CERMIN: Hilde, Darby, dan Detektif Generasi Z
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tahun 2020. Saat pandemi masih menghajar seluruh dunia, Apple TV memperkenalkan kita pada sosok bocah fenomenal. Seorang jurnalis cilik bernama Hilde Lysiak.
Pada 2 April 2016, Hilde berada di kantor polisi menanyakan kepada polisi tentang kesimpulan kasus vandalisme yang diikutinya. Ia lantas mendengar kepala polisi menjelaskan bahwa ia harus meninggalkan kantor karena telah terjadi sesuatu yang penting.
Hilde segera mengetahui bahwa panggilan tersebut terkait pembunuhan yang hanya berjarak beberapa blok dari rumahnya: seorang perempuan meninggal secara mengenaskan dan polisi mencurigai suaminya telah membunuhnya dengan palu. Hilde pergi ke TKP dan kemudian bergegas pulang untuk memberikan laporan kepada ayahnya, yang lantas disunting dan dipublikasikan via website-nya Orange Street News dengan judul EKSKLUSIF: PEMBUNUHAN DI JALAN KESEMBILAN.
Kisah luar biasa Hilde yang masih berusia sembilan tahun ketika mencoba menyelidiki kasus pembunuhan itu lantas diadaptasi menjadi serial 10 episode yang tayang di Apple TV berjudul Home Before Dark. Kita tahu bahwa pembunuhan semakin menarik minat generasi muda untuk mencari tahu misteri di baliknya, dan terutama untuk menyebarluaskan informasinya kepada masyarakat.
Berbeda dengan Hilde, Darby Hart yang berusia 24 tahun justru tertarik dengan pembunuhan sejak 'dicemplungkan' tanpa sengaja oleh ayahnya. Sang ayah yang mengasuhnya seorang diri yang berprofesi sebagai pemeriksa medis kasus kepolisian sering kali mengajaknya ke TKP.
Foto: Disney+
Perlahan tapi pasti, seperti Hilde, Darby remaja mengembangkan keterampilan analisisnya, kecermatan melihat segala detail terutama yang sering kali tak dihiraukan orang. Ia juga mulai mempelajari pola-pola yang sering kali diulang oleh pembunuh berbagai varian.
Berbeda dengan Hilde yang ekstrover, Darby justru introver dan menghabiskan waktunya berselancar via dark web. Dari petualangan inilah ia bertemu Bill yang kelak akan menjadi semacam 'partner in crime'-nya. Keduanya berbagi hasrat yang sama, berbagi keingintahuan yang sama, dan bisa jadi juga sama-sama kesepian.
Petualangannya dengan Bill dan penjelajahannya mencari pembunuh yang telah menghabisi nyawa banyak perempuan membuatnya menulis buku The Silver Doe. Buku ini juga menarik perhatian dari miliuner, Andy Ronson, yang kelak mengundangnya dalam sebuah retreat jauh di Islandia. Sejumlah orang terpilih dikumpulkan di tempat terpencil dan membaca judul serial ini, kita tentunya sudah bisa menebak apa yang akan terjadi.
Tapi A Murder at the End of the World bukanlah sekadar karya tipikal mengupas siapa dalang pembunuhan yang terjadi di sana. Duo kreator Zal Batmanglij dan Brit Marling memasukkan bumbu isu khas yang terasa darurat sekaligus relevan dibicarakan hari-hari ini.
Foto: Disney+
Dari soal perubahan iklim yang disinyalir akan berlangsung lebih cepat dari yang seharusnya, dan bagaimana Artificial Intelligence (Andy lebih suka menyebutnya Alternative Intelligence) mengambil alih banyak hal dari kehidupan pribadi kita. Juga bagaimana kekayaan tak terhingga dan kekuasaan tak terbatas bisa disalahgunakan hingga kekerasan terhadap perempuan.
Sekilas di atas kertas mungkin terasa terlalu banyak tapi percayalah, semua bumbu tersebut bisa diracik dengan takaran yang pas sehingga terasa mengalir alamiah dalam urat nadi cerita serial tujuh episode yang tayang di Disney+ tersebut.
Selain pergeseran usia, kita juga melihat bahwa sosok detektif tak lagi digambarkan sekaku Hercule Poirot, detektif masyhur yang muncul dalam banyak kisah yang ditulis Agatha Christie. Atau dibuat mirip dengan Benoit Blanc dalam dwilogi Knives Out yang juga terinspirasi dari Hercule.
Kini kita berhadapan dengan detektif perempuan muda, dengan wajah polos tak berdosa, dengan rambut dicat pink dan melek teknologi. Hilde dan Darby adalah detektif generasi Z yang mengambil alih tongkat estafet dari Hercule dan Benoit.
Namunkasus pembunuhan yang terjadi di dunia ini berusia sepanjang manusia hidup di bumi. Motifnya hampir selalu berulang, sering kali karena kecemburuan, nafsu, juga sering kali dilakukan seorang psikopat yang terlalu banyak waktu luang.
Foto: Disney+
Namun A Murder at the End of the World menyodorkan sebuah premis supermenarik yang bisa jadi adalah ekstensi dari penggambaran sejumlah pembuat film dari puluhan tahun sebelumnya. Bahwa mereka khawatir ada masa saat para robot menguasai bumi dan melakukan hal-hal yang tak seharusnya terjadi.
Generasi Z yang diwakili Hilde dan Darby bisa jadi lebih memahami akar masalah sekiranya hal tersebut terjadi. Mereka mampu mengurai mengapa hal tersebut bisa terjadi dan terutama mencari solusi (termasuk solusi jangka pendek) untuk mencegah kerusakan tak terjadi lebih luas.
