8 Potret Kehidupan Nyata dalam Drakor The 8 Show, dari Dunia Kerja hingga Medsos
loading...
A
A
A
JAKARTA - The 8 Show adalah drama Korea pendek delapan episode di Netflix. Kisahnya tentang delapan orang yang ditempatkan dalam sebuah permainan demi mendapatkan uang.
Serial ini adalah hasil adaptasi webtoon Money Game dan Pi Game karya Bae Jin-soo. Masing-masing dirilis dalam rentang 2018-2020 dan 2020-2021.
Drakor The 8 Show mengisahkan delapan orang yang masing-masing sedang mengalami masalah hidup. Mereka lalu secara misterius terlibat dalam permainan yang membuat mereka mendapat bayaran dengan cara menghabiskan waktu di sebuah ruangan.
Sepanjang waktu di sana, mereka bisa membeli barang-barang kebutuhan dengan upah mereka, tapi dengan biaya 100 kali lebih mahal. Jika tak mau membayar dengan uang, mereka bisa membayarnya dengan waktu mereka, tapi untuk melakukannya mereka harus melakukan aksi tertentu terlebih dahulu.
Mereka nantinya akan diberikan bayaran dalam bentuk uang setelah menyelesaikan permainan.
Meski premisnya bukan hal baru, tapi penceritaan dan konflikThe 8 Show menggambarkan kehidupan yang dekat dengan keseharian masyarakat lewat karakter-karakternya. Penonton pun bisa terhubung dengan tiap karakter, terutama mereka yang berada di level sosial bawah.
Berikut ini delapan potret kehidupan nyata dalam The 8 Show yang bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Foto:Netflix
Pada awal episode 1, penonton diberi tahu bahwa tiap peserta mendapatkan upah besar hanya dengan menghabiskan waktu tanpa melakukan apa pun di sana. Upah dihitung per menit.
Namun belakangan kita tahu bahwa nilai upah tiap lantai ternyata berbeda. Upah bagi peserta di lantai 1F (Bae Sung-woo) jadi yang paling kecil, yaitu hanya 10 ribu won (Rp117,8 ribu) per menit.
Lalu lantai 2F (Lee Joo-young) hanya bertambah 10 ribu menjadi 20 ribu won per menit. Lantas lantai 3F (Ryu Jun-yeol) sebesar 30 ribu won.
Selanjutnya, penghitungan untuk upah bagi peserta lantai berikutnya diberikan berdasarkan hasil penambahan dari lantai sebelumnya. Ini berarti peserta lantai 4F (Lee Yul-Eum) mendapatkan 50 ribu won per menit.
Lalu berturut-turut peserta lantai 5F (Moon Jeong-hee) mendapatkan 80 ribu won, 6F (Park Hae-joon) 130 ribu won, lantai 7F (Park Jeong-min) 210 ribu won, dan lantai 8F (Chun Woo-hee) melambung hingga 340 ribu won (Rp4 juta) per menit.
Dengan selisih upah antara 1F dengan 8F mencapai 330 ribu won (Rp3,8 juta) otomatis kamar tempat mereka tinggal juga jauh berbeda dari segi luas hingga barang yang mengisinya. Kamar 1F sangat kecil dengan langit-langit rendah, sedangkan 8F bak penthouse dengan ranjang besar, bak mandi, serta jendela yang sangat besar.
Gambaran kesenjangan upah ini juga potret dari perbedaan gaji kelas pekerja rendahan dengan para eksekutif yang menjadi bos mereka di perusahaan.
Foto:Netflix
Yang membuat perbedaan gaji ini menjadi sangat ironis adalah, dalam The 8 Show diperlihatkan bahwa mereka yang tinggal di lantai terbawah (1-3) menjadi yang harus paling keras bekerja. Ini berbanding terbalik dengan peserta lantai 8F.
