Fakta vs Fiksi: Seakurat Apakah Cerita Film Oppenheimer?
loading...
A
A
A
Oppenheimer menjadi sensasi besar pada tahun ini. Dirilis bareng Barbie, film besutan Christopher Nolan itu mencuri perhatian karena subyek yang diangkat. Oppenheimer bercerita tentang J. Robert Oppenheimer yang dijuluki Bapak Bom Atom.
Peringatan: Mengandung Spoiler Film Oppenheimer!
Film ini diangkat dari buku American Prometheus: The Triumph and Tragedy of J. Robert Oppenheimer karya Kai Bird dan Martin Sherwin, film ini mengikuti alur buku tersebut. Sejumlah adegan ditambah atau dikurangi untuk kepentingan sinematis dan memberikan efek dramatis. Tapi, secara keseluruhan, Nolan berusaha patuh pada sumber materinya.
Kepada Business Insider, Alex Wellerstein, seorang ahli sejarah sains dan teknologi nuklir yang juga dosen di Stevens Institute of Technology, membantu memisahkan antara fakta dan fiksi di film tersebut. Oppenheimer menyajikan sains, politik, dan hubungan asmara. Wellerstein mengatakan, para ahli sejarah menyebut Oppenheimer sebagai sosok yang rumit. Jadi, seakurat apa fakta di film Oppenheimer? Simak ulasannya berikut!
Foto: Looper
Di film, Oppenheimer berusaha meracuni dosennya, Patrick Blackett dengan menyuntikkan zat kimia ke apelnya. Namun, ketika apel itu hendak di makan Niels Bohr, Oppenheimer mencegahnya. Fakta kalau Oppenheimer hendak meracuni dosennya itu memang benar.
Namun, faktanya, apel itu tidak dimakan Niels Bohr. Oppenheimer diperkenalkan kepada Bohr oleh Ernest Rutherford. Adegan Bohr nyaris memakan apel itu adalah fiktif dan ditambahkan sebagai efek dramatis.
Fakta lain dari insiden ini adalah pihak kampus Cambridge tahu kalau Oppenheimer hendak meracuni dosennya itu. Tapi, ayah Oppenheimer berhasil meyakinkan agar mereka tidak membuat dakwaan. Oppenheimer kemudian dihukum percobaan dan disuruh menghadap psikiatris.
Foto: IGN
Film Oppenheimer menampilkan ledakan akibat Uji Coba Trinity di tengah gurun tanpa memperlihatkan situasi di sekitar tempat itu. Film itu hanya memperlihatkan adegan di sekitar para ilmuwan dan personel militer yang menyaksikan uji coba itu. Seolah, warga sekitar tempat itu tidak tahu ada ledakan besar dengan suara yang menggetarkan.
Faktanya, api yang membumbung tinggi, suara ledakan, dan getaran akibat ledakan itu dirasakan dan diketahui warga. Peristiwa itu memecahkan kaca-kaca jendela di bangunan sejumlah kota terdekat. Warga Amarillo, Texas, bahkan bisa melihat bumbungan api itu dari jarak lebih dari 300 km. Pemerintah kemudian mengarang cerita kalau ada ledakan amunisi, tapi tidak ada orang terluka.
Foto: Looper
Masalah Oppenheimer di bermuara pada peristiwa ketika dia mengejek Lewis Strauss yang menentang pengiriman isotop ke Eropa untuk tujuan medis. Peristiwa ini memang terjadi di dunia nyata. Bedanya adalah kata-kata yang diucapkan Oppenheimer.
Di dunia nyata, Oppenheimer mengatakan, isotop kurang penting dibanding vitamin. Sementara di film, Oppenheimer mengatakan, orang bisa memakai botol bir untuk energi atom dan isotop kurang penting ketimbang gawai elektronik tapi lebih penting dari roti lapis (sandwich). Kata-kata ini berasal dari sesi komisi gabungan Komisi Energi Atom pada 1949.
Di film itu, ilmuwan David Hill tampil di rapat dengar pendapat Senat kalau nominasi Lewis Strauss sebagai anggota cabinet Presiden Dwight D Eisenhower. Dia mengatakan, sebagian besar ilmuwan tidak ingin Strauss ada di tubuh kabinet. Di dunia nyata, yang bersaksi menentang Strauss adalah David Inglis, ketua Federasi Ilmuwan Amerika.
Foto: Mashable
Di film, Oppenheimer pergi menemui Albert Einstein untuk meminta konsultasi terkait pembuatan bom atom itu. Tapi, adegan ini murni dibuat untuk memberi efek lebih dramatis dan menarik pada film itu. Faktanya, Oppenheimer tidak pergi menemui Einstein untuk berkonsultasi, tapi fisikawan Arthur Compton.
