Drama Korea Dulu dan Kini, dari Biaya Produksi Fantastis hingga Kecelakaan Kerja Fatal
loading...
A
A
A
SEOUL - Drama Korea dikenal punya nilai produksi yang tinggi karena dibuat dengan serius, tak kalah dengan produksi para sineas Hollywood.
Dua dekade lalu, saat cuma ada tiga stasiun televisi yang menayangkan drama , yaitu KBS, SBS dan MBC, biaya produksi drama televisi adalah 36,5 juta won (Rp470 juta) per episode. Namun kini, angkanya melejit menjadi rata-rata 700 juta won (Rp9 miliar). Namun kalau layanan streaming ikut dimasukkan, maka rata-rata mungkin akan lebih tinggi.
DULU DAN SEKARANG
Mengutip South China Morning Post , pada era 2000-an, genre drama Korea masih terbatas, seperti drama romantis, drama keluarga dan beberapa drama sageuk . Gaji aktor hanya menyumbang 10% dari anggaran. Persaingan juga relatif rendah, dan produksi berjalan dengan mudah.
Namun, kini semua sudah sangat berbeda. Bintang atau aktor drama mendapat persentase yang lebih tinggi dari keseluruhan anggaran produksi. Produksinya juga lebih ambisius, dengan menyasar penonton global. Belum lagi permintaan efek visual fantastis
Foto: tvN
Pada tahun 2008, biaya rata-rata sebuah episode drama melonjak menjadi lebih dari 100 juta won (Rp1,2 miliar). Pada 2015, saluran televisi kabel seperti tvN, JTBC, dan OCN menjadi pemain utama dan angka produksi melonjak hingga 400 juta won (Rp5,1 miliar) per episode.
Baca Juga: 6 Kali BTS 'Muncul' dalam Drama Korea Populer, dari 'Descendants' hingga 'Crash Landing'
DRAMA-DRAMA BERBIAYA FANTASTIS
Persaingan menyebabkan pengeluaran besar pada beberapa drama Korea. Biaya tersebut digunakan untuk menciptakan efek visual yang lebih canggih, membayar sederet bintang papan atas sebagai pemeran utama, serta pemilihan lokasi syuting. Berikut ini ada sederet drama Korea yang diproduksi dengan biaya yang fantastis.
1. Mr Sunshine (2018)
"Mr. Sunshine" yang tayang di tvN dan Netflix mengeluarkan biaya produksi hingga 1,67 miliar won (Rp21,5 miliar) per episode atau totalnya lebih dari 30 miliar Won (Rp385 miliar). Biaya tersebut digunakan untuk efek visual, pembuatan lokasi syuting, dan membayar honor Lee Byung-hun. Sang aktor dikabarkan dibayar hingga150 juta won (Rp 1,9 miliar) per episode.
Foto: tvN
2. The Arthdal Chronicles (2019)
Beberapa bulan kemudian, tvN memecahkan rekor dengan serial fantasi ini karena menghabiskan biaya 3 miliar won (Rp38 miliar) untuk memproduksi satu episode. Drama fantasi berlatar masa lalu ini dibintangi oleh sederet bintang top Korea seperti Kim Ji-won, Song Joong-ki, dan Jang Dong-gun. Total biaya produksi diperkirakan menghabiskan biaya hingga 54 miliar won (Rp649 miliar).
3. Sweet Home (2020)
Serial ini mengeluarkan biaya sekitar 3 miliar won (Rp38 miliar) untuk satu episode. Drama tvN ini dibintangi Song Kang, Lee Jin-wook, Lee Si-young, dan Lee Do-hyun. Diprediksi total biaya untuk seluruh episode adalah 30 miliar won (sekitar (Rp385 miliar).
TEKANAN KERJA YANG LUAR BIASA
Di balik kesuksesan drama Korea, ternyata juga terjadi kesenjangan di antara pihak-pihak terkait. Berikut fakta-faktanya.
1. Bekerja di bawah tekanan ekstrem
Aktor selalu bekerja di bawah tekanan, ini membuat beberapa di antara mereka menjadi stres, bahkan sampai menyebabkan kematian. Tak hanya aktor, para kru pun mengalami hal yang sama. Pada 2016, asisten produser Lee Han-bit dari drama "Drinking Solo" ditemukan tewas gantung diri.
