Review Film Firestarter, Bocah Pengendali Api dari Novel Stephen King

Rabu, 18 Mei 2022 - 14:57 WIB
Firestarter adalah film horor thriller yang diadaptasi dari novel karya Stephen King. Foto/Universal Pictures
JAKARTA - Firestarter adalah remake dari film berjudul sama yang tayang pada 1984, dibintangi Drew Barrymore sebagai bocah perempuannya. Filmnya tayang mulai hari ini (18/5) di jaringan bioskop Indonesia.

Aslinya, Firestarter adalah sebuah novel karya penulis cerita horor populer Stephen King, dirilis pada 1980. Sinopsis Firestarter versi terbarunya juga tak jauh berbeda dengan film aslinya, yaitu perjalanan bocah perempuan dengan kekuatan pyrokinesis (kemampuan menciptakan dan mengendalikan api dengan pikirannya) dalam menggunakan kelebihannya itu.

Cerita diawali saat sang bocah, yaitu Charlene "Charlie" McGee (Ryan Kiera Armstrong) masih bayi. Tak lama kemudian, mainan di kotak tempat tidurnya terbakar, membuat sang ayah, Andy (Zac Efron) panik.



Cerita lalu maju jauh, kini Charlie sudah berumur 11 tahun. Ia sudah tahu bahwa dirinya punya kekuatan pyrokinesis, dan ini akan muncul jika ia marah. Namun Charlie masih tak tahu apa yang harus dilakukannya dengan kekuatan super itu.



Foto: Universal Pictures

Ibunya, Vicky (Sydney Lemmon) ingin agar Charlie belajar menggunakannya dan mengendalikannya dengan baik agar bisa digunakan dengan bijak serta tidak melukai orang lain. Namun ayahnya, Andy (Zac Efron) ingin Charlie memendamnya saja.

Namun saat pemerintah tahu keberadaan dan kekuatan Charlie, pihak pemerintah ingin mengeksplorasinya. Seorang kaki tangan bernama Rainbird (Michael Greyeyes) pun dikirim, dan Charlie harus melarikan diri agar tidak tertangkap.

Firestarter punya banyak potensi untuk menjadi cerita yang lebih dari sekadar kisah horor thriller generik. Charlie yang menjadi korban perisakan di sekolah karena sikap anehnya, Charlie yang bingung dan takut dengan kekuatan super yang dimilikinya, bisa menjadi subplot yang menarik jika dieksplorasi lebih jauh.

Baca Juga: Drama Tomorrow Dikritik karena Masukkan Nama BTS secara Tidak Hormat

Cara ini juga bisa dipakai untuk menunjukkan Charlie sebagai sosok manusia biasa, membuat penonton bisa lebih berempati padanya. Karena bagaimana pun, ia masih kanak-kanak.

Bagian-bagian ini sebenarnya sudah muncul pada awal film, tapi hanya ditampilkan sekilas saja. Sutradara Keith Thomas dan penulis skenario Scott Teems lebih memilih untuk menampilkan ikatan hubungan ayah-anak antara Andy dan Charlie, tapi eksplorasinya juga masih tanggung.



Foto: Universal Pictures

Misalnya saja, keinginan Andy agar Charlie memendam kekuatannya langsung hilang begitu saja tanpa ada konflik yang berarti.

Padahal penceritaan latar belakang Andy dan Vicky, juga berbagai cara yang mereka lakukan untuk melindungi Charlie, bisa lebih digali lagi agar kisahnya lebih emosional.

Skenario Firestarterboleh jadi menjadi biang masalahnya. Skenario film ini tidak padat. Untuk menggambarkan hubungan Andy dan Charlie saja, banyak durasi yang terbuang, dengan hasil yang juga tidak memuaskan. Ini membuat ritme filmnya terasa bergerak cukup lambat.

Akibatnya, daya tarik Firestartermayoritas hanya terlihat setiap ada adegan Charlie menggunakan kekuatannya. Juga akting Ryan Kiera Armstrong yang sanggup menampilkan varian ekspresi emosi Charlie. Perlu dicatat, usianya tak beda jauh dengan Charlie, yaitu 12 tahun.

Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More