Review House of Gucci: Drama Keluarga yang Berakhir dengan Pembunuhan
loading...
A
A
A
House of Gucci diangkat dari kisah nyata tragedi pembunuhan Maurizio Gucci pada 1995. Pembunuhan ini didalangi mantan istrinya, Patrizia Reggiani. Maurizio tewas ditembak pembunuh bayaran di tangga menuju ke kantornya di Milan.
Cerita ini tentu menarik untuk divisualisasikan. Ridley Scott mencoba membawanya ke layar lebar pada tahun ini. Bertaburan bintang dari Al Pacino, Jeremy Irons, Jared Leto, Adam Driver dan Lady Gaga, film ini terlihat menjanjikan untuk dinikmati. Benar begitu?
Berdurasi 2 jam 38 menit, film ini hanya berputar-putar pada masalah yang dihadapi Gucci dan Maurizio. Klimaksnya hanya 2 menit. Sisanya, ya, drama panjang bertele-tele yang entah apa itu poinnya. Mau dibilang tentang gonjang ganjing Gucci? Bisa jadi. Tapi, dari awal, film ini menjanjikan tontonan tentang tragedi maut tersebut.
Film ini awalnya mengisahkan Maurizio (Adam Driver), cucu pendiri Gucci, yang hidupnya sederhana. Dia kemana-mana naik sepeda. Di sisi lain, ada Patrizia (Lady Gaga) yang bekerja di perusahaan truk milik ayahnya. Suatu malam, Patrizia bertemu Maurizio di sebuah pesta.
Dari pertemuan pertama itu, Patrizia sudah ngebet ingin jadi pacar Maurizio. Dengan segala cara, dia pun berusaha mendekati Maurizio. Caranya berhasil, Maurizio jatuh cinta kepadanya. Sayang, hubungan itu tidak direstui Rodolfo Gucci (Jeremy Irons), ayah Maurizio. Dia mengusir Maurizio yang nekat berpacaran dengan Patrizia. Bagi Rodolfo, Patrizia ini tak lebih dari perempuan yang memacari anaknya demi pansos alias panjat sosial.
Maurizio dan Patrizia akhirnya menikah. Patrizia kemudian menjadi driving force bagi Maurizio untuk bekerja lebih keras di Gucci di bawah arahan pamannya, Aldo Gucci (Al Pacino). Aldo sendiri pusing karena penerusnya, Paolo (Jared Leto), tidak bisa diandalkan. Kehadiran Maurizio memberinya secercah harapan.
Patrizia terus menerus mencecoki Maurizio dengan ide-ide gilanya tentang Gucci dan bagaimana Maurizio bisa tampil sebagai pemimpin perusahaan itu. Kelicikan pasangan ini pun terjalin dengan baik. Mereka berhasil menyingkirkan Aldo dan Paolo. Maurizio pun bersinar sebagai bos Gucci.
Di saat karier Maurizio terus bersinar terang, hubungannya dengan Patrizia memburuk. Maurizio selingkuh dengan Paola Franchi, teman masa kecilnya. Maurizio selingkuh setelah merasa tidak bahagia dengan pernikahannya. Dia merasa Patrizia terlalu ambisius dan menyetirnya. Maurizio kemudian melayangkan gugatan cerai pada Patrizia.
Perceraian itu berdampak buruk bagi Patrizia. Dia jadi dendam pada Maurizio. Apalagi, banyak ide yang berasal darinya dipakai Maurizio untuk memajukan Gucci. Patrizia pun berniat untuk menghabisi mantan suaminya tersebut.
Sebagai cerita yang diangkat dari kisah nyata, tentu banyak harapan kalau film ini akan sama persis. Nyatanya, tidak. Salah satu perbedaan besar antara film dan kisah aslinya adalah Rodolfo. Di film, Rodolfo punya peranan penting di Gucci. Aslinya, Rodolfo bekerja sebagai seorang aktor dan tidak terlibat di perusahaan Gucci.
Akting Lady Gaga di film ini pun biasa saja. Tidak terlalu hebat. Aksen Italia-nya pun aneh. Dia lebih mirip seperti orang Rusia ketimbang orang Italia dari cara bicaranya. Aktingnya pun tak terlihat natural. Dia terlihat berusaha untuk terlihat “akting”. Terlihat kalau dia sangat mengandalkan mimik muka dan body language. Emosinya tidak terlihat di aktingnya. Mungkin banyak yang tidak akan setuju dengan saya.
Sementara, Adam Driver, selain dari aksennya yang aneh, aktingnya okelah. Begitu juga dengan Al Pacino dan lainnya. Satu-satunya pemeran dengan aksen terbaik di film ini adalah Salma Hayek, pemeran Pina, orang yang punya kaitan erat dengan niat Patrizia membunuh Maurizio.
