CERMIN AWARDS: 10 Film dan Serial Internasional Terbaik 2023
loading...
A
A
A
Dalam konsep Budhisme Korea, in mengacu pada “penyebab langsung” dan yeon berarti “penyebab tidak langsung”, atau kondisi yang memungkinkan suatu hasil. Bersama-sama, in dan yeon memberikan penjelasan mengapa makhluk tertentu bertemu di tempat dan waktu tertentu.
Tidak jauh dari karma, inyeon dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana suatu hubungan terbentuk atau diberikan dari surga. Kata yeon lainnya yang sama dari inyeon ditemukan dalam pepatah Korea, cheon-saeng-yeon-bun,atau “pasangan yang dibuat di surga”. Inyeon tidak hanya ada di Korea, sebuah pepatah Tiongkok menyatakan bahwa jika ditakdirkan, orang akan bertemu meskipun mereka terpisah ribuan mil.
Foto: Apple TV+
Sebagaimana novelnya yang meski awalnya tak dilirik, serialnya pun pelan-pelan menjaring pemirsa setia. Bisa jadi tak banyak yang membayangkan bahwa serial dengan enam episode dalam setiap musimnya tersebut bisa tampil mengejutkan.
Kreator sekaligus penulis skenario, Will Smith, berada di balik sukses Slow Horses karena berhasil mengeksekusi cerita dengan tensi ketegangan yang diperhitungkan secara presisi dalam tiap episodenya. Sebelumnya Will berpengalaman dalam serial Veep yang membuatnya beroleh Primetime Emmy sebanyak dua kali.
Selain faktor skenario, karakterisasi juga memegang peranan penting dalam sukses serial Slow Horses. Kita melihat karakter-karakter anomali yang bisa jadi belum pernah kita lihat dalam film-film yang sebelumnya mengetengahkan karakter agen rahasia.
Di sini kita melihat sosok para agen tangguh yang bekerja tanpa dukungan besar, rela mempertaruhkan nyawa, dan yang paling penting tak kurang cemerlang dari para agen rahasia yang mendapat fasilitas berlimpah di Regent Park. Jackson yang menjadi pemimpin bukanlah jenis pemimpin yang biasa kita lihat dalam rantai komando agen rahasia.
Penampilan fisiknya sama sekali tak mendukung, ia juga tak pernah berusaha menonjol, tapi kita tahu betapa cemerlangnya ia. Betapa intuitifnya ia merasakan sebuah ancaman akan terjadi dan betapa tenangnya ia mengantisipasi setiap kejadian.
Foto: HBO Go
Serial Succesion tayang perdana di HBO Go pada 3 Juni 2018. Sebuah serial yang tak pernah menjadi unggulan dan kelak menjadi game changer dalam industri televisi. Sebuah potret mencekam tentang suksesi kepemimpinan di sebuah keluarga kaya yang brutal dan kejam. Sebuah kisah yang mengingatkan kita pada tragedi Yunani dan mitos Romawi.
Dengan gaya penceritaan yang khas dan sering terasa mirip seperti dokumenter, kita diajak memasuki kehidupan keluarga konglomerat, Logan Roy dan keempat anaknya, Connor, Kendall, Siobhan, dan Roman. Pendekatan sedemikian efektif membuat kita terjerumus ke dalam cerita dengan lebih dalam dan diajak melihat segala ketelanjangan sikap, karakter dan dosa-dosa yang dimiliki keluarga kaya ini.
Dan Succession memang terasa betul mengingatkan kita pada tragedi Yunani dan mitos Romawi. Dalam beberapa episode, referensi itu juga ditabur secara cermat oleh tim penulis yang brilyan.
Dalam salah satu episode, salah satu anggota dewan Waystar Royco berucap pada Roman, “You and Kendall are thinking of killing your dad? Well, that’s a little Greek tragedy”. Dalam episode lainnya saat sebuah perjamuan, Logan bahkan memperkenalkan keluarganya sebagai, “Like Romans among the Greeks. I’m sure you find us all rather, you know, big, vulgar, and boisterous”.
Foto: Apple TV+
Serial Ted Lasso tayang perdana di Apple TV pada 14 Agustus 2020, saat seantero dunia tengah dilanda ketakutan akibat jutaan orang meninggal karena COVID-19. Sosok Ted menyeruak di ruang keluarga, memberi tontonan yang memberi rasa hangat di hati dan memperkenalkan kembali sosok Jason Sudeikis ke tengah masyarakat.
NamunTed Lasso tak cuma mahir menampilkan sisi tiga dimensi dari karakter utamanya. Serial ini juga dengan brilian dan realistis memotret situasi yang terjadi pada sebuah klub sepak bola dengan segala macam tingkah para pemainnya, dengan beragam situasi yang melingkupinya, juga dengan kisah sampingan seputar manajer hingga humas klub.
Selama tiga musim, kita melihat bagaimana serial ini bertumbuh dan semakin cemerlang kualitasnya dari waktu ke waktu. Kita juga melihat bagaimana karakter-karakternya diberi ruang lebar untuk bertumbuh, memperlihatkan bahwa mereka juga manusia,
Bukan sekadar wayang yang ditiupkan nyawa oleh para penulis skenario. Terutama kita melihat bagaimana Ted berjuang untuk tak lagi sekadar membahagiakan sekelilingnya, tapi terutama menjadi bahagia untuk dirinya sendiri.
