Film Indonesia yang Dilarang dan Diprotes Tayang di Bioskop, Ada Kiblat

Rabu, 27 Maret 2024 - 19:07 WIB
loading...
Film Indonesia yang Dilarang dan Diprotes Tayang di Bioskop, Ada Kiblat
Film Kiblat diprotes untuk ditayangkan di bioskop karena dianggap mengeksploitasi agama. Foto/Leo Pictures
A A A
JAKARTA - Ada banyak film Indonesia yang dilarang untuk tayang di bioskop, baik oleh lembaga resmi pemerintah maupun lembaga kemasyarakatan.

Film-film itu mendapatkan penolakan dari sebagian masyarakat karena berbagai alasan. Mulai dari dianggap mengandung konten yang terlalu vulgar, terlalu sadis, dianggap memecah belah masyarakat, hingga dianggap mengeksploitasi suatu agama tertentu.

Sederet nama yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia juga hadir dalam proses pembuatan film tersebut, seperti Ria Ricis hingga aktor kenamaan Reza Rahadian. Namun hal itu tidak membuat film-film ini mulus untuk diputar di jaringan bioskop. Berikut ini ulasannya.


Daftar Film Indonesia yang Diprotes atau Dilarang Tayang di Bioskop


1. Kiblat (2024)

Film Indonesia yang Dilarang dan Diprotes Tayang di Bioskop, Ada Kiblat

Foto: Leo Pictures

Film horor yang dibintangi oleh Ria Ricis ini mendapat respons negatif dari masyarakat, bahkan dari lembaga kemasyarakatan Majelis Ulama Indonesia (UI). Alasannya adalah karena dianggap mengeksploitasi agama.

Kiblat direncanakan tayang pada 2024. Adapun Lembaga Sensor Film (LSF) menjelaskan bahwa film ini memang belum lulus sensor meskipun sudah diajukan sejak Februari lalu. LSF masih menantikan perbaikan dari pemilik film tersebut.

Kiblat berlatarkan ceritanya di sebuah padepokan dengan banyak keanehan. Di sana, tidak terdengar azan, juga kiblat yang berubah saat salat. Tak cuma itu, orang yang salat juga tubuhnya tiba-tiba terbalik.

2. Pocong (2006)

Film Indonesia yang Dilarang dan Diprotes Tayang di Bioskop, Ada Kiblat

Foto: SinemArt Pictures

Film horor lainnya yang juga dilarang tayang di bioskop yaitu Pocong. Film yang menceritakan asal muasal pocong ini tak lolos sensor LSF. Alasannya karena banyak menampilkan kerusuhan Mei 1998 yang terkait dengan isu SARA hingga kekerasan seksual.

Namun, film sekuelnya, yaitu Pocong 2 justrubisa ditayangkan dan cukup sukses di bioskop. Pada 2019, dirilis juga Pocong the Origin yangmerupakan adaptasi dari film pertama yang menghilangkan unsur kerusuhan Mei 1998.

3. Parts Of the Heart (2012)

Film Indonesia yang Dilarang dan Diprotes Tayang di Bioskop, Ada Kiblat

Foto: Kinekuma Pictures

Film ini mengisahkan seorang pria yang menyukai sesama jenis, bahkan ketika dirinya sudah beristri, pria tersebut tetap memiliki ketertarikan dengan pria lain. Melihat sinopsis dari film ini tentu tidak heran mengapa filmnya dilarang tayang di bioskop Indonesia.

Kendati begitu, filmnya sempat ditayangkan dalam festival film di Indonesia yang dibuat terbatas. Selain itu, film ini juga disukai di luar negeri, salah satunya diputar di Festival Film Internasional Rotterdam 2012.

4. Jagal (2012)

Film Indonesia yang Dilarang dan Diprotes Tayang di Bioskop, Ada Kiblat

Foto:Final Cut for Real

Film dokumenter dengan judul bahasa Inggris The Act of Killing ini mengambil sudut pandang kekerasan dan pembunuhan yang dilakukan oleh para preman terhadap mereka yang diduga terlibat dalam PKI. Alih-alih dianggap sebagai pembunuh, mereka malah dianggap sebagai pahlawan.

Film ini juga dilarang tayang di jaringan bioskop Indonesia karena isunya yang sensitif. Meski begitu, filmnya sempat diputar di forum-forum terbatas di dalam negeri.

Film ini juga memiliki peminat yang tinggi di luar negeri. Bahkan mendapat penghargaan British Academy Film and Television Arts Awards 2013.

5. Prison and Paradise (2010)

Film Indonesia yang Dilarang dan Diprotes Tayang di Bioskop, Ada Kiblat

Foto: via Indonesian Film Center

Film yang sempat masuk dalam nominasi Film Dokumenter Panjang Terbaik Piala Citra 2011 ini terpaksa dicabut karena LSF menyatakan film tersebut tidak lulus sensor.

Film yang mengangkat kisah tragis Bom Bali berdasarkan perspektif teroris yang terlibat didalamnya ini mendapat banyak kecaman. Penyebabnya adalah karena dianggap sebagai propaganda yang dapat menyesatkan bagi masyarakat Indonesia. Meski begitu, filmnya masuk sebagai nomine film dokumenter terbaik FFI.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2244 seconds (0.1#10.140)