Nolan sepertinya mengubah fakta yang ada di buku American Prometheus itu untuk adegan ini. Menurut Wellerstein, Einstein tidak cocok dengan hal yang dilakukan Oppenheimer itu. “Sainsnya beda,” kata Wellerstein.
Sementara, Edward Teller, yang menciptakan bom hidrogen, jelas mengungkapkan kekhawatiran kalau senjata nuklir akan menimbulkan konsekuensi menghancurkan di bumi. Hans Bethe tidak mempercayainya waktu itu. Kalkulasi Bethe memperlihatkan kemungkinan hampir nol terhadap bencana itu. Menurut Bethe, Enrico Fermi benar-benar bertaruh pada teori Teller itu sebelum Uji Coba Trinity.
Foto: Giant Freakin Robot
Di film, Strauss mengatakan, Oppenheimer akan melakukannya lagi dan tidak pernah mengatakan menyesal pernah menjatuhkan bom atom itu. Menurut Wellerstein, itu memang benar. Oppenheimer tidak pernah mengungkapkan penyesalan itu secara terbuka.
Tapi, Wellerstein mengatakan, Oppenheimer memang menyesal karena gagal menghentikan perlombaan senjata. Dia menyesali apa yang terjadi selanjutnya. Dia melakukan banyak hal untuk berusaha dan menghindari itu.
Foto: SyFy
Di film, Roger Robb, penasihat khusus di sidang keamanan Oppenheimer mempertanyakan posisi berseberangan Oppenheimer terhadap bom hidrogen. Oppenheimer memang mendukung riset Teller dan kemudian berubah pikiran. Ada sejumlah alasan mengapa Oppenheimer enggan terhadap bom itu, termasuk terbatasnya sumber daya untuk pengembangan senjata setelah perang.
“Dia tidak mengatakan, jangan membuat senjata,” kata Wellestein. Alih-alih, menurut Wellerstein, Oppenheimer mengajak membuat senjata yang sudah ada dan tidak membuang-buang materi pada senjata yang mungkin tidak bekerja.
Foto: consequence.net
Gambaran hujan badai lebat di film Oppenheimer ketika para ilmuwan dan militer mempersiapkan Uji Coba Trinity bukanlah rekaan. Uji coba itu dijadwalkan dilakukan pada pukul 04.00 dan diundur 1,5 jam karena cuaca. Dan, ini memang benar adanya.
Di film, Oppenheimer memprediksi kalau badai itu akan berlalu. Tapi, di tempat itu, ada tim meteorologi yang dipimpin Jack Hubbard. Di kehidupan nyata, Jack mengatakan hal yang sama. Letnan Jenderal Leslie Groves diduga mengancam menggantung Jack kalau ramalan cuacanya salah. Untungnya, langitnya memang cerah saat itu.
Foto: The Hollywood Reporter
Oppenheimer membangun karakter utamanya agak seperti lone wolf atau petarung solo. Dia tampil sendirian dalam pertemuan yang mempertanyakan implikasi jangka panjang senjata nuklir. Padahal, kenyataannya tidak seperti itu.
Oppenheimer memang berperan dalam menyarankan senjata itu. Tapi, itu diterima dengan baik. Orang lain juga punya ide yang sama dan banyak orang menganggapnya secara serius di level tertinggi pemerintah. Menteri Perang Henry Stimson yang mengungkapkan kekhawatiran itu kepada Presiden Harry Truman.
Foto: Vulture
Film ini menciptakan ulang Uji Coba Trinity dengan api dan bumbungan asap. Cillian Murphy kemudian menirukan ucapan Oppenheimer yang mengutip kata-kata Bhagavad Gita. “Sekarang, akulah kematian, penghancur dunia,” katanya.
Setelah itu, ada kesunyian mencekam. Lalu terjadilah gelombang ledakan yang menjatuhkan sejumlah orang dan ledakan besar. Kemudian, ada kesunyian lagi setelah bom itu meledak. “Akhirnya, setelah sekitar 1,5 menit, tiba-tiba ada suara keras—DOR—dan lalu gemuruh seperti petir,” kenang fisikawan Richard Feynman yang terlibat dalam uji coba tersebut.
Peringatan: Mengandung Spoiler Film Oppenheimer!
