CERMIN: Impian Amerika dari Mata Adam Neumann
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tahun 2005. Saya memutuskan merantau ke Jakarta. Meninggalkan impian menjadi dokter. Tanpa restu orang tua. Tanpa bekal yang cukup. Hanya impian dan harapan.
Lambat tapi pasti, saya bertemu kenyataan: ternyata impian dan harapan saja tak cukup. Tinggal di kota besar jelas butuh banyak hal. Termasuk jejaring untuk memperluas jangkauan bisnis. Untuk melebarkan sayap menjangkau lebih banyak kesempatan. Juga energi yang tak ada habisnya.
Adam Neumann hanya setahun lebih muda dari saya. Ia merantau jauh dari Israel ke Amerika Serikat pada 2001. Ia tiba di New York, kota yang belum lagi pulih dari serangan terorisme. Di tengah kota yang masih luluh lantak dan belum padam oleh kebencian akan pendatang, Adam optimistis. Ia datang dengan satu impian jelas: ingin menjadi kaya. Adam percaya New York adalah tempat bertemunya kesempatan.
Seperti perantau pada umumnya, Adam berjuang keras. Bahkan gila-gilaan. Dalam buku The Cult of We: WeWork, Adam Neumann and the Great Startup Delusion karya Eliott Brown dan Maureen Farrell, dikisahkan bahwa Adam percaya bahwa ia menemukan kembali pakaian bayi pada 2006. Ia bekerja keras mewujudkan visinya.
Foto: Apple TV
Ia melanglang buana hingga ke China untuk bertemu produsen dan menghabiskan waktu ribuan jam untuk bertemu calon investor. Bisa jadi Adam adalah bagian dari jutaan orang yang percaya dengan “American Dream”. Kepercayaan itu lantas menggerakkan seluruh sendi-sendi hidupnya dan mengisi seluruh sel dalam tubuhnya. Energinya berasal dari sana.
Saya ingat salah satu karakter dalam novel Gorky Park. Seorang gadis Siberia yang rela menjual tubuhnya kepada seseorang yang membunuh sahabatnya hanya demi satu tujuan: agar ia bisa pindah ke Amerika Serikat. Baginya Amerika adalah masa depan.
Adam melakukan hal yang setara dengan yang dilakukan gadis itu: meminjam uang ke adiknya, juga meminjam uang USD100 ribu dari neneknya, untuk membangun kerajaan impiannya. Adam sebagaimana gadis itu percaya risiko yang diambil akan setara dengan hasil yang didapatkan.
Kisah Adam dan istrinya, Rebekah, dalam serial WeCrasheddi Apple TV, tak sesederhana kisah tentang impian dan harapan. Ini juga tentang ambisi dan kekuasaan dan cinta yang melingkar di tengah-tengahnya. Riuh, problematik, sesekali romantik.
Foto: Apple TV
Kisah cinta Adam dan Rebekah bernilai USD47 miliar, valuasi yang disematkan atas WeWork berkat kegemilangannya meraih investor demi investor termasuk super investor bernama Softbank.
Dengan tampilan eklektik, aksen yang terdengar seksi bagi sebagian orang dan karisma yang tak pernah berusaha ditutupinya, Adam memang jadi magnet bagi sebagian orang. Mungkin ketika saya bertemu Adam, saya pun mudah dibuat terpukau dan berinvestasi pada apa pun yang ingin dia buat. Belum ada catatan publik yang saya dapatkan soal apakah ada orang Indonesia yang sempat berinvestasi pada WeWork, perusahaan rintisan berbagi ruang kerja itu.
Baca Juga: CERMIN: Harta, Tangga dan Cinta
Sebelum menjadi impian dan harapan, pada awalnya adalah ide. Sebagai sesama entrepreneur, saya juga percaya pada kekuatan ide, sebagaimana Adam. Bagaimana potensi ide dimaksimalkan mencapai kapasitas terbaiknya. Tak ada yang menyangka ide sederhana berbagi ruang kerja ini bisa dinilai setara dengan puluhan miliar dolar, bukan?
Kisah Adam membangun bisnisnya sama chaotic-nya dengan caranya membangun rumah tangganya dengan Rebekah. Adam menyampurbaurkan bisnis dengan cinta dan membuatnya semuanya serbakabur. Adam juga menyampurbaurkan bisnis dan kesenangan sehingga susah untuk menarik garis di antaranya. Dan kita pun melihat dari kabur akan menjadi gelap dan garis itu akan hilang lenyap tak tersisa.