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
Tidak jauh dari karma, inyeon dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana suatu hubungan terbentuk atau diberikan dari surga. Kata yeon lainnya yang sama dari inyeon ditemukan dalam pepatah Korea, cheon-saeng-yeon-bun,atau “pasangan yang dibuat di surga”. Inyeon tidak hanya ada di Korea, sebuah pepatah Tiongkok menyatakan bahwa jika ditakdirkan, orang akan bertemu meskipun mereka terpisah ribuan mil.
8. Slow Horses (Kreator: Will Smith)
Foto: Apple TV+
Sebagaimana novelnya yang meski awalnya tak dilirik, serialnya pun pelan-pelan menjaring pemirsa setia. Bisa jadi tak banyak yang membayangkan bahwa serial dengan enam episode dalam setiap musimnya tersebut bisa tampil mengejutkan.
Kreator sekaligus penulis skenario, Will Smith, berada di balik sukses Slow Horses karena berhasil mengeksekusi cerita dengan tensi ketegangan yang diperhitungkan secara presisi dalam tiap episodenya. Sebelumnya Will berpengalaman dalam serial Veep yang membuatnya beroleh Primetime Emmy sebanyak dua kali.
Selain faktor skenario, karakterisasi juga memegang peranan penting dalam sukses serial Slow Horses. Kita melihat karakter-karakter anomali yang bisa jadi belum pernah kita lihat dalam film-film yang sebelumnya mengetengahkan karakter agen rahasia.
Di sini kita melihat sosok para agen tangguh yang bekerja tanpa dukungan besar, rela mempertaruhkan nyawa, dan yang paling penting tak kurang cemerlang dari para agen rahasia yang mendapat fasilitas berlimpah di Regent Park. Jackson yang menjadi pemimpin bukanlah jenis pemimpin yang biasa kita lihat dalam rantai komando agen rahasia.
Penampilan fisiknya sama sekali tak mendukung, ia juga tak pernah berusaha menonjol, tapi kita tahu betapa cemerlangnya ia. Betapa intuitifnya ia merasakan sebuah ancaman akan terjadi dan betapa tenangnya ia mengantisipasi setiap kejadian.
9. Succession (Kreator: Jesse Armstrong)
Foto: HBO Go
Serial Succesion tayang perdana di HBO Go pada 3 Juni 2018. Sebuah serial yang tak pernah menjadi unggulan dan kelak menjadi game changer dalam industri televisi. Sebuah potret mencekam tentang suksesi kepemimpinan di sebuah keluarga kaya yang brutal dan kejam. Sebuah kisah yang mengingatkan kita pada tragedi Yunani dan mitos Romawi.
Dengan gaya penceritaan yang khas dan sering terasa mirip seperti dokumenter, kita diajak memasuki kehidupan keluarga konglomerat, Logan Roy dan keempat anaknya, Connor, Kendall, Siobhan, dan Roman. Pendekatan sedemikian efektif membuat kita terjerumus ke dalam cerita dengan lebih dalam dan diajak melihat segala ketelanjangan sikap, karakter dan dosa-dosa yang dimiliki keluarga kaya ini.
Dan Succession memang terasa betul mengingatkan kita pada tragedi Yunani dan mitos Romawi. Dalam beberapa episode, referensi itu juga ditabur secara cermat oleh tim penulis yang brilyan.
Dalam salah satu episode, salah satu anggota dewan Waystar Royco berucap pada Roman, “You and Kendall are thinking of killing your dad? Well, that’s a little Greek tragedy”. Dalam episode lainnya saat sebuah perjamuan, Logan bahkan memperkenalkan keluarganya sebagai, “Like Romans among the Greeks. I’m sure you find us all rather, you know, big, vulgar, and boisterous”.
10. Ted Lasso (Kreator: Brendan Hunt, Joe Kelly, Billy Lawrence)
Foto: Apple TV+
Serial Ted Lasso tayang perdana di Apple TV pada 14 Agustus 2020, saat seantero dunia tengah dilanda ketakutan akibat jutaan orang meninggal karena COVID-19. Sosok Ted menyeruak di ruang keluarga, memberi tontonan yang memberi rasa hangat di hati dan memperkenalkan kembali sosok Jason Sudeikis ke tengah masyarakat.
NamunTed Lasso tak cuma mahir menampilkan sisi tiga dimensi dari karakter utamanya. Serial ini juga dengan brilian dan realistis memotret situasi yang terjadi pada sebuah klub sepak bola dengan segala macam tingkah para pemainnya, dengan beragam situasi yang melingkupinya, juga dengan kisah sampingan seputar manajer hingga humas klub.
Selama tiga musim, kita melihat bagaimana serial ini bertumbuh dan semakin cemerlang kualitasnya dari waktu ke waktu. Kita juga melihat bagaimana karakter-karakternya diberi ruang lebar untuk bertumbuh, memperlihatkan bahwa mereka juga manusia,
Bukan sekadar wayang yang ditiupkan nyawa oleh para penulis skenario. Terutama kita melihat bagaimana Ted berjuang untuk tak lagi sekadar membahagiakan sekelilingnya, tapi terutama menjadi bahagia untuk dirinya sendiri.
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
(ita)