Idol Bukan Berasal dari Korea Selatan, Pantaskah Disebut K-pop?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Popularitas K-pop semakin menanjak seiring kemunculan duo grup musik BTS dan Blackpink yang mendapat banyak pengakuan di kancah internasional.
Tak dapat dipungkiri, gaya dan musikalitas keduanya sangat mengakar kuat pada industri K-pop.
Kalau ngomongin soal K-pop, biasanya orang akan langsung berpikir tentang musik pop yang dibawakan oleh idola maupun grup musik asal Korea Selatan.
Namun, seiring melesatnya fenomena K-pop , kini banyak idola non-Korea yang memasuki industri ini. Salah satunya adalah Kaachi, grup musik K-pop yang berbasis di London.
Kaachi memiliki satu anggota yang berasal dari Korea Selatan yaitu Coco. Kemudian anggota lainnya Nicole dari Spanyol, Dani kelahiran Inggris, dan Chinseo asal Spanyol-Filiphina.
Grup musik ini cuma memiliki satu anggota yang berasal dari Korea Selatan tetapi disebut sebagai K-pop. Hal itu membuat banyak penggemar mengkritik Kaachi tidak sesuai untuk disebut sebagai K-pop.
Selain Kaachi, ada EXP Edition, grup musik multiras ini awalnya terbentuk untuk proyek tesis di Universitas New York, kemudian dipromosikan di Korea Selatan.
Selanjutnya ada grup musik RaNia yang kini dikenal dengan nama Blackswan, grup yang satu ini memiliki anggota wanita berkulit hitam yang bernama Fatou.
Foto: Instagram @Blackswan_official
Seperti apa industri K-Pop sekarang
Istilah K-pop dipopulerkan oleh media massa berbahasa Inggris selama beberapa akhir dekade. Biasanya istilah ini gak cuma digunakan untuk menggambarkan musik pop Korea Selatan, tetapi semua hal yang berhubungan dengan idol K-pop dan fandom (klub penggemar) mereka.
Mengutip dari Scmp.com, Gyu-tag Lee, asisten professor antropologi (studi budaya) Universitas George Mason Korea mengatakan dalam mendefinisikan K-pop seseorang harus mempertimbangkan musik, gambar visual, dan orang-orang yang berpartisipasi di dalamnya.
“K-pop tidak hanya mengacu pada gaya musik tetapi juga koreografi, fesyen, estetika video musik, sistem manajemen bisnis yang terstruktur (hubungan idola dan agensi hiburan), hubungan idola dan fandom,” kata Lee.
Hal itu yang membedakan antara artis K-pop global dengan artis Korea populer lainnya yang biasanya terlihat dengan gaya indie seperti Hyukoh, Jambinai, dan Say Sue Me. ( )
K-Pop Tidak Ditentukan dari kebangsaananggotanya
Lee mengatakan Kpop tidak ditentukan dari kebangsaan anggotanya. Grup denganmember keturunan non-Korea adalah hal biasa.
Grup musik seperti Blackpink dan NCT memiliki anggota non-Korea yang biasanya berasal dari China, Jepang, dan Thailand.
Bahkan salah satu anggota Secret Number, Dita Karang juga bukan orang Korea melainkan berasal dari Indonesia.
“Seperti genre musik lainnya J-pop, Britpop, Canto-pop, dan lainnya. K-pop tidak bisa sepenuhnya lepas dari identitas daerahnya. Tetapi sekarang ini adalah genre musik global yang populer,” kata Lee.
Penjelasan Kaachi tentang K-Pop
Dalam sebuah email ke Post, Kaachi menjelaskan hubungan mereka dengan K-pop dan bagaimana mereka mendefinisikan K-pop.
Dalam email itu tertulis, K-pop cukup sulit untuk didefinisikan dalam satu kata atau kalimat karena ada banyak alasan orang menyukai K-pop—bisa berupa musik, tarian, visualisasi bahasa Korea, dan artis.