Foto: Apple TV
Uang selalu bisa jadi sumber malapetaka terbesar. Dengan kekuasaan yang dimilikinya, Adam tampil selayaknya nabi baru. Dengan Ambisi yang ditulis dengan huruf A besar, ambisi memang seringkali membutakan mata dan Adam tak lagi melihatnya. Ia menolak melihatnya dan memilih menggunakan kacamata hitam. Tak sekadar menjadi pelindung, kacamata itu juga membuatnya menolak melihat kenyataan.
Baca Juga: 12 Drama Korea Tema Balas Dendam Terbaik dengan Rating Tertinggi
Tapi apa itu ambisi? “Ambisi itu seperti air laut, semakin Anda meminumnya, semakin Anda haus,“ kata filsuf Jerman, Karl Robert Eduard von Hartmann. Napoleon Bonaparte juga punya pemikiran menarik tentang ambisi. “Ambisi besar adalah hasrat dari sebuah karakter hebat. Mereka yang diberkati dengan hasrat tersebut dapat melakukan tindakan yang sangat baik atau sangat buruk. Semua bergantung pada prinsip yang mengarahkan mereka.”
Semuanya berawal dari ide dan berakhir pada prinsip. Mungkin pada akhirnya Adam mesti mengakui bahwa ia tak punya prinsip yang tegas dalam menjalankan idenya. Dan kita selalu bisa belajar dan Adam, juga Rebekah. Bahwa bisnis dan cinta bukanlah kombinasi terbaik. Terlebih jika menjadi pertaruhan dari bisnis senilai USD47 miliar.
WECRASHED
Produser: Drew Crevello, Lee Eisenberg
Sutradara: Glenn Ficarra, John Requa, Cory Finley, Tinge Krishnan, Shari Springer Berman, Robert Pulcini
Penulis Skenario: Eleanor Burgess, Drew Crevello, Lee Eisenberg, Zenzele Price, Eva Anderson, Elissa Karasik, Mark Stasenko
Pemain: Jared Leto, Anne Hathaway, Kyle Marvin
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
Lambat tapi pasti, saya bertemu kenyataan: ternyata impian dan harapan saja tak cukup. Tinggal di kota besar jelas butuh banyak hal. Termasuk jejaring untuk memperluas jangkauan bisnis. Untuk melebarkan sayap menjangkau lebih banyak kesempatan. Juga energi yang tak ada habisnya.
Adam Neumann hanya setahun lebih muda dari saya. Ia merantau jauh dari Israel ke Amerika Serikat pada 2001. Ia tiba di New York, kota yang belum lagi pulih dari serangan terorisme. Di tengah kota yang masih luluh lantak dan belum padam oleh kebencian akan pendatang, Adam optimistis. Ia datang dengan satu impian jelas: ingin menjadi kaya. Adam percaya New York adalah tempat bertemunya kesempatan.
Seperti perantau pada umumnya, Adam berjuang keras. Bahkan gila-gilaan. Dalam buku The Cult of We: WeWork, Adam Neumann and the Great Startup Delusion karya Eliott Brown dan Maureen Farrell, dikisahkan bahwa Adam percaya bahwa ia menemukan kembali pakaian bayi pada 2006. Ia bekerja keras mewujudkan visinya.
Foto: Apple TV
Ia melanglang buana hingga ke China untuk bertemu produsen dan menghabiskan waktu ribuan jam untuk bertemu calon investor. Bisa jadi Adam adalah bagian dari jutaan orang yang percaya dengan “American Dream”. Kepercayaan itu lantas menggerakkan seluruh sendi-sendi hidupnya dan mengisi seluruh sel dalam tubuhnya. Energinya berasal dari sana.
Saya ingat salah satu karakter dalam novel Gorky Park. Seorang gadis Siberia yang rela menjual tubuhnya kepada seseorang yang membunuh sahabatnya hanya demi satu tujuan: agar ia bisa pindah ke Amerika Serikat. Baginya Amerika adalah masa depan.