Peserta lantai 8F mendapatkan kemewahan tersebut karena beruntung mengambil angka 8 alias lantai teratas. Karena punya banyak keuntungan itu, ia juga bisa berlaku semena-mena, misalnya menolak ikut berlari naik-turun tangga demi menambah waktu atau menahan akomodasi bagi peserta lain.
Ini berbanding terbalik dengan 1F yang harus melakukan kegiatan fisik meski fisiknya terbatas. Tak cuma itu, ia juga harus rela menerima kotoran hasil buang hajat dari seluruh peserta lainnya untuk ditaruh di kamarnya. Padahal, kamarnya juga sudah sangat sempit.
Hal yang sama juga berlaku untuk 3F yang mendapat giliran menampung kotoran manusia. Sedangkan peserta yang lain terbebas dari hal tersebut.
Foto: Netflix
Peserta lantai 1F adalah penyandang disabilitas dengan keterbatasan di kakinya. Ini membuatnya sulit naik-turun tangga.
Kondisi ini pula yang membuatnya otomatis memilih lantai terbawah, agar tidak perlu naik-turun tangga. Ini jadi gambaran kehidupan nyata, bahwa sejak awal penyandang disabilitas selalu memiliki keterbatasan pilihan dalam hidupnya, dalam bidang apa pun, karena sistem yang tidak mendukung.
Foto:Netflix
Selayaknya sistem hierarki, para penghuni lantai atas punya banyak keistimewaan. Namun itu saja ternyata tak cukup, mereka pun masih memanipulasi permainan agar peserta level bawah selalu menjadi pihak yang kalah dan dihinakan dalam tiap permainan.
Bukan hanya dihinakan secara lisan, mereka juga dilecehkan secara fisik, dipukuli hingga babak belur, dengan sistem curang yang dibuat seakan-akan adil dan berjalan dengan semestinya.
Foto:Netflix
Meski sudah babak belur, bahkan tak makan seharian, para peserta level bawah juga tidak boleh sakit atau absen dalam kegiatan berkontribusi menghasilkan waktu bagi grup.
Ini berbanding terbalik dengan para peserta level atas yang malah bisa bersantai dan bersenang-senang karena merekalah yang membuat sistem atau aturannya.
Foto:Netflix
Ini adalah potret yang pas untuk menggambarkan kehidupan di dunia hiburan dan media sosial. Dalam The 8 Show, para peserta harus melakukan hal-hal yang bisa menghibur penonton.
Mereka yang paling bisa membuat penonton senang, akan mendapatkan tambahan waktu paling besar yang terakumulasi ke jumlah uang. Nyanyian yang bagus bisa menambah beberapa jam, tapi konten seksual menjadi yang paling laku dan bisa menambah hingga puluhan jam.
Selain konten terkait seksual, konten kekerasan yang sampai melibatkan darah juga mendapatkan angka yang sangat tinggi.
Foto:Netflix
Sepanjang delapan episode, penonton berkali-kali diperlihatkan adegan pengkhianatan dari para peserta. Ada yang niatnya baik, ada juga yang berlatar kelicikan dan keserakahan semata demi menyelamatkan diri sendiri.
Hal ini tentu hal yang sangat sering terjadi dalam kehidupan manusia, dalam bidang mana pun juga.
Foto:Netflix
Fakta kehidupan paling menyedihkan yang juga tergambar dalam drama Korea The 8 Show adalah, seberapa pun kerasnya orang-orang di level bawah bekerja, mereka tetap nyaris mustahil bisa merasakan kehidupan atau kenikmatan yang dirasakan mereka yang berada di level atas.
Sistem upah dan sistem lainnya dalam kehidupan seperti bersekongkol untuk membuat peserta level bawah tak mampu mengubah nasib mereka. Ini seperti sebuah takdir kejam yang harus mereka bawa sampai mati.
Serial ini adalah hasil adaptasi webtoon Money Game dan Pi Game karya Bae Jin-soo. Masing-masing dirilis dalam rentang 2018-2020 dan 2020-2021.
