Kekhawatiran Para Ahli tentang Grup K-Pop Aespa, dari Soal Stereotip hingga Pornografi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tenyata, bukan cuma warganet yang mengungkapkan kekhawatirannya terkait penggabungan manusia dan avatar dalam Aespa, grup K-pop terbaru bentukan SM Entertainment .
Aespa adalah girl group yang terdiri dari Karina, Giselle, Winter, dan Ningning. Kehadiran keempat anggotanya ini akan ditemani empat avatar atau tampilan CGI dari masing-masing personel, yang disebut dengan ae-.
Aespa baru akan resmi meluncurkan debutnya pada 17 November mendatang, lewat lagu "Black Mamba". Meski begitu, kontroversi sudah merebak seputar tampilan visual para member dan avatar mereka.
Setelah melihat tampilan Winter dan ae-Winter, seseorang dengan akun Twitter @unebeen menulis, "perbedaan ukuran pinggang ditambah panjang baju yang berbeda dan baju atasan yang lebih terbuka serta tampilan 'tubuh sempurna' .... ini akan jadi sangat toxic aku sudah langsung benci."
Sementara yang lain menulis, "apakah ini berarti para idol ini benar-benar dilihat hanya sebagai sebuah produk?"
Winter dan ae-Winter. Foto: SM Entertainment
Dalam tulisan di South China Morning Post, Tamar Herman, jurnalis yang bertahun-tahun meliput dunia K-pop dan menulis buku "BTS: Blood, Sweat & Tears" yang terbit pada Agustus lalu, mewawancarai dua orang ahli untuk menanggapi fenomena Aespa.
Yang pertama adalah Lee Hye-jin, asisten profesor klinis bidang komunikasi di University of Southern California, Amerika Serikat.
Hye-jin mengungkapkan, ada perbedaan yang cukup signifikan antara keresahan masyarakat di Korea dan di Barat tentang Aespa.
Di Barat, pengamat fokus pada penambahan avatar untuk tiap anggota manusia dari Aespa. Sementara orang Korea takmenganggap hal tersebut sebagai masalah karena mereka "tidakmenganggap teknologi sebagai masalah sosial, tapi justru sebagai obat atas masalah tersebut".
Orang Korea, menurut Hye-jin, justru lebih sibuk dengan urusan kontroversi yang ada di sekitar Karina.
Karina, yang punya nama asli Yoo Ji-min, sebelumnya kena tuduhan minum miras saat masih di bawah umur dan menghina idol K-pop lainnya. (
)
Menurut Hye-jin, kehadiran anggota virtual di Aespa makin mengukuhkan stereotip bahwa idol perempuan cuma dilihat sebagai sebuah 'boneka', konsep yang sudah lama mengakar di dunia Barat dan berusaha dilawan.
Bocoran ae-Giselle. Foto: Allkpop
"Ide tentang idol virtual seperti mengukuhkan pandangan kolonialis Barat terhadap Asia, terutama perempuan Asia, dan bintang K-pop, sebagai sebuah robot," jelasnya.
Dia juga menambahkan, bahwa konsep idol virtual sebenarnya juga sudah basi, terutama kalau melihat Hatsune Miku, bintang virtual Jepang yang masuk dalam industri J-pop selama bertahun-tahun. ( )
Hye-jin mengaku masih bingung, bagaimana caranya Aespa bakal menjalin hubungan yang erat dengan penggemarnya, karena berkomunikasi dengan avatar dan dengan manusia adalah dua hal yang berbeda.
"Kekuatan K-pop ada pada gambaran hubungan yang kuat antara para anggotanya, dan menciptakan potret sebuah keluarga di antara mereka. Lalu apakah Aespa akan membuat ikatan yang kuat antara seleb dan avatarnya?" kata Hye-jin saat melihat video interaksi antara Karina dan ae-Karina.
Sementara Thomas Baudinette, pengajar studi internasional di Macquarie University, Sydney, Australia, khawatir dengan potensi eksploitasi para ae-.
Aespa adalah girl group yang terdiri dari Karina, Giselle, Winter, dan Ningning. Kehadiran keempat anggotanya ini akan ditemani empat avatar atau tampilan CGI dari masing-masing personel, yang disebut dengan ae-.
Aespa baru akan resmi meluncurkan debutnya pada 17 November mendatang, lewat lagu "Black Mamba". Meski begitu, kontroversi sudah merebak seputar tampilan visual para member dan avatar mereka.
Setelah melihat tampilan Winter dan ae-Winter, seseorang dengan akun Twitter @unebeen menulis, "perbedaan ukuran pinggang ditambah panjang baju yang berbeda dan baju atasan yang lebih terbuka serta tampilan 'tubuh sempurna' .... ini akan jadi sangat toxic aku sudah langsung benci."
Sementara yang lain menulis, "apakah ini berarti para idol ini benar-benar dilihat hanya sebagai sebuah produk?"
Winter dan ae-Winter. Foto: SM Entertainment
Dalam tulisan di South China Morning Post, Tamar Herman, jurnalis yang bertahun-tahun meliput dunia K-pop dan menulis buku "BTS: Blood, Sweat & Tears" yang terbit pada Agustus lalu, mewawancarai dua orang ahli untuk menanggapi fenomena Aespa.
Yang pertama adalah Lee Hye-jin, asisten profesor klinis bidang komunikasi di University of Southern California, Amerika Serikat.
Hye-jin mengungkapkan, ada perbedaan yang cukup signifikan antara keresahan masyarakat di Korea dan di Barat tentang Aespa.
Di Barat, pengamat fokus pada penambahan avatar untuk tiap anggota manusia dari Aespa. Sementara orang Korea takmenganggap hal tersebut sebagai masalah karena mereka "tidakmenganggap teknologi sebagai masalah sosial, tapi justru sebagai obat atas masalah tersebut".
Orang Korea, menurut Hye-jin, justru lebih sibuk dengan urusan kontroversi yang ada di sekitar Karina.
Karina, yang punya nama asli Yoo Ji-min, sebelumnya kena tuduhan minum miras saat masih di bawah umur dan menghina idol K-pop lainnya. (
Baca Juga
Menurut Hye-jin, kehadiran anggota virtual di Aespa makin mengukuhkan stereotip bahwa idol perempuan cuma dilihat sebagai sebuah 'boneka', konsep yang sudah lama mengakar di dunia Barat dan berusaha dilawan.
Bocoran ae-Giselle. Foto: Allkpop
"Ide tentang idol virtual seperti mengukuhkan pandangan kolonialis Barat terhadap Asia, terutama perempuan Asia, dan bintang K-pop, sebagai sebuah robot," jelasnya.
Dia juga menambahkan, bahwa konsep idol virtual sebenarnya juga sudah basi, terutama kalau melihat Hatsune Miku, bintang virtual Jepang yang masuk dalam industri J-pop selama bertahun-tahun. ( )
Hye-jin mengaku masih bingung, bagaimana caranya Aespa bakal menjalin hubungan yang erat dengan penggemarnya, karena berkomunikasi dengan avatar dan dengan manusia adalah dua hal yang berbeda.
"Kekuatan K-pop ada pada gambaran hubungan yang kuat antara para anggotanya, dan menciptakan potret sebuah keluarga di antara mereka. Lalu apakah Aespa akan membuat ikatan yang kuat antara seleb dan avatarnya?" kata Hye-jin saat melihat video interaksi antara Karina dan ae-Karina.
Sementara Thomas Baudinette, pengajar studi internasional di Macquarie University, Sydney, Australia, khawatir dengan potensi eksploitasi para ae-.