Baca Juga: 12 Fakta Unik tentang Budaya Korea, Boleh Memaki Tersangka Kejahatan di depan Umum
Foto: tvN
Diketahui kematiannya itu karena masalah jam kerja yang terlalu ekstrem. Dalam suratnya Lee Han-bit menulis bahwa ia dipaksa bekerja tanpa henti selama 55 hari dengan waktu libur hanya 2 hari saja. Ia harus memaksa dirinya untuk bekerja 20 jam per hari, tidur 2-3 jam lalu bekerja lagi. Lee Han Bit juga harus menahan rasa lelah untuk membuat hasil yang diinginkan perusahaan. Meski begitu, pihak CJ E&M selaku pihak perusahaan produksi menolak segala tuduhan terkait ekspoitasi kerja tersebut.
2. Kecelakaan di lokasi syuting
Tragedi kecelakaan di lokasi syuting drama Korea sudah sangat sering terjadi. Kecelakaan tersebut bisa menimpa siapa saja, termasuk kru dan bintang pemeran. Kerap kali dalam drama Korea melibatkan adegan-adegan ekstrem di lokasi dan menggunakan properti yang cukup berbahaya.
Kecelakaan di lokasi syuting pernah dialami oleh Song Joong-ki saat melakukan adegan laga dalam drama "Descendants of the Sun". Ia mengalami luka di bagian lengan kanan yang patah karena ligamennya pecah. Akibatnya ia membutuhkan waktu delapan minggu untuk sembuh total.
3. Perseteruan dengan Perusahaan
Aktris Go Hyun-jung pernah terlibat pertengkaran dengan sutradara drama "Return" saat proses syuting sedang berlangsung. Insiden ini membuat Go Hyun-jung hengkang dari produksi drama tersebut. Padahal ia adalah pemeran utama dan dramanya baru tayang 14 dari total 34 episode.
Selain itu, tidak selamanya dalam proses pembuatan drama akan berjalan lancar. Dalam beberapa kasus banyak rumah produksi yang telat membayar para karyawannya bahkan para pemeran utamanya. Ada juga kasus yang terjadi pada drama "Four Man". Proses syuting yang berlangsung pada Juli 2018 terpaksa dihentikan karena para staf produksi mogok kerja.
Lutfia Dwi Kurniasih
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @lutfaiueo
Dua dekade lalu, saat cuma ada tiga stasiun televisi yang menayangkan drama , yaitu KBS, SBS dan MBC, biaya produksi drama televisi adalah 36,5 juta won (Rp470 juta) per episode. Namun kini, angkanya melejit menjadi rata-rata 700 juta won (Rp9 miliar). Namun kalau layanan streaming ikut dimasukkan, maka rata-rata mungkin akan lebih tinggi.
DULU DAN SEKARANG
Mengutip South China Morning Post , pada era 2000-an, genre drama Korea masih terbatas, seperti drama romantis, drama keluarga dan beberapa drama sageuk . Gaji aktor hanya menyumbang 10% dari anggaran. Persaingan juga relatif rendah, dan produksi berjalan dengan mudah.
Namun, kini semua sudah sangat berbeda. Bintang atau aktor drama mendapat persentase yang lebih tinggi dari keseluruhan anggaran produksi. Produksinya juga lebih ambisius, dengan menyasar penonton global. Belum lagi permintaan efek visual fantastis
Foto: tvN
Pada tahun 2008, biaya rata-rata sebuah episode drama melonjak menjadi lebih dari 100 juta won (Rp1,2 miliar). Pada 2015, saluran televisi kabel seperti tvN, JTBC, dan OCN menjadi pemain utama dan angka produksi melonjak hingga 400 juta won (Rp5,1 miliar) per episode.
Baca Juga: 6 Kali BTS 'Muncul' dalam Drama Korea Populer, dari 'Descendants' hingga 'Crash Landing'
DRAMA-DRAMA BERBIAYA FANTASTIS
Persaingan menyebabkan pengeluaran besar pada beberapa drama Korea. Biaya tersebut digunakan untuk menciptakan efek visual yang lebih canggih, membayar sederet bintang papan atas sebagai pemeran utama, serta pemilihan lokasi syuting. Berikut ini ada sederet drama Korea yang diproduksi dengan biaya yang fantastis.
