SOROT: 7 Serial Impor Terbaik 2023 Sejauh Ini
loading...
A
A
A
Siapa yang tak jatuh hati dengan sosok Ted? Ia tampak menyenangkan, selalu berusaha melucu di situasi apa pun, tak mudah menampakkan emosinya. Ted Lasso tampak seperti Robin Williams dalam kehidupan nyata. Tapi itu pula lah akar masalahnya. Ted selalu berusaha memperlihatkan hidupnya yang baik-baik saja meskipun ia tengah bergelut dengan masalah rumah tangganya, kesulitan hidup jauh dari putranya dan menyembunyikan rapat soal depresinya. Kita tahu semua masalah-masalah ini tinggal menunggu waktu untuk meledak.
Namun Ted Lassotak cuma mahir menampilkan sisi tiga dimensi dari karakter utamanya. Serial ini juga dengan brilian dan realistis memotret situasi yang terjadi pada sebuah klub sepak bola dengan segala macam tingkah para pemainnya, dengan beragam situasi yang melingkupinya, juga dengan kisah sampingan seputar manajer hingga humas klub.
Selama tiga musim, kita melihat bagaimana serial ini bertumbuh dan semakin cemerlang kualitasnya dari waktu ke waktu. Kita juga melihat bagaimana karakter-karakternya diberi ruang lebar untuk bertumbuh, memperlihatkan bahwa mereka juga manusia, bukan sekedar wayang yang ditiupkan nyawa oleh para penulis skenario. Terutama kita melihat bagaimana Ted berjuang untuk tak lagi sekadar membahagiakan sekelilingnya tapi terutama menjadi bahagia untuk dirinya sendiri.
Foto: HBO Go
Serial Succesiontayang perdana di HBO Go pada 3 Juni 2018. Sebuah serial yang tak pernah menjadi unggulan dan kelak menjadi game changer dalam industri televisi. Sebuah potret mencekam tentang suksesi kepemimpinan di sebuah keluarga kaya yang brutal dan kejam. Sebuah kisah yang mengingatkan kita pada tragedi Yunani dan mitos Romawi.
Dengan gaya penceritaan yang khas dan sering terasa mirip seperti dokumenter, kita diajak memasuki kehidupan keluarga konglomerat, Logan Roy dan keempat anaknya, Connor, Kendall, Siobhan dan Roman. Pendekatan sedemikian efektif membuat kita terjerumus ke dalam cerita dengan lebih dalam dan diajak melihat segala ketelanjangan sikap, karakter, dan dosa-dosa yang dmiliki keluarga kaya ini.
Successionmemang terasa betul mengingatkan kita pada tragedi Yunani dan mitos Romawi. Dalam beberapa episode, referensi itu juga ditabur secara cermat oleh tim penulis yang brilian. Dalam salah satu episode, salah satu anggota dewan Waystar Royco berucap pada Roman, “You and Kendall are thinking of killing your dad? Well, that’s a little Greek tragedy”. Dalam episode lainnya dalam sebuah perjamuan, Logan bahkan memperkenalkan keluarganya sebagai, “Like Romans among the Greeks. I’m sure you find us all rather, you know, big, vulgar, and boisterous”.
Foto: Apple TV
Serial 10 episode ini bercerita soal bagaimana hubungan dari dua karakter utama, Sylvia dan Will. Keduanya berteman sejak masa kuliah dan lantas menjalin persahabatan yang kental. Keduanya menjalani kegilaan demi kegilaan yang terpikirkan oleh anak muda berusia 20-an tahun.
Keduanya terus menjalani persahabatan itu hingga ketika Will memutuskan menikah dengan Audrey. Sylvia bukannya cemburu dengan Audrey, hanya saja ia tak suka pada istri si sahabat. Lagipula Sylvia sudah menikah dan berbahagia dengan Charlie dan ketiga anak-anak mereka yang lucu.
Persahabatan mereka terputus begitu saja. Lalu 13 tahun kemudian, persahabatan itu tersambung kembali ketika Charlie memberitahu ke istrinya soal Will yang bercerai dari Audrey. Charlie justru menyemangati istrinya agar kembali terkoneksi dengan sahabatnya sejak masa kuliah. Setelahnya kita akan melihat bagaimana dua orang dewasa dengan kehidupan masing-masing ternyata masih bisa bersahabat meskipun juga masih bisa berantem dengan sengit.
