Review Film Ambulance: Pelarian Konyol Perampok Bank Ulung
Rabu, 16 Maret 2022 - 14:57 WIB
Film Ambulance menawarkan cerita tentang perampok bank yang berusaha lari dari kejaran polisi. Menampilkan nama aktor terkenal seperti Jake Gyllenhaal, Yahya Abdul Mateen II, Eiza Gonzales, dan lain-lain, film besutan Michael Bay ini terlihat cukup menjanjikan menjadi tontonan seru.
Film ini berkisah tentang dua saudara, Danny Sharp (Jake Gyllenhaal) dan William Sharp (Yahya Abdul Mateen II). Danny tumbuh sebagai penjahat dan perampok seperti ayah mereka. Will, yang tidak ingin berakhir seperti ayah dan kakaknya, mendaftar menjadi marinir. Sepulangnya dari tur militernya, Will kesulitan ekonomi. Dia butuh uang untuk mengobati kanker yang diderita istrinya.
Setelah asuransi tidak bisa meng-cover biaya pengobatan istrinya, Will mencari jalan pintas. Dia berniat meminjam uang kepada Danny, meski istrinya tidak suka kalau Will berhubungan lagi dengan Danny. Tanpa sepengetahuan sang istri, Will menemui Danny. Alih-alih dipinjami uang, Danny malah mengajak Will merampok bank. Will tidak bisa menolaknya.
Sayang, rencana perampokan bank yang sudah disusun matang-matang itu jadi kacau. Danny dan Will terpaksa harus berusaha menyelamatkan diri dari kepungan aparat. Mereka lantas membajak sebuah ambulans yang membawa seorang polisi yang tidak sengaja tertembak dalam perampokan itu. Di dalamnya, ada paramedis bernama Cam (Eiza Gonzales) yang berusaha menyelamatkan polisi itu. Kejar-kejaran pun dimulai.
Biasanya, film heist atau perampokan bank punya twist yang mencengangkan dan cerita yang menarik. Tapi, seperti itu di Ambulance. Film ini lebih memfokuskan pada kejar-kejaran antara ambulans berisi polisi terluka tembak dan rombongan polisi bermobil super cepat. Tidak ada cerita tentang latar belakang Danny selain diceritakan orang lain di sela film. Sementara, busur karakter Will lebih jelas.
Di sepanjang film, karakter kedua orang ini pun terlihat berseberangan. Tapi, Will selalu terlihat seperti orang bingung, tidak tahu harus berbuat apa. Padahal di antara yang lain, karakter Will inilah yang paling menonjol. Dia seorang veteran yang terdesak butuh uang dan akhirnya menuruti ajakan kakak angkatnya itu. Meskipun, sebenarnya dia bisa menolaknya. Hanya, karena Danny adalah karakter yang tidak pernah berhenti bicara, Will terus terbakar egonya. Tapi, ego ini pun dipertanyakan karena Will sepertinya terus mempertahankan nuraninya sepanjang perampokan dan pelarian tersebut.
Dengan durasi 2 jam 16 menit atau 136 menit, film ini seharusnya memberikan ruang lebih bagi perkembangan karakternya sebelum perampokan itu dimulai. Alih-alih, film ini hanya terpaku pada aksi kejar-kejaran polisi, ambulans, dan helikopter. Hanya itu. Tak heran, jika film ini kemudian terasa konyol dan terlalu panjang. Belum lagi dengan editing adegan yang terasa tiba-tiba, entah karena editing aslinya atau dari Lembaga Sensor Film (LSF), film ini jadi terasa bumpy di tengah jalan.
Plot twist yang tidak terlalu menarik, membuat film ini seperti kehilangan arah. Bay sepertinya lebih sibuk mengurusi adegan-adegan eksplosif seperti film-filmnya ketimbang mengurusi ceritanya. Hampir semua plot twist di film ini bisa ditebak sejak awal. Plot hole-nya bahkan terasa sejak menit-menit awal film ini. Bahkan, Danny pun awalnya terlihat kebingungan dengan apa yang harus dia lakukan ketika membajak ambulans tersebut.
Di sisi lain, polisi yang selalu mengetahui semua gerak dan langkahnya, tidak bisa menebak rekan Danny. Mereka juga tidak berusaha untuk menangkap mereka atau mencari tahu siapa mereka. Aneh sih. Pecinta film heist atau detektif pastinya akan bertanya-tanya soal ini. Padahal, polisi yang mengejar Danny ini punya teknologi canggih. Entahlah. Departemen narasi film ini dangkal.
Orang mungkin akan suka adegan kejar-kejaran di film ini di bagian awal sampai ke tengah film. Memang tidak sekaliber Fast and Furious karena ini adalah ambulans yang membawa orang terluka parah. Di awal-awal, adegan kejar-kejaran ini memang seru karena polisi sempat dibuat kewalahan dengan aksi kedua perampok itu yang berusaha kabur dari kepungan mereka.
