Juvenile Justice, 6 Alasan Kamu Wajib Nonton Drama Korea Terbaru Netflix Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Netflix kembali merilis drama Korea dengan premis cerita yang tidak biasa, yaitu tentang hakim anak, tapi sangat membenci para pelaku kriminal remaja.
Juvenile Justice baru dirilis pada 25 Februari lalu dengan penayangan 10 episode sekaligus. Drama ini dibintangi oleh empat aktris dan aktor yang lebih populer di dunia perfilman dibanding televisi, yaitu Kim Hye-soo, Kim Mu-yeol, Lee Sung-min, dan Lee Jung-eun. Yang disebut terakhir adalah pemeran asisten rumah tangga dalam film peraih Piala Oscar Parasite.
Juvenile Justice bercerita tentang Shim Eun-seok (Kim Hye-soo), hakim anak yang baru saja dipindahkan ke pengadilan anak di distrik Yeonhwa. Di sana, ia bekerja sama dengan hakim anak yang lebih muda darinya, Cha Tae-joo (Kim Mu-yeol).
Keduanya dipimpin oleh hakim ketua Kang Won-joong (Lee Sung-min) yang tegas dan temperamental, tapi sebenarnya baik. Woon-joong punya reputasi yang bagus sepanjang kariernya sebagai hakim selama 22 tahun.
Dengan genre drama hukum tanpa selipan komedi, juga deretan para pemain senior, Juvenile Justice memang terkesan 'serius' dan 'berat'. Namun serial garapan sutradara Hong Jong-chan ini tak lantas tenggelam di antaranya drama on going yang lebih populer seperti Twenty-Five Twenty-One, Forecasting Love and Weather, dan Thirty-Nine.
Serial ini kini tengah jadi bahan pembicaraan di media sosial. Di situs web Flix Patrol, namanya juga sudah muncul dalam 10 besar serial Netflix yang paling banyak ditonton di dunia, yaitu di urutan ke-10, sejak 27 Februari kemarin.
Nah, buat kamu yang sedang mencari tontonan saat hari libur, ini beberapa alasan kamu sebaiknya menonton Juvenile Justice sekarang juga.
1. Kisah Unik tentang Hakim Anak yang Benci Anak-Anak, tapi Tetap Bisa Adil
Foto: Netflix
Apa jadinya kalau kamu harus punya simpati yang berlebih pada para kriminal remaja, padahal kamu sudah bertahun-tahun menjadi pembenci para kriminal tersebut?
Dalam episode pertama Juvenile Justice, penonton akan dibuat kaget karena motivasi Hakim Shim menjadi hakim anak adalah karena dia membenci mereka. Dalam adegan lainnya, ia diperlihatkan langsung menuduh seorang remaja mantan kriminal sebagai pencuri. Padahal sebagai hakim anak, harusnya dia bisa berempati dengan bertanya terlebih dahulu sebelum main tuduh.
Dalam adegan tersebut, sang remaja bahkan sampai menangis sambil bersumpah bahwa ia tidak mencuri, tapi Hakim Shim tetap saja berwajah dingin dan yakin bahwa remaja itu telah mencuri.
Namun seiring cerita berkembang, penonton akan mengetahui bahwa cara kerja Hakim Shim memang berbeda. Meski kelihatannya kejam, dan membenci kriminal remaja, tapi dia tetap mampu memberikan keputusan hukum yang adil bagi para kriminal remaja tersebut.
2. Kisah Kasus-Kasus Kriminal Remaja yang Mengerikan, Diangkat dari Kisah Nyata
Foto: Netflix
Juvenile Justice tak hanya menampilkan kasus kenakalan remaja biasa, tapi juga kasus-kasus kriminal mengerikan, seperti pembunuhan dan mutilasi yang dilakukan para remaja di bawah 17 tahun. Ada juga kasus prostitusi hingga penganiayaan berat.
