Cerita 20 Hari Perjuangan SA, Mahasiswi yang Sembuh dari COVID-19

Senin, 11 Mei 2020 - 12:07 WIB
loading...
Cerita 20 Hari Perjuangan SA, Mahasiswi yang Sembuh dari COVID-19
Butuh penanganan yang cepat dan tepat, serta fisik dan mental pasien yang kuat untuk bisa sembuh dari COVID-19. Foto/Getty Images
A A A
JAKARTA - Seorang mahasiswi dari salah satu universitas di Jawa Tengah, SA, 20, baru saja dinyatakan sembuh dari COVID-19 setelah menjalani isolasi di rumah sakit rujukan.

Pada 25 Maret 2020, SA bercerita baru pulang dari Jawa Tengah ke rumahnya yang berada di Bogor.

Saat itu, SA langsung menjalani isolasi mandiri, yaitu dengan memisahkan alat-alat makan untuknya dan menerapkan etika saat batuk di rumah.

Namun, dari sebelum SA datang, ayahnya tengah mengalami sakit dan diduga seperti gejala COVID -19. Oleh karena itu, ayahnya segera dibawa ke rumah sakit rujukan oleh SA dan kakaknya.

Setelah empat hari dirawat, nyawa Ayah SA tidak bisa diselamatkan dan hasil tes laboratorium menyatakan positif COVID-19 keesokan harinya.

Cerita 20 Hari Perjuangan SA, Mahasiswi yang Sembuh dari COVID-19

Foto: Dok. SA

Berhari-hari kemudian, SA mengalami sakit kepala, flu, dan indra penciumannya tidak berfungsi seperti biasanya.

Saat itu SA penasaran, lalu menelusuri penyebabnya di internet dan menemukan artikel yang menjelaskan bahwa indra penciuman tidak berfungsi merupakan salah satu gejala COVID-19.

“Penciuman gue ilang, gue nyium sabun, hampir gue gosok ke hidung dan gak ada baunya. Pas itu gue antara panik dan gak, kepo lah gue dan cari di Google,” ungkap SA saat diwawancara via telepon, pekan lalu.

Akhirnya, SA melakukan tes swab lewat petugas medis yang datang ke rumahnya. Seminggu kemudian hasil tes menyatakan bahwa SA positif COVID-19. Oleh karenanya, SA segera dibawa ke rumah sakit rujukan pada 18 April untuk menjalani isolasi.

Bukan cuma melawan sakit, selama dirawat di rumah sakit SA mengaku juga berjuang melawan pikiran-pikiran negatif yang membuatnya jadi tidak bersemangat dan lemah. Padahal, gejala yang dialaminya cuma gejala ringan. SA mencoba ikhlas dan sabar mengikuti prosedur perawatan.

“Di sini (RS) kami diperlakukan baik. Pasien harus nurut ke dokter dan perawat. Menurut gue kami di sini juga harus saling ngerti karena mereka (tenaga medis) kalo masuk harus pake APD dan jumlah APD terbatas, mereka juga pasti punya perhitungan untuk masuk dan keluar ruangan,” kenang SA.

SA juga bercerita bahwa antara pasien dan tenaga medis di sana saling menyemangati. Banyak perawat yang lelah dan bersandar untuk beristirahat. Bahkan, SA pernah melihat ada perawat yang menuliskan bahwa ia rindu keluarga di seragam APD-nya.

Cerita 20 Hari Perjuangan SA, Mahasiswi yang Sembuh dari COVID-19

Foto: Dok. SA

Setelah 20 hari dirawat dan melakukan tes swab dua kali, SA dinyatakan negatif COVID-19 pada 7 Maret. SA diperolehkan pulang dari rumah sakit dan tengah menjalani isolasi mandiri di rumah kosong milik tetangganya.

SA berpesan kepada orang yang masih sehat untuk tetap di rumah, keluar kalau ada kebutuhan penting saja, dan tetap menerapkan social distancing.

Sedangkan untuk orang yang mengalami gejala ringan di rumah, dia berpesan tidak perlu panik dan segera periksa ke rumah sakit rujukan.

SA pernah mendengar dari pasien lain bahwa penyakit ini berhubungan juga dengan kekuatan mental, jadi mencoba berpikir positif sangat diperlukan.

“Buat orang yang masih nongkrong, gue mau bilang jangan coba-coba ngeremehin, gue udah terinfeksi, gue udah ngerasain terkucil diisolasi walaupun orang lain gak niat ngucilin, gue ngerasain gimana semua pasien dan tenaga medis rindu keluarganya, pokoknya jangan egois karena pandemi ini menguji empati semua orang,” pungkasnya.

Semoga semua orang saling menghargai, dan bagi yang terinfeksi virus ini, semoga segera sembuh. Stay safe friends!

Amalia Zhahrina
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @amaliahihi
(it)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2414 seconds (0.1#10.140)