Penjelasan In The Name of God: A Holy Betrayal dan Nasib 4 Pemimpin Sektenya

Kamis, 09 Maret 2023 - 12:10 WIB
loading...
Penjelasan In The Name of God: A Holy Betrayal dan Nasib 4 Pemimpin Sektenya
Nasib para pemimpin sekte dalam In The Name of God: A Holy Betrayal ada yang masih bebas menjalankan ajaran sesatnya. Foto/Netflix
A A A
JAKARTA - Serial dokumenter Netflix In The Name of God: Holy Betrayal menggambarkan secara ekstrem aksi penipuan berkedok agama yang dilakukan oleh pemimpin empat sekte berbeda di Korea Selatan.

Serial sepanjang delapan episode tersebut menceritakan empat sekte religi, yaitu JMS (Jesus Morning Star), Five Oceans, Baby Garden, dan Manmin Central Church. JMS diceritakan dalam 3 episode, Five Oceans 1 episode, dan Baby Garden serta Manmin Central Church masing-masing 2 episode.

Sutradara serial ini, Cho Sung-hyun, menyebut tadinya ia tidak berniat membuat season keduanya. Namun ia melihat beberapa orang meninggalkan sekte setelah menontonIn The Name of God: A Holy Betrayal. Meski begitu, belum ada konfirmasi resmi tentang musim keduanya dari Netflix.

In The Name of God: A Holy Betrayal Mengerikan dan Ekstrem untuk Ditonton

Penjelasan In The Name of God: A Holy Betrayal dan Nasib 4 Pemimpin Sektenya

Foto: Netflix

Netflix memberi rating serial ini hanya untuk penonton usia 18 tahun ke atas karena melibatkan adegan perempuan tanpa busana, kekerasan seksual, adegan bunuh diri, dan penyiksaan anak-anak. Alasan ini pula yang membuat banyak orang tak kuat saat menontonnya, bahkan sampai berhenti dan ogah melanjutkan untuk menonton.

Misalnya saja, dalam salah satu adegan pada episode 1, In The Name of God: Holy Betrayal menampilkan secara eksplisit, tanpa sensor atau pemburaman, video para perempuan anggota sekte JMS tanpa busana sama sekali yang menggoda pemimpin sekte Jyeong Myeong-Seok.

Selain menampilkan video asli, serial ini juga menampilkan reka ulang adegan, video ilustrasi, serta wawancara korban dan pihak-pihak yang terkait dengan tiap kasus. Banyak penonton yang berpendapat bahwa serial ini terlalu berlebihan dalam penggambarannya, hingga nyaris mengarah ke aspek pornografi.

Dalam wawancaranya dengan Hankyung, sutradara Sung-hyun menyebut bahwa ia sangat paham dengan kontroversi tersebut. Ia mengaku diri dan kru juga merasa berat dan trauma saat mengumpulkan dan menonton bukti-bukti yang ada.



Namun ia merasa kebenaran tetap harus disampaikan. Ia bahkan mengklaim sudah mengurangi tingkat kekejaman dan keekstreman aksi sekte-sekte itu hingga hanya 1 dari 10 tingkat atau dari realitasnya.

"Saya berpikir, serial ini pasti akan ditonton oleh anggota JMS juga. Jadi saya ingin menampilkan adegan pembuka (yang ekstrem) yang bisa membuat mereka sadar," ujar Sung-hyun.

Saat memproduksi serialnya, tim serta narasumber juga diteror agar tak terlibat dan menayangkannya. Bahkan Netflix pun sempat dibawa ke pengadilan oleh tim JMS agar tidak menayangkannya. Namun layanan streaming video ini akhirnya memenangkan kasus tersebut.

Episode 1-3: Sekte JMS dengan Pemimpin Jeong Myeong-Seok

Penjelasan In The Name of God: A Holy Betrayal dan Nasib 4 Pemimpin Sektenya

Foto: Netflix

Sekte JMS sangat populer di kalangan pelajar dan mahasiswa pada era 1980-an. Bahkan para anggotanya banyak datang dari mahasiswa kampus SKY (Seoul National University, Korea University, dan Yonsei University) yang merupakan singkatan nama dari tiga kampus paling bergengsi di Korea Selatan.

Banyak anak muda yang tertarik dengan ajaran Myeong-seok karena para jemaatnya bisa tetap berkreasi dengan seni dan olahraga, bahkan mengadakan turnamen, sambil tetap jadi umat Katolik yang taat. Ajarannya juga dianggap mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan liar anak muda tentang agama, dengan 'bukti-bukti' analogi, angka, termauk prediksinya tentang penyakit, kesembuhan, hingga politik.

Pada satu adegan, diceritakan bahwa Myeong-seok mampu menebak kandidat presiden yang memenangkan pemilu. Ini membuat pesona dan karismanya makin kuat di kalangan anak muda dan warga segala usia.

Dalam rangkaian episode tentang JMS, narasumber utamanya adalah Maple, perempuan berusia 28 tahun dari Hong Kong yang bergabung dengan JMS sejak 2018 hingga 2021. Ia mengaku telah dicuci otaknya hingga menjadi korban kekerasan seksual Jyeong Myeong-seok.

Myeong-seok disebut selalu mengincar perempuan dengan tinggi 170 cm. Mereka yang menarik hatinya lantas akan dipanggil, dan dilecehkan secara seksual dengan alasan bahwa itulah cara Tuhan dalam berkomunikasi dengan perempuan itu. Myeong-seok bahkan menyebut Tuhan berkomunikasi lewat dirinya dan ia melakukan "pekerjaan Tuhan".

Tak hanya di Korea Selatan, ajarannya juga menyebar hingga ke Hong Kong, Jepang, dan Taiwan. Disebutkan, ia juga memiliki ratusan cabang gereja. Pada orang terdekatnya, Myeong-seok juga menyebut bahwa misinya adalah meniduri 10 ribu perempuan.

Kebiadaban Myeong-seok mulai terkuak pada tahun 1999, saat 10 orang pengikutnya mengaku diperkosa. Pada 2008, Myeong-seok ditangkap oleh pemerintah China dan dideportasi ke Korea Selatan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1551 seconds (0.1#10.140)