Karena mengangkat kasus-kasus tersebut, Juvenile Justice pun tak ragu menampilkan adegan-adegan eksplisit yang mengerikan, seperti penganiayaan, perisakan berat, hingga melukai diri sendiri. Tak heran, Netflix melabeli serial ini dengan rating 18+.
Untuk episode pertamanya, drama ini mengangkat kasus yang terinspirasi dari kisah nyata pembunuhan seorang anak yang dilakukan remaja. Tak hanya membunuh, remaja tersebut juga menculik dan memutilasi anak tak berdosa tersebut.
Kasus ini diambil dari kisah nyata yang terjadi pada 2017 lalu, saat seorang remaja perempuan putus sekolah berusia 17 tahun membunuh seorang anak berusia 8 tahun.
Baca Juga: 9 Hal yang Fakta dan Fiksi dalam Inventing Anna, Serial tentang Sosialita Palsu
Kisah lainnya yang diadaptasi dari kisah nyata di Korea Selatan adalah kasus dibocorkannya kunci jawaban ujian SMA dan perisakan oleh para siswi di sekolah. Kasus lainnya adalah siswa yang cedera berat setelah kejatuhan batu bata yang sengaja dijatuhkan siswa lainnya dari atas demi menarik perhatian orang tua pelaku.
Episode-episode ini akan menunjukkan bahwa para remaja ternyata juga bisa melakukan kejahatan yang sangat mengerikan, yang mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh kebanyakan orang.
3. Gambaran Dilema dan Beratnya Menjadi Hakim Anak
Foto: Netflix
Juvenile Justice berkali-kali memberikan pengetahuan kepada penonton tentang jalannya sistem pengadilan anak di Korea Selatan. Misalnya adalah adanya dua kategori dalam menilai kasus yang masuk, yaitu kasus perlindungan anak dan kasus tindak pidana anak.
Kasus yang pertama umumnya hanya membuat pelaku masuk ke semacam program pembinaan dengan pengawasan ketat. Sementara yang kedua bisa berakhir sama, tapi juga bisa berujung dipenjara.
Untuk memberi keputusan tiap kasus, hakim harus benar-benar melihat secara adil. Ini karena kebanyakan pelaku kriminal remaja sebenarnya adalah korban dari kelalaian keluarga dalam mengasuh anaknya.
Meski begitu, ini juga tidak bisa jadi alasan memaklumi perilaku jahat para remaja. Artinya, mereka harus dihukum atas fakta bahwa mereka telah secara sadar melakukan kejahatan tersebut.
Pada masa-masa inilah hakim mesti benar-benar jernih dalam melihat masalah, dan inilah hal rumit yang mesti dijalani setiap hari oleh Hakim Shim dan Hakim Cha.
Tak cuma itu, tugas mereka juga tak berakhir saat sidang selesai. Mereka harus tetap mengurusi hidup para pelaku yang kasusnya mereka tangani. Mereka harus memantau perkembangan sang pelaku, juga membantu mencari solusi saat mereka kembali bermasalah, atau saat mereka menjadi korban kejahatan. Hal-hal inilah yang sangat menguras emosi para hakim.
4. Bentrok Nilai Hakim Shim dan Hakim Cha
Foto: Netflix
Dalam hal menghadapi para pelaku kriminal remaja, Hakim Shim dan Hakim Cha punya prinsip yang bertolak belakang.
Hakim Shim sangat dingin dan nyaris tanpa perasaan saat menghadapi para pelaku. Sementara Hakim Cha sangat berempati, sabar, dan penuh kasih sayang. Keduanya kerap bentrok saat bekerja sama, tapi justru perbedaan ini yang akhirnya membuat mereka saling mengisi dan memengaruhi cara kerja masing-masing.
Perlahan-lahan, penonton juga akan diberitahu latar belakang prinsip kerja yang dianut oleh kedua hakim. Siap-siap terharu jika kamu sudah sampai pada tahap pembongkaran latar belakang dan hal-hal yang terkait dengannya.
