CERMIN: Setelah Spider-Man, The Flash adalah Adiwira Idola Baru Saya Berikutnya

Jum'at, 16 Juni 2023 - 11:03 WIB
loading...
CERMIN: Setelah Spider-Man, The Flash adalah Adiwira Idola Baru Saya Berikutnya
The Flash adalah adiwira (superhero) yang juga bergelut dengan masalah pribadi yang relevan dengan masyarakat umum. Foto/Warner. Bros. Pictures
A A A
JAKARTA - Tahun 2002. Sosok adiwira Spider-Man diperkenalkan ulang dalam format film panjang dan membuat nama Tobey Maguire melambung mencapai puncak popularitasnya.

Saya tak pernah betul-betul menyukai film tentang adiwira. Bahkan sejak mereka masih tampil dalam format animasi. Hingga Spider-Man dirilis di bioskop pada 2002 dengan Tobey Maguire yang mengemban tugas berat sebagai Peter Parker.

Saya kira alasan saya menyukai Spider-Man sesederhana karena ia mirip dengan anak muda seusianya. Ia lahir di tengah keluarga sederhana, tak lagi punya ayah dan ibu dan dibesarkan penuh kasih sayang oleh paman dan bibinya. Ia tak pernah menarik perhatian banyak orang di sekelilingnya, juga tak pernah menjadi incaran gadis cantik. Hingga sebuah musibah mengubahnya menjadi seorang adiwira.



Lalu 21 tahun kemudian, setelah Spider-Man, saya menyukai The Flash sebagai adiwira idola baru saya berikutnya. Sebagaimana Peter Parker, Barry Allen juga lahir di tengah keluarga biasa-biasa saja. Ia juga tak menonjol di lingkungannya, bahkan cenderung menarik diri dan gugup. Sebagaimana Peter, Barry pun harus mengalami masa remaja yang tak terlalu menyenangkan setelah ditinggal ibunya.

CERMIN: Setelah Spider-Man, The Flash adalah Adiwira Idola Baru Saya Berikutnya

Foto: Warner Bros. Pictures

Alasan saya menyukai Barry bisa jadi personal. Saya juga ditinggal sosok ibu kala masih berusia 15 tahun. Seperti Barry, saya kehilangan pegangan dan terus menerus menumpuk rindu. Dan juga seperti Barry, saya merasakan penderitaan yang sangat akibat kehilangan itu.

Penulis Christina Hodson membuat The Flashsebagai surat cinta dari seorang anak yang terus merindukan kasih sayang ibunya. Barry adalah saya yang masih terus mengingat bagaimana indahnya hari-hari dengan kehadiran seorang ibu di tengah keluarga.

Barry adalah saya yang masih terus mengingat bagaimana hangatnya rumah dengan kehadiran seorang ibu sebagai titik pusatnya. Barry adalah saya yang juga masih terus mengenang lagu yang senantiasa dilantunkan oleh ibu yang terus terngiang-ngiang di benak hingga berpuluh tahun kemudian.

Tapi saya masih lebih beruntung dari Barry. Ibu Barry tewas bersimbah darah diserang seseorang di rumahnya sendiri. Kelak ayahnya bahkan dipenjara atas tuduhan membunuh ibunya. Barry merasa seisi dunia memusuhinya apalagi karena ia tahu betul bahwa ayahnyatak bersalah. Bahkan identitasnya sebagai adiwira pun tak bisa menghindarkan ayahnya dari hukuman yang tak pantas disandangnya.

CERMIN: Setelah Spider-Man, The Flash adalah Adiwira Idola Baru Saya Berikutnya

Foto: Warner Bros. Pictures

Dan The Flashjuga adalah tentang membuat pilihan. Bagaimana sebuah pilihan yang terlihat minor mampu mengubah semesta secara keseluruhan. Bagaimana sebuah tindakan pada masa lalu bisa meluluhlantakkan seisi dunia. Juga bagaimana sebuah sikap egoisme walau dengan niat baik sekali pun selalu bisa membuat dunia sekarang menjadi jungkir balik.

Seperti Peter, Barry hanyalah seorang anak muda yang mengambil keputusan paling bodoh dalam hidupnya. Ia tak memahami konsekuensi dari tindakan yang dilakukannya yang ternyata memengaruhi segala aspek dalam hidupnya. Tapi Barry adalah kita yang begitu naif ingin memperbaiki yang salahpada masa lalu dan berharap kebenaran akan terungkap dengan sendirinya pada masa depan.

Di luar urusan multisemesta yang digaungkan begitu banyak film tentang adiwira, The Flashterlihat paling personal di antaranya. Karena ia mengupas hal-hal paling fundamental yang dialami seorang manusia biasa: perasaan kehilangan, perasaan kerinduan dan keinginan untuk memutarbalikkan yang sudah terjadi.

CERMIN: Setelah Spider-Man, The Flash adalah Adiwira Idola Baru Saya Berikutnya

Foto: Warner Bros. Pictures

Alasan itu pula yang menjadikan The Flashterasa menyegarkan, bisa jadi juga karena Ezra Miller menyuntikkan energi dan hati begitu besar untuk Barry Allen. Di tangan Ezra, kita tak lagi melihat sosok adiwira yang serbakuat dan serbacekatan, tapi juga manusia biasa yang boleh bersedih, sering kali nelangsa dan berjuang mati-matian untuk membela ayahnya.



Di luar urusan efek spesial mencengangkan dan hal-hal teknis lainnya, sekali lagi yang selalu sampai ke hati penonton adalah bagaimana karakter dalam sebuah film merefleksikan apa yang pernah atau sedang mereka rasakan. Bagaimana penonton merasa terkoneksi dengan yang dialami karakter dan tentu saja bagaimana karakter, sebagaimana penonton, melanjutkan hari-hari mereka setelah melalui hari-hari perjuangan mahakeras.

Setelah melalui hari-hari paling berat sepanjang kariernya, Ezra Miller pun bisa jadi akan mengalami lompatan karier setelah The Flash. Di luar segala kasus yang melibatkan dirinya, kita tak bisa memalingkan muka dan memberi tepuk tangan panjang untuk kerja kerasnya sebagai Barry Allen yang terasa dekat dan terasa relevan dengan kita. Faktor inilah yang membuat saya tak sungkan untuk mengidolakan kembali seorang adiwira setelah Spider-Man.


The Flash
Produser: Michael Disco, Barbara Muschietti
Sutradara: Andy Muschietti
Penulis Skenario: Christina Hodson
Pemain: Ezra Miller, Sasha Calle, Michael Keaton

Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
(ita)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2156 seconds (0.1#10.140)