Review dan Sinopsis Jeepers Creepers: Reborn: Horor Garing

Jum'at, 16 September 2022 - 19:19 WIB
Jeepers Creepers: Reborn adalah usaha untuk menghidupkan kembali sebuah kultus horor yang tidak dieksekusi dengan baik. Film ini tampil garing dan membosankan. (Foto: YouTube)
Jeepers Creepers adalah franchise lawas yang mencoba bangkit lagi setelah gagal membuat penggemarnya terkesan dengan seri ketiganya pada 2017 lalu. Lewat Jeepers Creepers: Reborn, mereka berharap penggemar kembali menyukai serial ini dan meneruskan kultusnya. Film ini menyajikan setting tempat baru dan karakter baru. Tapi, monsternya sama.

Film ini diawali dengan dua orang manula yang hendak pergi menuju ke sebuah tempat di Texas dan melewati Lousiana. Di tengah perjalanan, mereka bertemu truk tua yang ngebut di jalanan. Setelah itu, mereka mencoba menyelidiki tempat truk itu parkir. Tak disangka, setelah itu, mereka dinyatakan hilang.

Sekitar 23 tahun kemudian, pasangan kekasih Chase dan Laine pergi ke Lousiana untuk menghadiri sebuah festival horor. Chase adalah penggemar apa pun terkait Creepers. Monster itu akan memangsa banyak orang dalam waktu 23 hari dan kemudian “hiatus” selama 23 tahun. Entah bagaimana, kehadiran Chase dan Laine di kota itu bertepatan dengan dimulainya teror Creepers ini.





Ternyata, kehadiran Laine sudah dinantikan para pengikut Creepers. Bayi yang dikandung Laine disebut akan memberikan keabadian bagi Creepers. Makanya, para pengikut Creepers ini pun berkoordinasi dan berusaha menjebak Laine. Tak lupa mereka memberitahu Creepers tentang keberadaan Laine.

Laine dan Chase kemudian pergi ke festival horor itu. Alih-alih menyeramkan, festival itu seperti pasar malam gelap yang tidak laku. Pengunjungnya sedikit dan sepertinya festival ini kurang diminati. Padahal, Chase sudah jauh-jauh datang ke tempat itu. Namun, Chase selalu tetap terlihat gembira dan terpesona dengan tempat itu. Saya tidak tahu apa yang harus disukai dari festival sesepi itu.



Foto: Creepy Catalog

Pasangan itu kemudian di-setting untuk memenangkan undian hadiah utama, yaitu berkunjung ke sebuah rumah tua. Kehadiran mereka di tempat itu direncanakan akan di-streaming live. Tapi, seperti yang sudah-sudah. Rencana itu pun berubah dan kejadian “mengerikan” terjadi pada mereka.

Film ini punya plot yang dangkal. Berbeda dengan penggambaran Creepers sebelumnya, tak banyak mayat yang menumpuk di film ini. Alih-alih memburu banyak mangsa, Creepers malah fokus pada Laine. Premis pergi ke festival horor terasa garing karena festival itu tidak banyak pengunjungnya. Bahkan tidak ada kesan mengerikan di sana. Selain itu, alih-alih menjadikannya ladang makanan, Creepers tidak melakukan banyak aksi di tempat itu. Pokoknya harus dapat Laine, yang lain hanya bonus.

Yang membuat film ini lebih terasa kegaringannya adalah tidak ada chemistry antara Laine dan Chase. Ketika film ini memperkenalkan mereka, keduanya tidak terlihat seperti pasangan kekasih, tapi teman biasa. Chase lebih terlihat senang membahas Creepers dan tetek bengeknya dibanding Laine yang selalu skeptis. Selain itu, akting Imran Adams sebagai Chase tidak meyakinkan. Dia terlalu banyak tersenyum dan selalu terlihat “nggumunan”. Sementara, Sydney Craven yang memerankan Laine terlihat kaku di sebagian besar film ini.



Foto: Collider

Film ini tidak menawarkan apa pun pada penontonnya selain hiburan kelas B yang garing. Orang mungkin menemukan jump scare standar di film ini. Penampakan Creepers sama sekali tidak menakutkan—setidaknya buat saya. Kehadirannya pun tidak bikin merinding atau takut karena sangat standar. Namun, tentu saja, orang mungkin akan berpikir kalau film ini begitu jelek sampai terasa bagus. Ya, wajar, selera orang beda-beda.

Satu lagi yang terasa mengganjal di film ini adalah editing-nya. Di adegan aksi, editing efeknya terasa kasar. Sejumlah efek terasa masih kasar dan benar-benar terlihat seperti efek film-film di masa awal 90-an, kalau mau kejam. Dengan perkembangan teknologi seperti sekarang, seharusnya film ini tampil baik.



Foto: Twitter

Perubahan sutradara dari Victor Salva yang tersandung kasus pelecehan seksual ke Timo Vuorensola tidak memberikan tambahan apa-apa. Film ini terasa hambar, datar, dan membosankan. Selama 88 menit, kalian harus tahan dengan akting di bawah standar dan dialog membosankan dari para pemainnya. Belum lagi elemen horor yang biasa banget dan Creepers yang tidak menakutkan sama sekali.



Jeepers Creepers: Reborn adalah usaha untuk menghidupkan kembali sebuah kultus horor yang tidak dieksekusi dengan baik. Film ini tampil garing dan membosankan. Plot yang kocar kacir, dangkal, dan tidak menarik serta penampilan pemainnya yang standar membuat film ini sulit dinikmati. Buat yang masih ingin nonton, ya, tonton saja. Risiko tanggung sendiri.

Jeepers Creepers: Reborn sudah bisa disaksikan di bioskop kesayangan kalian. Jaga selalu kesehatan! Selamat menyaksikan!
(alv)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More