Gara-gara PSBB, Sukses Jualan Produk Tie Dye
loading...
A
A
A
JAKARTA - Produk tie dye belakangan makin nge-tren di kalangan anak muda. Karena gampang dibuat, akhirnya banyak dari mereka yang membuat sendiri, bahkan sampai menjual produk tersebut.
Produk tie dye sebenarnya bukan barang baru. Teknik ikat dan celup ini sudah terkenal di Jepang sejak zaman Nara, tepatnya sekitar tahun 552-749 Masehi.
Kemudian, pada akhir 1960-an, tie dye populer di Amerika sebagai bentuk penentangan kaum muda terhadap perang Vietnam.
Nah, pada 2020, produk tie dye pun kembali jadi hit, salah satunya berkat para desainer dunia yang merancang busana tie dye dengan beberapa modifikasi kekinian.
Foto: Getty Images
Beberapa artis dan model ternama, seperti Gigi Hadid , Justin Bieber , dan Halsey juga sering memakai produk tie dye.
Pencarian "tie dye" di beberapa platform media sosial seperti Pinterest pun melonjak hingga 462%. Yang membuatnya makin jadi tren karena membuat produk tie dye juga gampang, bahkan bisa memakai kaus bekas.
Jadi, ketika pandemi melanda dunia pada awal tahun ini, banyak anak muda yang punya waktu lowong banyak akhirnya dipakai untuk membuat produk tie dye sendiri alias DIY (do it yourself).
Sebagian ada yang cuma dipakai sendiri, sebagian lainnya malah menjadikannya sebagai lahan bisnis. Misalnya yang dilakukan Odelyn.
Foto: Instagram @tieyourdye
Dia sudah hobi bikin produk tie dye untuk diri sendiri sejak diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada Maret lalu. Kemudian sejak Mei, karena hobi berbisnis, dia memutuskan membuka usaha produk tie dye.
Produk yang ditawarkannya beragam, mulai dari kaus, sweter, masker, sampai ikat rambut. Odelyn memasarkannya lewat akun Instagram @tieyourdye, yang kini punya pengikut sekitar 82.000 akun. Dia juga melakukan promosi dengan membuat konten di TikTok dan endorsement.
Modal Enggak Sampai Sejuta
Berapa modal yang diperlukan untuk bisnis produk tie dye? Menurut cerita Zunika, 24, dan Safira, 24, yang berjualan produk tie dye lewat akun Instagram @iweardye, mereka cuma mengeluarkan Rp700.000 saat memulainya.
Awalnya, saat membuka usaha pada Juli lalu, mereka cuma membuat produk masker, soalnya produk ini lagi banyak dicari. Tapi belakangan, mereka menambah produknya dengan tote bag, kaus, dan celana pendek.
Foto: Instagram@iweardye
Usaha ini mereka lakukan saat senggang, di sela kesibukan sebagai karyawan. Tapi pendapatannya ternyata enggak mengecewakan.
Tiap minggunya, @iweardye berhasil menjual sekitar 70 buah masker dan 6 buah kaus, dengan omzet rata-rata Rp1,5 hingga Rp2 juta per bulan.
Kalau punya bujet besar, bahkan bisa membuatnya sebagai bisnis besar. Misalnya seperti yang dilakukan Vanthe, 19, dan Fina, 18. Dua cewek asal Malang ini membuka @s.clothiststudio pada Agustus lalu dengan modal Rp20 juta.
Untuk produknya, mereka mengadopsi tren penggunaan piyama kekinian kelas premium dalam bentuk tie dye shibori set. Shibori adalah teknik tie dye a la Jepang. Dalam sebulan pertama, mereka berhasil menjual puluhan shibori set dengan omzet jutaan rupiah.
Produk tie dye sebenarnya bukan barang baru. Teknik ikat dan celup ini sudah terkenal di Jepang sejak zaman Nara, tepatnya sekitar tahun 552-749 Masehi.
Kemudian, pada akhir 1960-an, tie dye populer di Amerika sebagai bentuk penentangan kaum muda terhadap perang Vietnam.
Nah, pada 2020, produk tie dye pun kembali jadi hit, salah satunya berkat para desainer dunia yang merancang busana tie dye dengan beberapa modifikasi kekinian.
Foto: Getty Images
Beberapa artis dan model ternama, seperti Gigi Hadid , Justin Bieber , dan Halsey juga sering memakai produk tie dye.
Pencarian "tie dye" di beberapa platform media sosial seperti Pinterest pun melonjak hingga 462%. Yang membuatnya makin jadi tren karena membuat produk tie dye juga gampang, bahkan bisa memakai kaus bekas.
Jadi, ketika pandemi melanda dunia pada awal tahun ini, banyak anak muda yang punya waktu lowong banyak akhirnya dipakai untuk membuat produk tie dye sendiri alias DIY (do it yourself).
Sebagian ada yang cuma dipakai sendiri, sebagian lainnya malah menjadikannya sebagai lahan bisnis. Misalnya yang dilakukan Odelyn.
Foto: Instagram @tieyourdye
Dia sudah hobi bikin produk tie dye untuk diri sendiri sejak diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada Maret lalu. Kemudian sejak Mei, karena hobi berbisnis, dia memutuskan membuka usaha produk tie dye.
Produk yang ditawarkannya beragam, mulai dari kaus, sweter, masker, sampai ikat rambut. Odelyn memasarkannya lewat akun Instagram @tieyourdye, yang kini punya pengikut sekitar 82.000 akun. Dia juga melakukan promosi dengan membuat konten di TikTok dan endorsement.
Modal Enggak Sampai Sejuta
Berapa modal yang diperlukan untuk bisnis produk tie dye? Menurut cerita Zunika, 24, dan Safira, 24, yang berjualan produk tie dye lewat akun Instagram @iweardye, mereka cuma mengeluarkan Rp700.000 saat memulainya.
Awalnya, saat membuka usaha pada Juli lalu, mereka cuma membuat produk masker, soalnya produk ini lagi banyak dicari. Tapi belakangan, mereka menambah produknya dengan tote bag, kaus, dan celana pendek.
Foto: Instagram@iweardye
Usaha ini mereka lakukan saat senggang, di sela kesibukan sebagai karyawan. Tapi pendapatannya ternyata enggak mengecewakan.
Tiap minggunya, @iweardye berhasil menjual sekitar 70 buah masker dan 6 buah kaus, dengan omzet rata-rata Rp1,5 hingga Rp2 juta per bulan.
Kalau punya bujet besar, bahkan bisa membuatnya sebagai bisnis besar. Misalnya seperti yang dilakukan Vanthe, 19, dan Fina, 18. Dua cewek asal Malang ini membuka @s.clothiststudio pada Agustus lalu dengan modal Rp20 juta.
Untuk produknya, mereka mengadopsi tren penggunaan piyama kekinian kelas premium dalam bentuk tie dye shibori set. Shibori adalah teknik tie dye a la Jepang. Dalam sebulan pertama, mereka berhasil menjual puluhan shibori set dengan omzet jutaan rupiah.