Platonicbisa terasa sangat relevan terutama karena faktor reaksi kimiawi yang pas antara Rose Byrne dan Seth Rogen. Rose bisa menenggelamkan dirinya ke dalam tubuh Sylvia dan melakukan banyak hal bodoh yang justru membuatnya tampak manusiawi. Sementara Seth Rogen seperti ditakdirkan untuk peran Will yang sering kali menyebalkan, sesekali menyenangkan dan anehnya selalu bisa membuat penonton bisa peduli padanya.
Foto: Apple TV
Serangan teroris pada 11 September 2001 adalah sebuah pertunjukan. Juga pernyataan. Atas tujuan apa pun, keduanya dilakukan secara spektakuler agar seluruh dunia melihatnya. Tapi teror di atas pesawat berisi lebih dari 200 penumpang yang melaju dari Dubai ke London dalam serial Hijackbukanlah sebuah pernyataan politik. Ia murni sebuah kepentingan ekonomi. Justru itu mungkin terasa lebih mengerikan dibanding teror sejenis yang terjadi sebelumnya.
Tak ada 'niat mulia' di balik teror itu. Tak ada iming-iming surga bagi para pelakunya. Tapi para penumpang, juga penonton, sempat mengira bahwa teror itu juga sebuah pertunjukan sebagaimana teror-teror lainnya. Serial tujuh episode yang tayang di Apple TV itu menawarkan perspektif tak terduga dari sebuah terorisme. Dan kita terhenyak.
Hijackmenggempur penonton tanpa memberi napas sedikit pun selama kurang lebih tujuh jam. Menariknya adalah skenario dengan cerdik membongkar kisah-kisah di balik para tokoh-tokoh yang ada di pesawat itu. Bagaimana Sam yang sedang mengalami masalah dengan mantan istrinya, sang pilot yang berselingkuh dengan pramugari, juga mengulas bagaimana hubungan antara sesama teroris.
duet Jim Field Smith dan Mo Ali sebagai sutradara juga brilian memperlihatkan interaksi dari begitu banyak karakter yang berada di dalam pesawat yang membuat Hijacktak terasa sekadar drama aksi pembajakan pesawat. Hijackjuga menjelma sebagai a study of character terutama soal bagaimana aksi dan reaksi manusia ketika berhadapan dengan masalah hidup dan mati.
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
Namun Ted Lassotak cuma mahir menampilkan sisi tiga dimensi dari karakter utamanya. Serial ini juga dengan brilian dan realistis memotret situasi yang terjadi pada sebuah klub sepak bola dengan segala macam tingkah para pemainnya, dengan beragam situasi yang melingkupinya, juga dengan kisah sampingan seputar manajer hingga humas klub.
Selama tiga musim, kita melihat bagaimana serial ini bertumbuh dan semakin cemerlang kualitasnya dari waktu ke waktu. Kita juga melihat bagaimana karakter-karakternya diberi ruang lebar untuk bertumbuh, memperlihatkan bahwa mereka juga manusia, bukan sekedar wayang yang ditiupkan nyawa oleh para penulis skenario. Terutama kita melihat bagaimana Ted berjuang untuk tak lagi sekadar membahagiakan sekelilingnya tapi terutama menjadi bahagia untuk dirinya sendiri.
5. Succession
Foto: HBO Go
Serial Succesiontayang perdana di HBO Go pada 3 Juni 2018. Sebuah serial yang tak pernah menjadi unggulan dan kelak menjadi game changer dalam industri televisi. Sebuah potret mencekam tentang suksesi kepemimpinan di sebuah keluarga kaya yang brutal dan kejam. Sebuah kisah yang mengingatkan kita pada tragedi Yunani dan mitos Romawi.
Dengan gaya penceritaan yang khas dan sering terasa mirip seperti dokumenter, kita diajak memasuki kehidupan keluarga konglomerat, Logan Roy dan keempat anaknya, Connor, Kendall, Siobhan dan Roman. Pendekatan sedemikian efektif membuat kita terjerumus ke dalam cerita dengan lebih dalam dan diajak melihat segala ketelanjangan sikap, karakter, dan dosa-dosa yang dmiliki keluarga kaya ini.