Adam melakukan hal yang setara dengan yang dilakukan gadis itu: meminjam uang ke adiknya, juga meminjam uang USD100 ribu dari neneknya, untuk membangun kerajaan impiannya. Adam sebagaimana gadis itu percaya risiko yang diambil akan setara dengan hasil yang didapatkan.
Kisah Adam dan istrinya, Rebekah, dalam serial WeCrasheddi Apple TV, tak sesederhana kisah tentang impian dan harapan. Ini juga tentang ambisi dan kekuasaan dan cinta yang melingkar di tengah-tengahnya. Riuh, problematik, sesekali romantik.
Foto: Apple TV
Kisah cinta Adam dan Rebekah bernilai USD47 miliar, valuasi yang disematkan atas WeWork berkat kegemilangannya meraih investor demi investor termasuk super investor bernama Softbank.
Dengan tampilan eklektik, aksen yang terdengar seksi bagi sebagian orang dan karisma yang tak pernah berusaha ditutupinya, Adam memang jadi magnet bagi sebagian orang. Mungkin ketika saya bertemu Adam, saya pun mudah dibuat terpukau dan berinvestasi pada apa pun yang ingin dia buat. Belum ada catatan publik yang saya dapatkan soal apakah ada orang Indonesia yang sempat berinvestasi pada WeWork, perusahaan rintisan berbagi ruang kerja itu.
Baca Juga: CERMIN: Harta, Tangga dan Cinta
Sebelum menjadi impian dan harapan, pada awalnya adalah ide. Sebagai sesama entrepreneur, saya juga percaya pada kekuatan ide, sebagaimana Adam. Bagaimana potensi ide dimaksimalkan mencapai kapasitas terbaiknya. Tak ada yang menyangka ide sederhana berbagi ruang kerja ini bisa dinilai setara dengan puluhan miliar dolar, bukan?
Kisah Adam membangun bisnisnya sama chaotic-nya dengan caranya membangun rumah tangganya dengan Rebekah. Adam menyampurbaurkan bisnis dengan cinta dan membuatnya semuanya serbakabur. Adam juga menyampurbaurkan bisnis dan kesenangan sehingga susah untuk menarik garis di antaranya. Dan kita pun melihat dari kabur akan menjadi gelap dan garis itu akan hilang lenyap tak tersisa.
Foto: Apple TV
Uang selalu bisa jadi sumber malapetaka terbesar. Dengan kekuasaan yang dimilikinya, Adam tampil selayaknya nabi baru. Dengan Ambisi yang ditulis dengan huruf A besar, ambisi memang seringkali membutakan mata dan Adam tak lagi melihatnya. Ia menolak melihatnya dan memilih menggunakan kacamata hitam. Tak sekadar menjadi pelindung, kacamata itu juga membuatnya menolak melihat kenyataan.
Baca Juga: 12 Drama Korea Tema Balas Dendam Terbaik dengan Rating Tertinggi
Tapi apa itu ambisi? “Ambisi itu seperti air laut, semakin Anda meminumnya, semakin Anda haus,“ kata filsuf Jerman, Karl Robert Eduard von Hartmann. Napoleon Bonaparte juga punya pemikiran menarik tentang ambisi. “Ambisi besar adalah hasrat dari sebuah karakter hebat. Mereka yang diberkati dengan hasrat tersebut dapat melakukan tindakan yang sangat baik atau sangat buruk. Semua bergantung pada prinsip yang mengarahkan mereka.”
Semuanya berawal dari ide dan berakhir pada prinsip. Mungkin pada akhirnya Adam mesti mengakui bahwa ia tak punya prinsip yang tegas dalam menjalankan idenya. Dan kita selalu bisa belajar dan Adam, juga Rebekah. Bahwa bisnis dan cinta bukanlah kombinasi terbaik. Terlebih jika menjadi pertaruhan dari bisnis senilai USD47 miliar.
WECRASHED
Produser: Drew Crevello, Lee Eisenberg
Sutradara: Glenn Ficarra, John Requa, Cory Finley, Tinge Krishnan, Shari Springer Berman, Robert Pulcini
Penulis Skenario: Eleanor Burgess, Drew Crevello, Lee Eisenberg, Zenzele Price, Eva Anderson, Elissa Karasik, Mark Stasenko
Pemain: Jared Leto, Anne Hathaway, Kyle Marvin
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
(ita)