5. Sisi Gelap Cara Kerja Hakim dan Masyarakat Korea
Foto: Netflix
Seperti layaknya beberapa serial Netflix, Juvenile Justice juga akan mengungkap beberapa sisi gelap masyarakat Korea. Misalnya sistem pendidikan yang terlalu berorientasi pada kompetisi, hingga cara kerja hakim yang "asal cepat selesai karena banyak kasus lain yang menunggu".
Serial ini juga menggambarkan betapa beratnya kerja seorang hakim anak, karena Hakim Shim dan Hakim Cha selalu digambarkan kerja hingga tengah malam, bahkan tetap bekerja meski sudah di rumah.
Satu hal lagi, penonton juga akan diberikan gambaran pahit bahwa hakim dengan integritas tinggi bisa saja tergelincir karena satu kesalahan kecil. Ini akan jadi salah satu momen paling pahit sekaligus paling mengharukan yang muncul setelah paruh pertama serial ini berjalan.
6. Akting yang Bikin Takut
Foto: Netflix
Ketika pertama kali melihat Kim Hye-soo sebagai Hakim Shim, bisa jadi penonton akan takut melihatnya karena aktingnya yang sangat menakjubkan. Sosok hakim yang cerdas, sangat dingin, blak-blakan, sekaligus tegas sangat tergambar dalam 15 menit pertama serial ini.
Baca Juga: 6 Film Anime Romance yang Wajib Kamu Tonton Sekali Seumur Hidup
Aktris berusia 51 tahun ini memang sudah lama dikenal dengan kemampuan aktingnya yang sangat luas dan diatas rata-rata. Pada 1987, ia bahkan sudah mendapat predikat aktris baru terbaik dalam 23rd Baeksang Arts Awards.
Sudah tak terhitung lagi penghargaan yang diperolehnya sebagai aktris terbaik dari berbagai penghargaan bergengsi dan dari berbagai peran. Beberapa filmnya yang populerantara lain Tazza: The High Rollers (2006), The Thieves (2012), Coin Locker Girl (2015), dan Familyhood (2016).
Sementara drama televisi yang dibintanginya adalah Signal (2016) dan Hyena (2020).
Juvenile Justice baru dirilis pada 25 Februari lalu dengan penayangan 10 episode sekaligus. Drama ini dibintangi oleh empat aktris dan aktor yang lebih populer di dunia perfilman dibanding televisi, yaitu Kim Hye-soo, Kim Mu-yeol, Lee Sung-min, dan Lee Jung-eun. Yang disebut terakhir adalah pemeran asisten rumah tangga dalam film peraih Piala Oscar Parasite.
Juvenile Justice bercerita tentang Shim Eun-seok (Kim Hye-soo), hakim anak yang baru saja dipindahkan ke pengadilan anak di distrik Yeonhwa. Di sana, ia bekerja sama dengan hakim anak yang lebih muda darinya, Cha Tae-joo (Kim Mu-yeol).
Keduanya dipimpin oleh hakim ketua Kang Won-joong (Lee Sung-min) yang tegas dan temperamental, tapi sebenarnya baik. Woon-joong punya reputasi yang bagus sepanjang kariernya sebagai hakim selama 22 tahun.
Dengan genre drama hukum tanpa selipan komedi, juga deretan para pemain senior, Juvenile Justice memang terkesan 'serius' dan 'berat'. Namun serial garapan sutradara Hong Jong-chan ini tak lantas tenggelam di antaranya drama on going yang lebih populer seperti Twenty-Five Twenty-One, Forecasting Love and Weather, dan Thirty-Nine.
Serial ini kini tengah jadi bahan pembicaraan di media sosial. Di situs web Flix Patrol, namanya juga sudah muncul dalam 10 besar serial Netflix yang paling banyak ditonton di dunia, yaitu di urutan ke-10, sejak 27 Februari kemarin.
Nah, buat kamu yang sedang mencari tontonan saat hari libur, ini beberapa alasan kamu sebaiknya menonton Juvenile Justice sekarang juga.