Successionmemang terasa betul mengingatkan kita pada tragedi Yunani dan mitos Romawi. Dalam beberapa episode, referensi itu juga ditabur secara cermat oleh tim penulis yang brilian. Dalam salah satu episode, salah satu anggota dewan Waystar Royco berucap pada Roman, “You and Kendall are thinking of killing your dad? Well, that’s a little Greek tragedy”. Dalam episode lainnya dalam sebuah perjamuan, Logan bahkan memperkenalkan keluarganya sebagai, “Like Romans among the Greeks. I’m sure you find us all rather, you know, big, vulgar, and boisterous”.
6. Platonic
Foto: Apple TV
Serial 10 episode ini bercerita soal bagaimana hubungan dari dua karakter utama, Sylvia dan Will. Keduanya berteman sejak masa kuliah dan lantas menjalin persahabatan yang kental. Keduanya menjalani kegilaan demi kegilaan yang terpikirkan oleh anak muda berusia 20-an tahun.
Keduanya terus menjalani persahabatan itu hingga ketika Will memutuskan menikah dengan Audrey. Sylvia bukannya cemburu dengan Audrey, hanya saja ia tak suka pada istri si sahabat. Lagipula Sylvia sudah menikah dan berbahagia dengan Charlie dan ketiga anak-anak mereka yang lucu.
Persahabatan mereka terputus begitu saja. Lalu 13 tahun kemudian, persahabatan itu tersambung kembali ketika Charlie memberitahu ke istrinya soal Will yang bercerai dari Audrey. Charlie justru menyemangati istrinya agar kembali terkoneksi dengan sahabatnya sejak masa kuliah. Setelahnya kita akan melihat bagaimana dua orang dewasa dengan kehidupan masing-masing ternyata masih bisa bersahabat meskipun juga masih bisa berantem dengan sengit.
Platonicbisa terasa sangat relevan terutama karena faktor reaksi kimiawi yang pas antara Rose Byrne dan Seth Rogen. Rose bisa menenggelamkan dirinya ke dalam tubuh Sylvia dan melakukan banyak hal bodoh yang justru membuatnya tampak manusiawi. Sementara Seth Rogen seperti ditakdirkan untuk peran Will yang sering kali menyebalkan, sesekali menyenangkan dan anehnya selalu bisa membuat penonton bisa peduli padanya.
7. Hijack
Foto: Apple TV
Serangan teroris pada 11 September 2001 adalah sebuah pertunjukan. Juga pernyataan. Atas tujuan apa pun, keduanya dilakukan secara spektakuler agar seluruh dunia melihatnya. Tapi teror di atas pesawat berisi lebih dari 200 penumpang yang melaju dari Dubai ke London dalam serial Hijackbukanlah sebuah pernyataan politik. Ia murni sebuah kepentingan ekonomi. Justru itu mungkin terasa lebih mengerikan dibanding teror sejenis yang terjadi sebelumnya.
Tak ada 'niat mulia' di balik teror itu. Tak ada iming-iming surga bagi para pelakunya. Tapi para penumpang, juga penonton, sempat mengira bahwa teror itu juga sebuah pertunjukan sebagaimana teror-teror lainnya. Serial tujuh episode yang tayang di Apple TV itu menawarkan perspektif tak terduga dari sebuah terorisme. Dan kita terhenyak.
Hijackmenggempur penonton tanpa memberi napas sedikit pun selama kurang lebih tujuh jam. Menariknya adalah skenario dengan cerdik membongkar kisah-kisah di balik para tokoh-tokoh yang ada di pesawat itu. Bagaimana Sam yang sedang mengalami masalah dengan mantan istrinya, sang pilot yang berselingkuh dengan pramugari, juga mengulas bagaimana hubungan antara sesama teroris.
duet Jim Field Smith dan Mo Ali sebagai sutradara juga brilian memperlihatkan interaksi dari begitu banyak karakter yang berada di dalam pesawat yang membuat Hijacktak terasa sekadar drama aksi pembajakan pesawat. Hijackjuga menjelma sebagai a study of character terutama soal bagaimana aksi dan reaksi manusia ketika berhadapan dengan masalah hidup dan mati.
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
(ita)