Film ini diangkat dari buku American Prometheus: The Triumph and Tragedy of J. Robert Oppenheimer karya Kai Bird dan Martin Sherwin, film ini mengikuti alur buku tersebut. Sejumlah adegan ditambah atau dikurangi untuk kepentingan sinematis dan memberikan efek dramatis. Tapi, secara keseluruhan, Nolan berusaha patuh pada sumber materinya.
Kepada Business Insider, Alex Wellerstein, seorang ahli sejarah sains dan teknologi nuklir yang juga dosen di Stevens Institute of Technology, membantu memisahkan antara fakta dan fiksi di film tersebut. Oppenheimer menyajikan sains, politik, dan hubungan asmara. Wellerstein mengatakan, para ahli sejarah menyebut Oppenheimer sebagai sosok yang rumit. Jadi, seakurat apa fakta di film Oppenheimer? Simak ulasannya berikut!
1. Fakta: Oppenheimer Memang Berusaha Meracuni Dosennya
Foto: Looper
Di film, Oppenheimer berusaha meracuni dosennya, Patrick Blackett dengan menyuntikkan zat kimia ke apelnya. Namun, ketika apel itu hendak di makan Niels Bohr, Oppenheimer mencegahnya. Fakta kalau Oppenheimer hendak meracuni dosennya itu memang benar.
Namun, faktanya, apel itu tidak dimakan Niels Bohr. Oppenheimer diperkenalkan kepada Bohr oleh Ernest Rutherford. Adegan Bohr nyaris memakan apel itu adalah fiktif dan ditambahkan sebagai efek dramatis.
Fakta lain dari insiden ini adalah pihak kampus Cambridge tahu kalau Oppenheimer hendak meracuni dosennya itu. Tapi, ayah Oppenheimer berhasil meyakinkan agar mereka tidak membuat dakwaan. Oppenheimer kemudian dihukum percobaan dan disuruh menghadap psikiatris.
2. Fiksi: Orang Tidak Tahu Ada Ledakan di Tengah Gurun
Foto: IGN
Film Oppenheimer menampilkan ledakan akibat Uji Coba Trinity di tengah gurun tanpa memperlihatkan situasi di sekitar tempat itu. Film itu hanya memperlihatkan adegan di sekitar para ilmuwan dan personel militer yang menyaksikan uji coba itu. Seolah, warga sekitar tempat itu tidak tahu ada ledakan besar dengan suara yang menggetarkan.
Faktanya, api yang membumbung tinggi, suara ledakan, dan getaran akibat ledakan itu dirasakan dan diketahui warga. Peristiwa itu memecahkan kaca-kaca jendela di bangunan sejumlah kota terdekat. Warga Amarillo, Texas, bahkan bisa melihat bumbungan api itu dari jarak lebih dari 300 km. Pemerintah kemudian mengarang cerita kalau ada ledakan amunisi, tapi tidak ada orang terluka.
3. Fakta: Oppenheimer Mengejek Strauss Terkait Isotop
Foto: Looper
Masalah Oppenheimer di bermuara pada peristiwa ketika dia mengejek Lewis Strauss yang menentang pengiriman isotop ke Eropa untuk tujuan medis. Peristiwa ini memang terjadi di dunia nyata. Bedanya adalah kata-kata yang diucapkan Oppenheimer.
Di dunia nyata, Oppenheimer mengatakan, isotop kurang penting dibanding vitamin. Sementara di film, Oppenheimer mengatakan, orang bisa memakai botol bir untuk energi atom dan isotop kurang penting ketimbang gawai elektronik tapi lebih penting dari roti lapis (sandwich). Kata-kata ini berasal dari sesi komisi gabungan Komisi Energi Atom pada 1949.
Di film itu, ilmuwan David Hill tampil di rapat dengar pendapat Senat kalau nominasi Lewis Strauss sebagai anggota cabinet Presiden Dwight D Eisenhower. Dia mengatakan, sebagian besar ilmuwan tidak ingin Strauss ada di tubuh kabinet. Di dunia nyata, yang bersaksi menentang Strauss adalah David Inglis, ketua Federasi Ilmuwan Amerika.
4. Fiksi: Oppenheimer Berkonsultasi dengan Einstein
Foto: Mashable
Di film, Oppenheimer pergi menemui Albert Einstein untuk meminta konsultasi terkait pembuatan bom atom itu. Tapi, adegan ini murni dibuat untuk memberi efek lebih dramatis dan menarik pada film itu. Faktanya, Oppenheimer tidak pergi menemui Einstein untuk berkonsultasi, tapi fisikawan Arthur Compton.