1. Kisah Unik tentang Hakim Anak yang Benci Anak-Anak, tapi Tetap Bisa Adil
Foto: Netflix
Apa jadinya kalau kamu harus punya simpati yang berlebih pada para kriminal remaja, padahal kamu sudah bertahun-tahun menjadi pembenci para kriminal tersebut?
Dalam episode pertama Juvenile Justice, penonton akan dibuat kaget karena motivasi Hakim Shim menjadi hakim anak adalah karena dia membenci mereka. Dalam adegan lainnya, ia diperlihatkan langsung menuduh seorang remaja mantan kriminal sebagai pencuri. Padahal sebagai hakim anak, harusnya dia bisa berempati dengan bertanya terlebih dahulu sebelum main tuduh.
Dalam adegan tersebut, sang remaja bahkan sampai menangis sambil bersumpah bahwa ia tidak mencuri, tapi Hakim Shim tetap saja berwajah dingin dan yakin bahwa remaja itu telah mencuri.
Namun seiring cerita berkembang, penonton akan mengetahui bahwa cara kerja Hakim Shim memang berbeda. Meski kelihatannya kejam, dan membenci kriminal remaja, tapi dia tetap mampu memberikan keputusan hukum yang adil bagi para kriminal remaja tersebut.
2. Kisah Kasus-Kasus Kriminal Remaja yang Mengerikan, Diangkat dari Kisah Nyata
Foto: Netflix
Juvenile Justice tak hanya menampilkan kasus kenakalan remaja biasa, tapi juga kasus-kasus kriminal mengerikan, seperti pembunuhan dan mutilasi yang dilakukan para remaja di bawah 17 tahun. Ada juga kasus prostitusi hingga penganiayaan berat.
Karena mengangkat kasus-kasus tersebut, Juvenile Justice pun tak ragu menampilkan adegan-adegan eksplisit yang mengerikan, seperti penganiayaan, perisakan berat, hingga melukai diri sendiri. Tak heran, Netflix melabeli serial ini dengan rating 18+.
Untuk episode pertamanya, drama ini mengangkat kasus yang terinspirasi dari kisah nyata pembunuhan seorang anak yang dilakukan remaja. Tak hanya membunuh, remaja tersebut juga menculik dan memutilasi anak tak berdosa tersebut.
Kasus ini diambil dari kisah nyata yang terjadi pada 2017 lalu, saat seorang remaja perempuan putus sekolah berusia 17 tahun membunuh seorang anak berusia 8 tahun.
Baca Juga: 9 Hal yang Fakta dan Fiksi dalam Inventing Anna, Serial tentang Sosialita Palsu
Kisah lainnya yang diadaptasi dari kisah nyata di Korea Selatan adalah kasus dibocorkannya kunci jawaban ujian SMA dan perisakan oleh para siswi di sekolah. Kasus lainnya adalah siswa yang cedera berat setelah kejatuhan batu bata yang sengaja dijatuhkan siswa lainnya dari atas demi menarik perhatian orang tua pelaku.
Episode-episode ini akan menunjukkan bahwa para remaja ternyata juga bisa melakukan kejahatan yang sangat mengerikan, yang mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh kebanyakan orang.
3. Gambaran Dilema dan Beratnya Menjadi Hakim Anak
Foto: Netflix
Juvenile Justice berkali-kali memberikan pengetahuan kepada penonton tentang jalannya sistem pengadilan anak di Korea Selatan. Misalnya adalah adanya dua kategori dalam menilai kasus yang masuk, yaitu kasus perlindungan anak dan kasus tindak pidana anak.
Kasus yang pertama umumnya hanya membuat pelaku masuk ke semacam program pembinaan dengan pengawasan ketat. Sementara yang kedua bisa berakhir sama, tapi juga bisa berujung dipenjara.
Untuk memberi keputusan tiap kasus, hakim harus benar-benar melihat secara adil. Ini karena kebanyakan pelaku kriminal remaja sebenarnya adalah korban dari kelalaian keluarga dalam mengasuh anaknya.