Drakor The 8 Show mengisahkan delapan orang yang masing-masing sedang mengalami masalah hidup. Mereka lalu secara misterius terlibat dalam permainan yang membuat mereka mendapat bayaran dengan cara menghabiskan waktu di sebuah ruangan.
Sepanjang waktu di sana, mereka bisa membeli barang-barang kebutuhan dengan upah mereka, tapi dengan biaya 100 kali lebih mahal. Jika tak mau membayar dengan uang, mereka bisa membayarnya dengan waktu mereka, tapi untuk melakukannya mereka harus melakukan aksi tertentu terlebih dahulu.
Mereka nantinya akan diberikan bayaran dalam bentuk uang setelah menyelesaikan permainan.
Meski premisnya bukan hal baru, tapi penceritaan dan konflikThe 8 Show menggambarkan kehidupan yang dekat dengan keseharian masyarakat lewat karakter-karakternya. Penonton pun bisa terhubung dengan tiap karakter, terutama mereka yang berada di level sosial bawah.
Berikut ini delapan potret kehidupan nyata dalam The 8 Show yang bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Hierarki Upah yang Penuh Kesenjangan
Foto:Netflix
Pada awal episode 1, penonton diberi tahu bahwa tiap peserta mendapatkan upah besar hanya dengan menghabiskan waktu tanpa melakukan apa pun di sana. Upah dihitung per menit.
Namun belakangan kita tahu bahwa nilai upah tiap lantai ternyata berbeda. Upah bagi peserta di lantai 1F (Bae Sung-woo) jadi yang paling kecil, yaitu hanya 10 ribu won (Rp117,8 ribu) per menit.
Lalu lantai 2F (Lee Joo-young) hanya bertambah 10 ribu menjadi 20 ribu won per menit. Lantas lantai 3F (Ryu Jun-yeol) sebesar 30 ribu won.
Selanjutnya, penghitungan untuk upah bagi peserta lantai berikutnya diberikan berdasarkan hasil penambahan dari lantai sebelumnya. Ini berarti peserta lantai 4F (Lee Yul-Eum) mendapatkan 50 ribu won per menit.
Lalu berturut-turut peserta lantai 5F (Moon Jeong-hee) mendapatkan 80 ribu won, 6F (Park Hae-joon) 130 ribu won, lantai 7F (Park Jeong-min) 210 ribu won, dan lantai 8F (Chun Woo-hee) melambung hingga 340 ribu won (Rp4 juta) per menit.
Dengan selisih upah antara 1F dengan 8F mencapai 330 ribu won (Rp3,8 juta) otomatis kamar tempat mereka tinggal juga jauh berbeda dari segi luas hingga barang yang mengisinya. Kamar 1F sangat kecil dengan langit-langit rendah, sedangkan 8F bak penthouse dengan ranjang besar, bak mandi, serta jendela yang sangat besar.
Gambaran kesenjangan upah ini juga potret dari perbedaan gaji kelas pekerja rendahan dengan para eksekutif yang menjadi bos mereka di perusahaan.
2. Level Bawah Bekerja Jauh Lebih Keras, tapi Diperlakukan Paling Buruk
Foto:Netflix
Yang membuat perbedaan gaji ini menjadi sangat ironis adalah, dalam The 8 Show diperlihatkan bahwa mereka yang tinggal di lantai terbawah (1-3) menjadi yang harus paling keras bekerja. Ini berbanding terbalik dengan peserta lantai 8F.
Peserta lantai 8F mendapatkan kemewahan tersebut karena beruntung mengambil angka 8 alias lantai teratas. Karena punya banyak keuntungan itu, ia juga bisa berlaku semena-mena, misalnya menolak ikut berlari naik-turun tangga demi menambah waktu atau menahan akomodasi bagi peserta lain.