“Dari segi suara, K-pop terinspirasi oleh pop Barat, jazz, hip-hop, elektronik bahkan kotoran Inggris (British-grime), dan sekarang K-pop jadi lebih mengglobal dan hampir menjadi genre musiknya sendiri. Kami pikir K-pop adalah genre yang disukai orang-orang dari mana pun mereka berasal,” tulis mereka.
Kaachi banyak mendapat hinaan oleh penggemar K-pop karena dianggap memasuki ruang budaya yang bukan mereka.
Foto: Instagram @expedition.official
Sementara, EXP Edition dan Kaachi mengidentifikasi sebagai K-pop karena mereka bernyanyi dalam bahasa Korea dan menggunakan banyak elemen K-pop.
Masalahnya, penggemar global masih meragukan apakah mereka grup K-pop sungguhan atau hanya sekadar mengikuti tren (bandwagon effect) atau bahkan pengambil budaya.
Kaachi menggunakan istilah K-pop dan UK-pop untuk mempromosikan grup mereka.
"Awalnya, orang mengatakan kami bukan K-pop karena kami bukan orang Korea. Kami memiliki kebangsaan yang berbeda, tapi kami membuat musik yang kami sukai. Kami adalah grup dengan beberapa elemen K-pop yang diproduksi oleh orang-orang di industri K-pop. Tetapi, kami juga memperluas batasan K-pop” kata Coco, member Kaachi.
Sejauh ini, Kaachi telah merilis single terbaru mereka yang berjudul Photo Magic pada 4 November 2020 silam. Musik videonya telah ditonton lebih dari 2 juta kali.
Lee mengerti alasan Kaachi mengkategorikan dirinya sebagai grup musik K-pop. Tapi ia juga menekankan warisan budaya dan asal mula grup K-pop itu penting.
Banyak penggemar melihat K-pop sebagai alternatif dari hiburan Hollywood.
“Jadi, ketika K-pop berisi anggota non-Asia Timur atau dilakukan oleh orang non-Korea dan non-Asia Timur, itu bukan K-pop lagi bagi mereka.” Kata Lee.
Anggita Hutami Ratnaningsih
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @Gitahut
Tak dapat dipungkiri, gaya dan musikalitas keduanya sangat mengakar kuat pada industri K-pop.
Kalau ngomongin soal K-pop, biasanya orang akan langsung berpikir tentang musik pop yang dibawakan oleh idola maupun grup musik asal Korea Selatan.
Namun, seiring melesatnya fenomena K-pop , kini banyak idola non-Korea yang memasuki industri ini. Salah satunya adalah Kaachi, grup musik K-pop yang berbasis di London.
Kaachi memiliki satu anggota yang berasal dari Korea Selatan yaitu Coco. Kemudian anggota lainnya Nicole dari Spanyol, Dani kelahiran Inggris, dan Chinseo asal Spanyol-Filiphina.
Grup musik ini cuma memiliki satu anggota yang berasal dari Korea Selatan tetapi disebut sebagai K-pop. Hal itu membuat banyak penggemar mengkritik Kaachi tidak sesuai untuk disebut sebagai K-pop.
Selain Kaachi, ada EXP Edition, grup musik multiras ini awalnya terbentuk untuk proyek tesis di Universitas New York, kemudian dipromosikan di Korea Selatan.
Selanjutnya ada grup musik RaNia yang kini dikenal dengan nama Blackswan, grup yang satu ini memiliki anggota wanita berkulit hitam yang bernama Fatou.
Foto: Instagram @Blackswan_official
Seperti apa industri K-Pop sekarang
Istilah K-pop dipopulerkan oleh media massa berbahasa Inggris selama beberapa akhir dekade. Biasanya istilah ini gak cuma digunakan untuk menggambarkan musik pop Korea Selatan, tetapi semua hal yang berhubungan dengan idol K-pop dan fandom (klub penggemar) mereka.
