Nasib Jadi Fanboy K-Pop, Sering Diejek sampai Harus Kucing-Kucingan
Rabu, 24 Juni 2020 - 10:22 WIB
Penampilan yang spektakuler dengan tarian dan aksi panggung yang megah bikin banyak orang beranggapan bahwa grup K-pop melakukan lipsync. Bahkan lebih parahnya ada yang bilang bahwa mereka cuma grup tari yang pura-pura menyanyi.
Belum lagi tuduhan bahwa semua musisi K-pop pasti melakukan operasi plastik dan cuma mengandalkan tampilan fisik aja.
“Aku dari awal suka dengan grup EXO, terus sering banget banyak yang bilang, 'Kok suka, sih, sama Korea, mukanya kaya plastik gitu, emang-nya bisa nyanyi?” jawab Thoriq, yang juga perwakilan dari Sahabat Korea 2020, komunitas asuhan Kedutaan Besar Republik Korea Selatan di Indonesia.
EXO. Foto: YouTube EXO
Saking 'pegel'-nya sering dikomentari negatif, para fanboy ternyata ada yang sampai merahasiakan hobinya tersebut.
“Dulu sebelum K-pop mendunia seperti sekarang ini, suka K-pop itu rasanya seperti main kucing-kucingan. Setelah denger komentar negatif dari teman, rasanya pengen tutupin, apalagi dari keluarga. Jadi, sebisa mungkin dulu, tuh,gak memperlihatkan kesukaan aku sama K-pop,” curhat Thoriq.
Bukan Penggemar Biasa
Dengan stigma tersebut, gak heran, sosok fanboy menjadi terasa langka. Walau begitu, jumlahnya yang gak sebanyak fangirl bikin keberadaannya terasa istimewa.
“Aku punya banyak teman-teman fangirl dan mereka banyak yang suka dengan keberadaan fanboy, karena fanboy K-pop, tuh, gak banyak. Selain itu tiap ada kesempatan ketemu sesama fanboy jadi seneng banget, karena kita ngerasa punya frekuensi yang sama apalagi kalau suka grup yang sama,” jelas Thoriq.
Thoriq juga membagikan ceritanya tentang hobinya dengan musik Kpop. Sejak 2019 lalu, dia tergabung dengan komunitas Sahabat Korea, yang giat membagikan cerita tentang budaya Korea Selatan.
Thoriqmenerima penghargaan utama Sahabat Korea 2019. Foto: Instagram @thoriqhafidz.kjh
Mahasiswa sastra Korea ini juga jadi youtuber dengan lebih dari 10.000 pengikut. Lewat kanal YouTube-nya, Thoriq Cetar, dia membagikan banyak konten berbau Korea mulai dari reaksi video musik, kebudayaan Korea, pemerintahan Korea, acara-acara Korea, sampai belajar bahasa Korea secara daring.
Meski K-pop udah'dilihat', tapi stigma pasti akan tetap ada. Namun melihat grup-grup K-pop yang tahan banting dengan haters dan ujaran kebencian, akhirnya bikin penggemarnya juga ikut terlatih lebih kuat.
Ramdhani Kusuma Putra
Kontributor GenSINDO
Universitas Negeri Jakarta
Instagram: @ramable_
Belum lagi tuduhan bahwa semua musisi K-pop pasti melakukan operasi plastik dan cuma mengandalkan tampilan fisik aja.
“Aku dari awal suka dengan grup EXO, terus sering banget banyak yang bilang, 'Kok suka, sih, sama Korea, mukanya kaya plastik gitu, emang-nya bisa nyanyi?” jawab Thoriq, yang juga perwakilan dari Sahabat Korea 2020, komunitas asuhan Kedutaan Besar Republik Korea Selatan di Indonesia.
EXO. Foto: YouTube EXO
Saking 'pegel'-nya sering dikomentari negatif, para fanboy ternyata ada yang sampai merahasiakan hobinya tersebut.
“Dulu sebelum K-pop mendunia seperti sekarang ini, suka K-pop itu rasanya seperti main kucing-kucingan. Setelah denger komentar negatif dari teman, rasanya pengen tutupin, apalagi dari keluarga. Jadi, sebisa mungkin dulu, tuh,gak memperlihatkan kesukaan aku sama K-pop,” curhat Thoriq.
Bukan Penggemar Biasa
Dengan stigma tersebut, gak heran, sosok fanboy menjadi terasa langka. Walau begitu, jumlahnya yang gak sebanyak fangirl bikin keberadaannya terasa istimewa.
“Aku punya banyak teman-teman fangirl dan mereka banyak yang suka dengan keberadaan fanboy, karena fanboy K-pop, tuh, gak banyak. Selain itu tiap ada kesempatan ketemu sesama fanboy jadi seneng banget, karena kita ngerasa punya frekuensi yang sama apalagi kalau suka grup yang sama,” jelas Thoriq.
Thoriq juga membagikan ceritanya tentang hobinya dengan musik Kpop. Sejak 2019 lalu, dia tergabung dengan komunitas Sahabat Korea, yang giat membagikan cerita tentang budaya Korea Selatan.
Thoriqmenerima penghargaan utama Sahabat Korea 2019. Foto: Instagram @thoriqhafidz.kjh
Mahasiswa sastra Korea ini juga jadi youtuber dengan lebih dari 10.000 pengikut. Lewat kanal YouTube-nya, Thoriq Cetar, dia membagikan banyak konten berbau Korea mulai dari reaksi video musik, kebudayaan Korea, pemerintahan Korea, acara-acara Korea, sampai belajar bahasa Korea secara daring.
Meski K-pop udah'dilihat', tapi stigma pasti akan tetap ada. Namun melihat grup-grup K-pop yang tahan banting dengan haters dan ujaran kebencian, akhirnya bikin penggemarnya juga ikut terlatih lebih kuat.
Ramdhani Kusuma Putra
Kontributor GenSINDO
Universitas Negeri Jakarta
Instagram: @ramable_
(it)
tulis komentar anda