Ini berbanding terbalik dengan 1F yang harus melakukan kegiatan fisik meski fisiknya terbatas. Tak cuma itu, ia juga harus rela menerima kotoran hasil buang hajat dari seluruh peserta lainnya untuk ditaruh di kamarnya. Padahal, kamarnya juga sudah sangat sempit.
Hal yang sama juga berlaku untuk 3F yang mendapat giliran menampung kotoran manusia. Sedangkan peserta yang lain terbebas dari hal tersebut.
3. Penyandang Disabilitas Mendapat Banyak Kesulitan
Foto: Netflix
Peserta lantai 1F adalah penyandang disabilitas dengan keterbatasan di kakinya. Ini membuatnya sulit naik-turun tangga.
Kondisi ini pula yang membuatnya otomatis memilih lantai terbawah, agar tidak perlu naik-turun tangga. Ini jadi gambaran kehidupan nyata, bahwa sejak awal penyandang disabilitas selalu memiliki keterbatasan pilihan dalam hidupnya, dalam bidang apa pun, karena sistem yang tidak mendukung.
4. Level Atas Selalu Menindas Level di Bawahnya
Foto:Netflix
Selayaknya sistem hierarki, para penghuni lantai atas punya banyak keistimewaan. Namun itu saja ternyata tak cukup, mereka pun masih memanipulasi permainan agar peserta level bawah selalu menjadi pihak yang kalah dan dihinakan dalam tiap permainan.
Bukan hanya dihinakan secara lisan, mereka juga dilecehkan secara fisik, dipukuli hingga babak belur, dengan sistem curang yang dibuat seakan-akan adil dan berjalan dengan semestinya.
5. Tidak Boleh Mati
Foto:Netflix
Meski sudah babak belur, bahkan tak makan seharian, para peserta level bawah juga tidak boleh sakit atau absen dalam kegiatan berkontribusi menghasilkan waktu bagi grup.
Ini berbanding terbalik dengan para peserta level atas yang malah bisa bersantai dan bersenang-senang karena merekalah yang membuat sistem atau aturannya.
6. Konten Seksual dan Kekerasan Paling Disukai Penonton
Foto:Netflix
Ini adalah potret yang pas untuk menggambarkan kehidupan di dunia hiburan dan media sosial. Dalam The 8 Show, para peserta harus melakukan hal-hal yang bisa menghibur penonton.
Mereka yang paling bisa membuat penonton senang, akan mendapatkan tambahan waktu paling besar yang terakumulasi ke jumlah uang. Nyanyian yang bagus bisa menambah beberapa jam, tapi konten seksual menjadi yang paling laku dan bisa menambah hingga puluhan jam.
Selain konten terkait seksual, konten kekerasan yang sampai melibatkan darah juga mendapatkan angka yang sangat tinggi.
7. Pengkhianatan demi Menyelamatkan Diri Sendiri
Foto:Netflix
Sepanjang delapan episode, penonton berkali-kali diperlihatkan adegan pengkhianatan dari para peserta. Ada yang niatnya baik, ada juga yang berlatar kelicikan dan keserakahan semata demi menyelamatkan diri sendiri.
Hal ini tentu hal yang sangat sering terjadi dalam kehidupan manusia, dalam bidang mana pun juga.
8. Seberapa pun Kerasnya Bekerja, yang Miskin Tetap Sulit Kaya
Foto:Netflix
Fakta kehidupan paling menyedihkan yang juga tergambar dalam drama Korea The 8 Show adalah, seberapa pun kerasnya orang-orang di level bawah bekerja, mereka tetap nyaris mustahil bisa merasakan kehidupan atau kenikmatan yang dirasakan mereka yang berada di level atas.
Sistem upah dan sistem lainnya dalam kehidupan seperti bersekongkol untuk membuat peserta level bawah tak mampu mengubah nasib mereka. Ini seperti sebuah takdir kejam yang harus mereka bawa sampai mati.
(ita)