjelaskan korelasi antara kesehatan jiwa dan kesehatan raga yang sesungguhnya sangat erat kaitannya. Sayangnya, kita jarang menyadarinya.
Segmen ketiga berjudul “Kerajaan Plastik”, dinaratori Arifin Putra. Pada bagian ini, narator mengajak kita untuk memikirkan kembali tentang inovasi-inovasi yang dibuat oleh manusia.
Foto: YouTube Anatman Pictures
Inovasi-inovasi yang semula tujuannya baik bisa menjadi bumerang kalau kita gak bisa mengontrol diri dalam menyikapinya.
Misalnya, pembuatan plastik yang awalnya bertujuan untuk mengurangi penebangan hutan, sekarang justru menjadi bencana lingkungan untuk dunia.
Foto: YouTube Anatman Pictures
Bagian keempat berjudul “Air, Sumber (Gaya) Hidup” dan dinaratori oleh Eva Celia. Pada bagian ini, diceritakan tentang air yang identik dengan sumber kehidupan yang kini makin bergeser menjadi sumber gaya hidup.
Pada bagian ini, kita disajikan banyak data yang menunjukkan bahwa air yang kita kira gak terbatas, justru sangat terbatas.
Selain itu, juga ada data tentang konsumsi air yang dipakai untuk memproduksi produk-produk yang kita gunakan untuk memenuhi gaya hidup kita.
Pesan yang ingin disampaikan dalam bagian ini adalah tentang perubahan gaya hidup yang bisa berdampak besar bagi lingkungan.
Foto: Transmedia/YouTube Anatman Pictures
Bagian kelima berjudul “Ketuhanan yang Maha Esa” dan dinaratori oleh Nadine Alexandra. Pada bagian ini dipaparkan tentang pentingnya biodiversitas dalam kehidupan.
Pada bagian ini juga disinggung kondisi pendidikan di Indonesia yang kurang kontekstual dan cocok dengan kebutuhan hidup masyarakat di Indonesia.
Terakhir, bagian keenam berjudul “Samudera Cinta” dan dinaratori oleh Andien Aisyah. Pada bagian ini disinggung tentang hubungan antara tingkat kebahagiaan manusia dengan keberadaan uang.
Yang kadang dilupakan adalah bahwa hubungan ini gak melulu linear, ada satu titik saat uang ternyata gak lagi bikin manusia bahagia.
Melalui bagian terakhir ini, kita juga diajak untuk mendengarkan suara hati kita supaya kita bisa hidup dengan tenang di alam semesta.
Foto: YouTube Anatman Pictures
Dalam penutup dokumenter ini, kita diingatkan bahwa apa pun yang kita lakukan, sekecil apa pun itu, sengaja atau gak sengaja, akan berkontribusi pada efek bola salju yang sangat nyata untuk semesta.
Lewat pandemi ini, kita diminta untuk sejenak berhenti dan diam, mendengarkan suara hati masing-masing, dan bertindak dengan penuh kesadaran untuk memikirkan alam semesta, bukan cuma diri kita sendiri.
Selain membuat film dokumenter, Anatman Pictures juga meluncurkan situs web untuk gerakan "Diam & Dengarkan”. Gerakan ini bisa diikuti oleh siapa aja yang mau ikut menjaga lingkungan.
Di situs web tersebut juga ada rekomendasi film-film dokumenter yang masih berhubungan dengan isu-isu lingkungan. Film-film dokumenternya juga bisa ditonton gratis.
Kamu bisa menonton film dokumenter "Diam & Dengarkan" di sini . Untuk situs webnya, klik di sini .
Iffah Sulistyawati Hartana
Kontributor GenSINDO
Institut Teknologi Bandung
Instagram: @iffahshrtn
(ita)