Nolan sepertinya mengubah fakta yang ada di buku American Prometheus itu untuk adegan ini. Menurut Wellerstein, Einstein tidak cocok dengan hal yang dilakukan Oppenheimer itu. “Sainsnya beda,” kata Wellerstein.
Sementara, Edward Teller, yang menciptakan bom hidrogen, jelas mengungkapkan kekhawatiran kalau senjata nuklir akan menimbulkan konsekuensi menghancurkan di bumi. Hans Bethe tidak mempercayainya waktu itu. Kalkulasi Bethe memperlihatkan kemungkinan hampir nol terhadap bencana itu. Menurut Bethe, Enrico Fermi benar-benar bertaruh pada teori Teller itu sebelum Uji Coba Trinity.
5. Fakta: Oppenheimer Tidak Pernah Mengungkapkan Penyesalannya Atas Bom Itu di Hadapan Publik
Foto: Giant Freakin Robot
Di film, Strauss mengatakan, Oppenheimer akan melakukannya lagi dan tidak pernah mengatakan menyesal pernah menjatuhkan bom atom itu. Menurut Wellerstein, itu memang benar. Oppenheimer tidak pernah mengungkapkan penyesalan itu secara terbuka.
Tapi, Wellerstein mengatakan, Oppenheimer memang menyesal karena gagal menghentikan perlombaan senjata. Dia menyesali apa yang terjadi selanjutnya. Dia melakukan banyak hal untuk berusaha dan menghindari itu.
6. Fiksi: Oppenheimer Tetap Anti-Bom Atom
Foto: SyFy
Di film, Roger Robb, penasihat khusus di sidang keamanan Oppenheimer mempertanyakan posisi berseberangan Oppenheimer terhadap bom hidrogen. Oppenheimer memang mendukung riset Teller dan kemudian berubah pikiran. Ada sejumlah alasan mengapa Oppenheimer enggan terhadap bom itu, termasuk terbatasnya sumber daya untuk pengembangan senjata setelah perang.
“Dia tidak mengatakan, jangan membuat senjata,” kata Wellestein. Alih-alih, menurut Wellerstein, Oppenheimer mengajak membuat senjata yang sudah ada dan tidak membuang-buang materi pada senjata yang mungkin tidak bekerja.
7. Fakta: Badai Besar Menunda Uji Coba Trinity
Foto: consequence.net
Gambaran hujan badai lebat di film Oppenheimer ketika para ilmuwan dan militer mempersiapkan Uji Coba Trinity bukanlah rekaan. Uji coba itu dijadwalkan dilakukan pada pukul 04.00 dan diundur 1,5 jam karena cuaca. Dan, ini memang benar adanya.
Di film, Oppenheimer memprediksi kalau badai itu akan berlalu. Tapi, di tempat itu, ada tim meteorologi yang dipimpin Jack Hubbard. Di kehidupan nyata, Jack mengatakan hal yang sama. Letnan Jenderal Leslie Groves diduga mengancam menggantung Jack kalau ramalan cuacanya salah. Untungnya, langitnya memang cerah saat itu.
8. Fiksi: Oppenheimer Disingkirkan karena Memikirkan Dampak Jangka Panjang Bom Atom
Foto: The Hollywood Reporter
Oppenheimer membangun karakter utamanya agak seperti lone wolf atau petarung solo. Dia tampil sendirian dalam pertemuan yang mempertanyakan implikasi jangka panjang senjata nuklir. Padahal, kenyataannya tidak seperti itu.
Oppenheimer memang berperan dalam menyarankan senjata itu. Tapi, itu diterima dengan baik. Orang lain juga punya ide yang sama dan banyak orang menganggapnya secara serius di level tertinggi pemerintah. Menteri Perang Henry Stimson yang mengungkapkan kekhawatiran itu kepada Presiden Harry Truman.
9. Fakta: Suara Bom Muncul Agak Lama setelah Ledakan di Uji Coba Trinity
Foto: Vulture
Film ini menciptakan ulang Uji Coba Trinity dengan api dan bumbungan asap. Cillian Murphy kemudian menirukan ucapan Oppenheimer yang mengutip kata-kata Bhagavad Gita. “Sekarang, akulah kematian, penghancur dunia,” katanya.
Setelah itu, ada kesunyian mencekam. Lalu terjadilah gelombang ledakan yang menjatuhkan sejumlah orang dan ledakan besar. Kemudian, ada kesunyian lagi setelah bom itu meledak. “Akhirnya, setelah sekitar 1,5 menit, tiba-tiba ada suara keras—DOR—dan lalu gemuruh seperti petir,” kenang fisikawan Richard Feynman yang terlibat dalam uji coba tersebut.
(alv)