1. Mr Sunshine (2018)
"Mr. Sunshine" yang tayang di tvN dan Netflix mengeluarkan biaya produksi hingga 1,67 miliar won (Rp21,5 miliar) per episode atau totalnya lebih dari 30 miliar Won (Rp385 miliar). Biaya tersebut digunakan untuk efek visual, pembuatan lokasi syuting, dan membayar honor Lee Byung-hun. Sang aktor dikabarkan dibayar hingga150 juta won (Rp 1,9 miliar) per episode.
Foto: tvN
2. The Arthdal Chronicles (2019)
Beberapa bulan kemudian, tvN memecahkan rekor dengan serial fantasi ini karena menghabiskan biaya 3 miliar won (Rp38 miliar) untuk memproduksi satu episode. Drama fantasi berlatar masa lalu ini dibintangi oleh sederet bintang top Korea seperti Kim Ji-won, Song Joong-ki, dan Jang Dong-gun. Total biaya produksi diperkirakan menghabiskan biaya hingga 54 miliar won (Rp649 miliar).
3. Sweet Home (2020)
Serial ini mengeluarkan biaya sekitar 3 miliar won (Rp38 miliar) untuk satu episode. Drama tvN ini dibintangi Song Kang, Lee Jin-wook, Lee Si-young, dan Lee Do-hyun. Diprediksi total biaya untuk seluruh episode adalah 30 miliar won (sekitar (Rp385 miliar).
TEKANAN KERJA YANG LUAR BIASA
Di balik kesuksesan drama Korea, ternyata juga terjadi kesenjangan di antara pihak-pihak terkait. Berikut fakta-faktanya.
1. Bekerja di bawah tekanan ekstrem
Aktor selalu bekerja di bawah tekanan, ini membuat beberapa di antara mereka menjadi stres, bahkan sampai menyebabkan kematian. Tak hanya aktor, para kru pun mengalami hal yang sama. Pada 2016, asisten produser Lee Han-bit dari drama "Drinking Solo" ditemukan tewas gantung diri.
Baca Juga: 12 Fakta Unik tentang Budaya Korea, Boleh Memaki Tersangka Kejahatan di depan Umum
Foto: tvN
Diketahui kematiannya itu karena masalah jam kerja yang terlalu ekstrem. Dalam suratnya Lee Han-bit menulis bahwa ia dipaksa bekerja tanpa henti selama 55 hari dengan waktu libur hanya 2 hari saja. Ia harus memaksa dirinya untuk bekerja 20 jam per hari, tidur 2-3 jam lalu bekerja lagi. Lee Han Bit juga harus menahan rasa lelah untuk membuat hasil yang diinginkan perusahaan. Meski begitu, pihak CJ E&M selaku pihak perusahaan produksi menolak segala tuduhan terkait ekspoitasi kerja tersebut.
2. Kecelakaan di lokasi syuting
Tragedi kecelakaan di lokasi syuting drama Korea sudah sangat sering terjadi. Kecelakaan tersebut bisa menimpa siapa saja, termasuk kru dan bintang pemeran. Kerap kali dalam drama Korea melibatkan adegan-adegan ekstrem di lokasi dan menggunakan properti yang cukup berbahaya.
Kecelakaan di lokasi syuting pernah dialami oleh Song Joong-ki saat melakukan adegan laga dalam drama "Descendants of the Sun". Ia mengalami luka di bagian lengan kanan yang patah karena ligamennya pecah. Akibatnya ia membutuhkan waktu delapan minggu untuk sembuh total.
3. Perseteruan dengan Perusahaan
Aktris Go Hyun-jung pernah terlibat pertengkaran dengan sutradara drama "Return" saat proses syuting sedang berlangsung. Insiden ini membuat Go Hyun-jung hengkang dari produksi drama tersebut. Padahal ia adalah pemeran utama dan dramanya baru tayang 14 dari total 34 episode.
Selain itu, tidak selamanya dalam proses pembuatan drama akan berjalan lancar. Dalam beberapa kasus banyak rumah produksi yang telat membayar para karyawannya bahkan para pemeran utamanya. Ada juga kasus yang terjadi pada drama "Four Man". Proses syuting yang berlangsung pada Juli 2018 terpaksa dihentikan karena para staf produksi mogok kerja.
Lutfia Dwi Kurniasih
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @lutfaiueo
(ita)