Dengan durasi panjang, 2 jam 38 menit, film ini jadi membosankan. Mungkin, ini adalah drama pembunuhan yang paling membosankan. Pembunuhan Maurizio hanya terjadi sekitar 10 menit sebelum film ini berakhir. Setelah itu, tidak ada cerita bagaimana polisi mengungkap dalang pembunuhan ini. Padahal, di cerita aslinya, Patrizia mampu meloloskan diri selama 2 tahun sebelum ditangkap polisi.
Sidang Patrizia pun hanya berlangsung tak kurang dari satu menit. Sisanya, hanya tulisan keterangan tentang apa yang terjadi dalam sidang itu. Berapa tahun mereka divonis dan lain sebagainya.
Yang ada, film ini terlalu berpusat pada permasalahan di Gucci. Dari mereka nyaris bankrut, intrik antara Maurizio, Aldo dan Paolo, sampai bergabungnya Tom Ford di perusahaan itu. Konflik antara Patrizia dan Maurizio tidak terlalu didalami. Hanya sekilas-sekilas saja.
House of Gucci terasa menjadi drama karut marut Gucci dan intrik keluarga ketimbang sebuah drama pembunuhan. Jika memang niat awalnya adalah untuk menceritakan drama ini, ya, film ini sudah sesuai ekspektasi. Tapi, ceritanya juga tak mendalam. Dangkal-dangkal saja.
Jika memang ingin mengisahkan pembunuhan Maurizio dan intrik Patrizia dalam pembunuhan ini, maka film ini jauh dari bayangan. Seperti yang sudah disebut di atas, pembunuhan Maurizio terjadi hanya sekitar 10 menit menjelang berakhirnya film ini. Jadi dalam 2 jam 28 menit, film ini mengisahkan drama di dalam keluarga Gucci. Building ke pembunuhan ini pun dangkal sekali. Hanya sekilas-sekilas saja diperlihatkan betapa marahnya Patrizia terhadap Maurizio.
House of Gucci adalah drama keluarga membosankan yang diakhiri dengan pembunuhan. Ceritanya dangkal dan para pemerannya seperti lebih sibuk dengan artikulasi serta aksen mereka ketimbang benar-benar berakting dengan baik. Film ini bukan yang terlalu flashy yang memamerkan gemerlap dunia fashion. Hanya drama keluarga.
Catatan pinggir, banyak hal di film ini yang tidak sesuai dengan kondisi aslinya. Seperti Rodolfo dan juga anak Maurizio. Pasangan Maurizio dan Patrizia sebenarnya punya dua anak, bukan satu seperti di film ini. Selain itu, masih ada beberapa lainnya yang tidak sesuai dengan cerita aslinya.
House of Gucci sudah bisa disaksikan di bioskop kesayangan kalian. Tetap patuhi protokol kesehatan selama film ini diputar! Selamat menyaksikan!
Cerita ini tentu menarik untuk divisualisasikan. Ridley Scott mencoba membawanya ke layar lebar pada tahun ini. Bertaburan bintang dari Al Pacino, Jeremy Irons, Jared Leto, Adam Driver dan Lady Gaga, film ini terlihat menjanjikan untuk dinikmati. Benar begitu?
Berdurasi 2 jam 38 menit, film ini hanya berputar-putar pada masalah yang dihadapi Gucci dan Maurizio. Klimaksnya hanya 2 menit. Sisanya, ya, drama panjang bertele-tele yang entah apa itu poinnya. Mau dibilang tentang gonjang ganjing Gucci? Bisa jadi. Tapi, dari awal, film ini menjanjikan tontonan tentang tragedi maut tersebut.
Film ini awalnya mengisahkan Maurizio (Adam Driver), cucu pendiri Gucci, yang hidupnya sederhana. Dia kemana-mana naik sepeda. Di sisi lain, ada Patrizia (Lady Gaga) yang bekerja di perusahaan truk milik ayahnya. Suatu malam, Patrizia bertemu Maurizio di sebuah pesta.
Dari pertemuan pertama itu, Patrizia sudah ngebet ingin jadi pacar Maurizio. Dengan segala cara, dia pun berusaha mendekati Maurizio. Caranya berhasil, Maurizio jatuh cinta kepadanya. Sayang, hubungan itu tidak direstui Rodolfo Gucci (Jeremy Irons), ayah Maurizio. Dia mengusir Maurizio yang nekat berpacaran dengan Patrizia. Bagi Rodolfo, Patrizia ini tak lebih dari perempuan yang memacari anaknya demi pansos alias panjat sosial.
Maurizio dan Patrizia akhirnya menikah. Patrizia kemudian menjadi driving force bagi Maurizio untuk bekerja lebih keras di Gucci di bawah arahan pamannya, Aldo Gucci (Al Pacino). Aldo sendiri pusing karena penerusnya, Paolo (Jared Leto), tidak bisa diandalkan. Kehadiran Maurizio memberinya secercah harapan.
Patrizia terus menerus mencecoki Maurizio dengan ide-ide gilanya tentang Gucci dan bagaimana Maurizio bisa tampil sebagai pemimpin perusahaan itu. Kelicikan pasangan ini pun terjalin dengan baik. Mereka berhasil menyingkirkan Aldo dan Paolo. Maurizio pun bersinar sebagai bos Gucci.