Meski begitu, ini juga tidak bisa jadi alasan memaklumi perilaku jahat para remaja. Artinya, mereka harus dihukum atas fakta bahwa mereka telah secara sadar melakukan kejahatan tersebut.
Pada masa-masa inilah hakim mesti benar-benar jernih dalam melihat masalah, dan inilah hal rumit yang mesti dijalani setiap hari oleh Hakim Shim dan Hakim Cha.
Tak cuma itu, tugas mereka juga tak berakhir saat sidang selesai. Mereka harus tetap mengurusi hidup para pelaku yang kasusnya mereka tangani. Mereka harus memantau perkembangan sang pelaku, juga membantu mencari solusi saat mereka kembali bermasalah, atau saat mereka menjadi korban kejahatan. Hal-hal inilah yang sangat menguras emosi para hakim.
4. Bentrok Nilai Hakim Shim dan Hakim Cha
Foto: Netflix
Dalam hal menghadapi para pelaku kriminal remaja, Hakim Shim dan Hakim Cha punya prinsip yang bertolak belakang.
Hakim Shim sangat dingin dan nyaris tanpa perasaan saat menghadapi para pelaku. Sementara Hakim Cha sangat berempati, sabar, dan penuh kasih sayang. Keduanya kerap bentrok saat bekerja sama, tapi justru perbedaan ini yang akhirnya membuat mereka saling mengisi dan memengaruhi cara kerja masing-masing.
Perlahan-lahan, penonton juga akan diberitahu latar belakang prinsip kerja yang dianut oleh kedua hakim. Siap-siap terharu jika kamu sudah sampai pada tahap pembongkaran latar belakang dan hal-hal yang terkait dengannya.
5. Sisi Gelap Cara Kerja Hakim dan Masyarakat Korea
Foto: Netflix
Seperti layaknya beberapa serial Netflix, Juvenile Justice juga akan mengungkap beberapa sisi gelap masyarakat Korea. Misalnya sistem pendidikan yang terlalu berorientasi pada kompetisi, hingga cara kerja hakim yang "asal cepat selesai karena banyak kasus lain yang menunggu".
Serial ini juga menggambarkan betapa beratnya kerja seorang hakim anak, karena Hakim Shim dan Hakim Cha selalu digambarkan kerja hingga tengah malam, bahkan tetap bekerja meski sudah di rumah.
Satu hal lagi, penonton juga akan diberikan gambaran pahit bahwa hakim dengan integritas tinggi bisa saja tergelincir karena satu kesalahan kecil. Ini akan jadi salah satu momen paling pahit sekaligus paling mengharukan yang muncul setelah paruh pertama serial ini berjalan.
6. Akting yang Bikin Takut
Foto: Netflix
Ketika pertama kali melihat Kim Hye-soo sebagai Hakim Shim, bisa jadi penonton akan takut melihatnya karena aktingnya yang sangat menakjubkan. Sosok hakim yang cerdas, sangat dingin, blak-blakan, sekaligus tegas sangat tergambar dalam 15 menit pertama serial ini.
Baca Juga: 6 Film Anime Romance yang Wajib Kamu Tonton Sekali Seumur Hidup
Aktris berusia 51 tahun ini memang sudah lama dikenal dengan kemampuan aktingnya yang sangat luas dan diatas rata-rata. Pada 1987, ia bahkan sudah mendapat predikat aktris baru terbaik dalam 23rd Baeksang Arts Awards.
Sudah tak terhitung lagi penghargaan yang diperolehnya sebagai aktris terbaik dari berbagai penghargaan bergengsi dan dari berbagai peran. Beberapa filmnya yang populerantara lain Tazza: The High Rollers (2006), The Thieves (2012), Coin Locker Girl (2015), dan Familyhood (2016).
Sementara drama televisi yang dibintanginya adalah Signal (2016) dan Hyena (2020).
(ita)