CERMIN: 'Past Lives', Karma, dan Takdir di Antara 8000 Lapisan Inyeon

Jum'at, 17 November 2023 - 12:34 WIB
loading...
CERMIN: Past Lives,...
Film Past Lives mengisahkan tentang cinta dua anak manusia yang tak mungkin lagi bersatu. Foto/CJ ENM
A A A
JAKARTA - Tahun 2023. Celine Song menuliskan pengalaman pribadinya dalam sebuah film yang puitis, indah, menyayat hati dan terasa sangat personal berjudul Past Lives.

Saya selalu ingat kata-kata dari sutradara Wisnu Adi, yang pernah saya produseri untuk beberapa judul film. “Sering kali kita tidak bisa menghindar dari memasukkan diri kita dalam sesuatu yang kita tulis”.

Saya ingat lebih dari lima tahun lalu menulis sebuah cerita tentang sepasang (mantan) kekasih yang punya ritual merayakan Valentine bersama setiap tahun. Saya tidak pernah punya pengalaman seperti sepasang kekasih ini, tapi saya tahu ada bagian dari pengalaman saya yang terwakili oleh kedua karakter tersebut.



Kelak pada 2019, cerita saya digubah oleh Alim Sudio menjadi skenario film pendek berjudul The Dessert dan kedua karakter dimainkan pasangan suami istri, Prabu Revolusi dan Zee Zee Shahab.

Jadi saya bisa memahami bagaimana Celine Song mengubah cerita paling pribadi dalam hidupnya menjadi sebuah skenario yang kelak difilmkan dengan judul Past Lives. Dikutip dari The Guardian, ide untuk film tersebut muncul di benak Celine ketika ia sedang duduk di kedai koktail East Village.

Saat itu, ia diapit oleh kekasih lama dari Seoul, yang hanya bisa berbahasa Korea, dan suaminya, penulis skenario Justin Kuritzkes, yang hanya bisa berbahasa Inggris.

“Saya menerjemahkan antara dua orang ini,” kenangnya. “Dan pada satu titik, saya menyadari bahwa saya tidak hanya menerjemahkan antara bahasa dan budaya mereka, tetapi juga menerjemahkan antara dua bagian diri saya.” Pengalaman itu, katanya, “menetap dalam diri saya sebagai hal yang sangat istimewa”.

CERMIN: 'Past Lives', Karma, dan Takdir di Antara 8000 Lapisan Inyeon

Foto: CJ ENM

Pengalaman itu menjadi pembuka brilian dari Past Lives yang diputar perdana di Sundance Film Festival2023. Kita melihat dua orang pria dan seorang perempuan di sebuah bar. Percakapan santai, ditingkahi anggur dan perasaan melankolis yang samar tercium di udara.

Mereka saling bertatapan, sesekali diam-diam, sesekali pula terlihat penuh rasa rindu. Pelan-pelan kita mengetahui siapa mereka bertiga. Si perempuan bernama Nora ditemani suaminya, Arthur, dan kekasih masa kecil Nora, Hae Sung.

Namun sebagaimana sudut pandang dua orang yang membicarakan ketiganya dari kejauhan, kita pun mencoba menebak-nebak apa yang sesungguhnya terjadi di antara ketiganya. Apakah mereka rekan kerja? Wisatawan? Kekasih? Dan dengan pria mana Nora akan melabuhkan hatinya?

Past Lives membentangkan ceritanya dari usia Nora menginjak 12 tahun dan bersahabat dengan Hae Sung. Lebih tepatnya menjadi sahabat yang kompetitif. Terutama Nora yang selalu ingin mendapat peringkat di kelas yang lebih baik dari Hae Sung.

Namun kita tahu bahwa cinta pertama bisa terjadi dengan beragam cara. Bagi Hae Sung, Nora adalah cinta pertamanya. Dan kita tahu cinta pertama susah betul dilupakan.

CERMIN: 'Past Lives', Karma, dan Takdir di Antara 8000 Lapisan Inyeon

Foto: CJ ENM

Bahkan hingga 24 tahun kemudian. Ketika Nora sudah bertahun-tahun bermigrasi ke Kanada dan akhirnya menikah dengan pria berkebangsaan Amerika. Hae Sung tetap setia dengan perasaan yang dipeliharanya bertahun-tahun. Dan perlahan Celine memperkenalkan kita dengan sebuah konsep yang menurutnya dikenal secara universal di Asia, tak hanya di Korea. Sebuah konsep yang dikenal dengan nama Inyeon.

Dalam konsep Budhisme Korea, "in" mengacu pada “penyebab langsung” dan "yeon" berarti “penyebab tidak langsung”, atau kondisi yang memungkinkan suatu hasil. Bersama-sama, in dan yeon memberikan penjelasan mengapa makhluk tertentu bertemu di tempat dan waktu tertentu.

Tidak jauh dari karma, inyeon dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana suatu hubungan terbentuk atau diberikan dari surga. Kata yeon yang sama dari inyeon ditemukan dalam pepatah Korea, cheon-saeng-yeon-bun, atau “pasangan yang dibuat di surga”. Inyeon tidak hanya ada di Korea, sebuah pepatah China menyatakan bahwa jika ditakdirkan, orang akan bertemu meskipun mereka terpisah ribuan mil.

“Ini bukan hanya konsep Korea. Itu adalah konsep filsafat Timur. Itu ada di China, India, Jepang, dan saya rasa ada istilahnya di Thailand juga. Itu adalah sebuah kata yang merupakan bagian dari filosofi Timur saat takdir bukanlah sesuatu yang ingin kamu tuju,tapi takdir adalah sesuatu yang datang kepadamu," ujar Celine dalam sebuah wawancara.

Ia melanjutkan, bahwa inyeon adalah tentang orang-orang yang baru saja masuk ke dalam hidupmu. Artinya, bukanlah suatu kebetulan bahwa kita berakhir di sebuah meja bersama-sama. Ini sebenarnya adalah alam semesta kosmik yang sangat menakjubkansaat kita sering bertemu dan mengenal satu sama lain berkali-kali dan sekarang kita duduk bersama di sebuah tempat.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2092 seconds (0.1#10.140)