Mengutip dari Scmp.com, Gyu-tag Lee, asisten professor antropologi (studi budaya) Universitas George Mason Korea mengatakan dalam mendefinisikan K-pop seseorang harus mempertimbangkan musik, gambar visual, dan orang-orang yang berpartisipasi di dalamnya.
“K-pop tidak hanya mengacu pada gaya musik tetapi juga koreografi, fesyen, estetika video musik, sistem manajemen bisnis yang terstruktur (hubungan idola dan agensi hiburan), hubungan idola dan fandom,” kata Lee.
Hal itu yang membedakan antara artis K-pop global dengan artis Korea populer lainnya yang biasanya terlihat dengan gaya indie seperti Hyukoh, Jambinai, dan Say Sue Me. ( )
K-Pop Tidak Ditentukan dari kebangsaananggotanya
Lee mengatakan Kpop tidak ditentukan dari kebangsaan anggotanya. Grup denganmember keturunan non-Korea adalah hal biasa.
Grup musik seperti Blackpink dan NCT memiliki anggota non-Korea yang biasanya berasal dari China, Jepang, dan Thailand.
Bahkan salah satu anggota Secret Number, Dita Karang juga bukan orang Korea melainkan berasal dari Indonesia.
“Seperti genre musik lainnya J-pop, Britpop, Canto-pop, dan lainnya. K-pop tidak bisa sepenuhnya lepas dari identitas daerahnya. Tetapi sekarang ini adalah genre musik global yang populer,” kata Lee.
Penjelasan Kaachi tentang K-Pop
Dalam sebuah email ke Post, Kaachi menjelaskan hubungan mereka dengan K-pop dan bagaimana mereka mendefinisikan K-pop.
Dalam email itu tertulis, K-pop cukup sulit untuk didefinisikan dalam satu kata atau kalimat karena ada banyak alasan orang menyukai K-pop—bisa berupa musik, tarian, visualisasi bahasa Korea, dan artis.
“Dari segi suara, K-pop terinspirasi oleh pop Barat, jazz, hip-hop, elektronik bahkan kotoran Inggris (British-grime), dan sekarang K-pop jadi lebih mengglobal dan hampir menjadi genre musiknya sendiri. Kami pikir K-pop adalah genre yang disukai orang-orang dari mana pun mereka berasal,” tulis mereka.
Kaachi banyak mendapat hinaan oleh penggemar K-pop karena dianggap memasuki ruang budaya yang bukan mereka.
Foto: Instagram @expedition.official
Sementara, EXP Edition dan Kaachi mengidentifikasi sebagai K-pop karena mereka bernyanyi dalam bahasa Korea dan menggunakan banyak elemen K-pop.
Masalahnya, penggemar global masih meragukan apakah mereka grup K-pop sungguhan atau hanya sekadar mengikuti tren (bandwagon effect) atau bahkan pengambil budaya.
Kaachi menggunakan istilah K-pop dan UK-pop untuk mempromosikan grup mereka.
"Awalnya, orang mengatakan kami bukan K-pop karena kami bukan orang Korea. Kami memiliki kebangsaan yang berbeda, tapi kami membuat musik yang kami sukai. Kami adalah grup dengan beberapa elemen K-pop yang diproduksi oleh orang-orang di industri K-pop. Tetapi, kami juga memperluas batasan K-pop” kata Coco, member Kaachi.
Sejauh ini, Kaachi telah merilis single terbaru mereka yang berjudul Photo Magic pada 4 November 2020 silam. Musik videonya telah ditonton lebih dari 2 juta kali.
Lee mengerti alasan Kaachi mengkategorikan dirinya sebagai grup musik K-pop. Tapi ia juga menekankan warisan budaya dan asal mula grup K-pop itu penting.
Banyak penggemar melihat K-pop sebagai alternatif dari hiburan Hollywood.
“Jadi, ketika K-pop berisi anggota non-Asia Timur atau dilakukan oleh orang non-Korea dan non-Asia Timur, itu bukan K-pop lagi bagi mereka.” Kata Lee.
Anggita Hutami Ratnaningsih
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @Gitahut
(nov)