Di saat karier Maurizio terus bersinar terang, hubungannya dengan Patrizia memburuk. Maurizio selingkuh dengan Paola Franchi, teman masa kecilnya. Maurizio selingkuh setelah merasa tidak bahagia dengan pernikahannya. Dia merasa Patrizia terlalu ambisius dan menyetirnya. Maurizio kemudian melayangkan gugatan cerai pada Patrizia.
Perceraian itu berdampak buruk bagi Patrizia. Dia jadi dendam pada Maurizio. Apalagi, banyak ide yang berasal darinya dipakai Maurizio untuk memajukan Gucci. Patrizia pun berniat untuk menghabisi mantan suaminya tersebut.
Sebagai cerita yang diangkat dari kisah nyata, tentu banyak harapan kalau film ini akan sama persis. Nyatanya, tidak. Salah satu perbedaan besar antara film dan kisah aslinya adalah Rodolfo. Di film, Rodolfo punya peranan penting di Gucci. Aslinya, Rodolfo bekerja sebagai seorang aktor dan tidak terlibat di perusahaan Gucci.
Akting Lady Gaga di film ini pun biasa saja. Tidak terlalu hebat. Aksen Italia-nya pun aneh. Dia lebih mirip seperti orang Rusia ketimbang orang Italia dari cara bicaranya. Aktingnya pun tak terlihat natural. Dia terlihat berusaha untuk terlihat “akting”. Terlihat kalau dia sangat mengandalkan mimik muka dan body language. Emosinya tidak terlihat di aktingnya. Mungkin banyak yang tidak akan setuju dengan saya.
Sementara, Adam Driver, selain dari aksennya yang aneh, aktingnya okelah. Begitu juga dengan Al Pacino dan lainnya. Satu-satunya pemeran dengan aksen terbaik di film ini adalah Salma Hayek, pemeran Pina, orang yang punya kaitan erat dengan niat Patrizia membunuh Maurizio.
Dengan durasi panjang, 2 jam 38 menit, film ini jadi membosankan. Mungkin, ini adalah drama pembunuhan yang paling membosankan. Pembunuhan Maurizio hanya terjadi sekitar 10 menit sebelum film ini berakhir. Setelah itu, tidak ada cerita bagaimana polisi mengungkap dalang pembunuhan ini. Padahal, di cerita aslinya, Patrizia mampu meloloskan diri selama 2 tahun sebelum ditangkap polisi.
Sidang Patrizia pun hanya berlangsung tak kurang dari satu menit. Sisanya, hanya tulisan keterangan tentang apa yang terjadi dalam sidang itu. Berapa tahun mereka divonis dan lain sebagainya.
Yang ada, film ini terlalu berpusat pada permasalahan di Gucci. Dari mereka nyaris bankrut, intrik antara Maurizio, Aldo dan Paolo, sampai bergabungnya Tom Ford di perusahaan itu. Konflik antara Patrizia dan Maurizio tidak terlalu didalami. Hanya sekilas-sekilas saja.
House of Gucci terasa menjadi drama karut marut Gucci dan intrik keluarga ketimbang sebuah drama pembunuhan. Jika memang niat awalnya adalah untuk menceritakan drama ini, ya, film ini sudah sesuai ekspektasi. Tapi, ceritanya juga tak mendalam. Dangkal-dangkal saja.
Jika memang ingin mengisahkan pembunuhan Maurizio dan intrik Patrizia dalam pembunuhan ini, maka film ini jauh dari bayangan. Seperti yang sudah disebut di atas, pembunuhan Maurizio terjadi hanya sekitar 10 menit menjelang berakhirnya film ini. Jadi dalam 2 jam 28 menit, film ini mengisahkan drama di dalam keluarga Gucci. Building ke pembunuhan ini pun dangkal sekali. Hanya sekilas-sekilas saja diperlihatkan betapa marahnya Patrizia terhadap Maurizio.
House of Gucci adalah drama keluarga membosankan yang diakhiri dengan pembunuhan. Ceritanya dangkal dan para pemerannya seperti lebih sibuk dengan artikulasi serta aksen mereka ketimbang benar-benar berakting dengan baik. Film ini bukan yang terlalu flashy yang memamerkan gemerlap dunia fashion. Hanya drama keluarga.
Catatan pinggir, banyak hal di film ini yang tidak sesuai dengan kondisi aslinya. Seperti Rodolfo dan juga anak Maurizio. Pasangan Maurizio dan Patrizia sebenarnya punya dua anak, bukan satu seperti di film ini. Selain itu, masih ada beberapa lainnya yang tidak sesuai dengan cerita aslinya.
House of Gucci sudah bisa disaksikan di bioskop kesayangan kalian. Tetap patuhi protokol kesehatan selama film ini diputar! Selamat menyaksikan!
(alv)