Pada 2 April 2016, Hilde berada di kantor polisi menanyakan kepada polisi tentang kesimpulan kasus vandalisme yang diikutinya. Ia lantas mendengar kepala polisi menjelaskan bahwa ia harus meninggalkan kantor karena telah terjadi sesuatu yang penting.
Hilde segera mengetahui bahwa panggilan tersebut terkait pembunuhan yang hanya berjarak beberapa blok dari rumahnya: seorang perempuan meninggal secara mengenaskan dan polisi mencurigai suaminya telah membunuhnya dengan palu. Hilde pergi ke TKP dan kemudian bergegas pulang untuk memberikan laporan kepada ayahnya, yang lantas disunting dan dipublikasikan via website-nya Orange Street News dengan judul EKSKLUSIF: PEMBUNUHAN DI JALAN KESEMBILAN.
Kisah luar biasa Hilde yang masih berusia sembilan tahun ketika mencoba menyelidiki kasus pembunuhan itu lantas diadaptasi menjadi serial 10 episode yang tayang di Apple TV berjudul Home Before Dark. Kita tahu bahwa pembunuhan semakin menarik minat generasi muda untuk mencari tahu misteri di baliknya, dan terutama untuk menyebarluaskan informasinya kepada masyarakat.
Berbeda dengan Hilde, Darby Hart yang berusia 24 tahun justru tertarik dengan pembunuhan sejak 'dicemplungkan' tanpa sengaja oleh ayahnya. Sang ayah yang mengasuhnya seorang diri yang berprofesi sebagai pemeriksa medis kasus kepolisian sering kali mengajaknya ke TKP.
Foto: Disney+
Perlahan tapi pasti, seperti Hilde, Darby remaja mengembangkan keterampilan analisisnya, kecermatan melihat segala detail terutama yang sering kali tak dihiraukan orang. Ia juga mulai mempelajari pola-pola yang sering kali diulang oleh pembunuh berbagai varian.
Berbeda dengan Hilde yang ekstrover, Darby justru introver dan menghabiskan waktunya berselancar via dark web. Dari petualangan inilah ia bertemu Bill yang kelak akan menjadi semacam 'partner in crime'-nya. Keduanya berbagi hasrat yang sama, berbagi keingintahuan yang sama, dan bisa jadi juga sama-sama kesepian.
Petualangannya dengan Bill dan penjelajahannya mencari pembunuh yang telah menghabisi nyawa banyak perempuan membuatnya menulis buku The Silver Doe. Buku ini juga menarik perhatian dari miliuner, Andy Ronson, yang kelak mengundangnya dalam sebuah retreat jauh di Islandia. Sejumlah orang terpilih dikumpulkan di tempat terpencil dan membaca judul serial ini, kita tentunya sudah bisa menebak apa yang akan terjadi.
Tapi A Murder at the End of the World bukanlah sekadar karya tipikal mengupas siapa dalang pembunuhan yang terjadi di sana. Duo kreator Zal Batmanglij dan Brit Marling memasukkan bumbu isu khas yang terasa darurat sekaligus relevan dibicarakan hari-hari ini.
Foto: Disney+
Dari soal perubahan iklim yang disinyalir akan berlangsung lebih cepat dari yang seharusnya, dan bagaimana Artificial Intelligence (Andy lebih suka menyebutnya Alternative Intelligence) mengambil alih banyak hal dari kehidupan pribadi kita. Juga bagaimana kekayaan tak terhingga dan kekuasaan tak terbatas bisa disalahgunakan hingga kekerasan terhadap perempuan.
Sekilas di atas kertas mungkin terasa terlalu banyak tapi percayalah, semua bumbu tersebut bisa diracik dengan takaran yang pas sehingga terasa mengalir alamiah dalam urat nadi cerita serial tujuh episode yang tayang di Disney+ tersebut.
Selain pergeseran usia, kita juga melihat bahwa sosok detektif tak lagi digambarkan sekaku Hercule Poirot, detektif masyhur yang muncul dalam banyak kisah yang ditulis Agatha Christie. Atau dibuat mirip dengan Benoit Blanc dalam dwilogi Knives Out yang juga terinspirasi dari Hercule.
Kini kita berhadapan dengan detektif perempuan muda, dengan wajah polos tak berdosa, dengan rambut dicat pink dan melek teknologi. Hilde dan Darby adalah detektif generasi Z yang mengambil alih tongkat estafet dari Hercule dan Benoit.
Namunkasus pembunuhan yang terjadi di dunia ini berusia sepanjang manusia hidup di bumi. Motifnya hampir selalu berulang, sering kali karena kecemburuan, nafsu, juga sering kali dilakukan seorang psikopat yang terlalu banyak waktu luang.
Foto: Disney+
Namun A Murder at the End of the World menyodorkan sebuah premis supermenarik yang bisa jadi adalah ekstensi dari penggambaran sejumlah pembuat film dari puluhan tahun sebelumnya. Bahwa mereka khawatir ada masa saat para robot menguasai bumi dan melakukan hal-hal yang tak seharusnya terjadi.
Generasi Z yang diwakili Hilde dan Darby bisa jadi lebih memahami akar masalah sekiranya hal tersebut terjadi. Mereka mampu mengurai mengapa hal tersebut bisa terjadi dan terutama mencari solusi (termasuk solusi jangka pendek) untuk mencegah kerusakan tak terjadi lebih luas.