Namun, lama-lama film ini terasa jadi konyol. Adegan kejar-kejaran yang sepertinya tidak pernah berakhir ini seolah menemui titik di mana sudah seharusnya mereka ganti ke fokus lain. Ini berbeda dengan film bertema penyanderaan yang biasanya intens, penuh taktik, strategi, dan menegangkan. Ambulance lebih banyak dialog konyol dan di satu titik, film ini berasa seperti polisi mengawal ambulans ke rumah sakit.
Namun, bagian akhir film ini harus diakui cukup menguras emosi. Selain itu, film ini juga menampilkan banyak adegan kocak. Dialog-dialognya juga tak jarang mengundang tawa. Ya, ini adalah poin plus Ambulance, di samping betapa konyolnya rasa film ini.
Catatan lain, karakter Cam, yang seharusnya punya peranan penting, malah serasa seperti tempelan saja. Dia seolah ingin tampil sebagai wanita tangguh. Sayang, Eiza Gonzales, pemerannya, selalu memasang muka datar di sepanjang film ini. Karakternya juga dangkal dan akhirnya tidak berkembang. Dia tidak bisa mengimbangi Jake dan Yahya.
Ambulance adalah sebuah film heist yang konyol. Film ini hanya berfokus pada aksi dan setting ledakan spektakuler tanpa memperhatikan detail departemen narasinya. Karakternya pun terasa mengambang dan tidak punya pijakan yang kokoh. Saking konyolnya, film ini jadi terasa terlalu panjang atau dipanjang-panjangkan.
Tapi, ini adalah film Michael Bay, yang dikenal lebih memfokuskan pada ledakan dan tembakan di semua karyanya. Memang, tidak ada ledakan yang terlalu spektakuler di film ini. Tapi, baku tembak serius memang terjadi. Selain itu, aksi kejar-kejarannya membuat ambulans di film ini serasa tidak sedang membawa orang sakit ketika harus berhadapan dengan mobil lain dan melakukan manuver.
Ambulance mulai tayang di Indonesia pada hari ini, Rabu (16/3). Indonesia adalah satu dari 3 negara di dunia—selain Filipina dan Mesir—yang menikmati film ini tiga pekan sebelum film ini dirilis di negara asalnya, Amerika Serikat. Film ini berating untuk 17 tahun ke atas karena kekerasan. Selalu patuhi protokol kesehatan dan selamat menyaksikan!
Film ini berkisah tentang dua saudara, Danny Sharp (Jake Gyllenhaal) dan William Sharp (Yahya Abdul Mateen II). Danny tumbuh sebagai penjahat dan perampok seperti ayah mereka. Will, yang tidak ingin berakhir seperti ayah dan kakaknya, mendaftar menjadi marinir. Sepulangnya dari tur militernya, Will kesulitan ekonomi. Dia butuh uang untuk mengobati kanker yang diderita istrinya.
Setelah asuransi tidak bisa meng-cover biaya pengobatan istrinya, Will mencari jalan pintas. Dia berniat meminjam uang kepada Danny, meski istrinya tidak suka kalau Will berhubungan lagi dengan Danny. Tanpa sepengetahuan sang istri, Will menemui Danny. Alih-alih dipinjami uang, Danny malah mengajak Will merampok bank. Will tidak bisa menolaknya.
Sayang, rencana perampokan bank yang sudah disusun matang-matang itu jadi kacau. Danny dan Will terpaksa harus berusaha menyelamatkan diri dari kepungan aparat. Mereka lantas membajak sebuah ambulans yang membawa seorang polisi yang tidak sengaja tertembak dalam perampokan itu. Di dalamnya, ada paramedis bernama Cam (Eiza Gonzales) yang berusaha menyelamatkan polisi itu. Kejar-kejaran pun dimulai.
Biasanya, film heist atau perampokan bank punya twist yang mencengangkan dan cerita yang menarik. Tapi, seperti itu di Ambulance. Film ini lebih memfokuskan pada kejar-kejaran antara ambulans berisi polisi terluka tembak dan rombongan polisi bermobil super cepat. Tidak ada cerita tentang latar belakang Danny selain diceritakan orang lain di sela film. Sementara, busur karakter Will lebih jelas.
Di sepanjang film, karakter kedua orang ini pun terlihat berseberangan. Tapi, Will selalu terlihat seperti orang bingung, tidak tahu harus berbuat apa. Padahal di antara yang lain, karakter Will inilah yang paling menonjol. Dia seorang veteran yang terdesak butuh uang dan akhirnya menuruti ajakan kakak angkatnya itu. Meskipun, sebenarnya dia bisa menolaknya. Hanya, karena Danny adalah karakter yang tidak pernah berhenti bicara, Will terus terbakar egonya. Tapi, ego ini pun dipertanyakan karena Will sepertinya terus mempertahankan nuraninya sepanjang perampokan dan pelarian tersebut.
Dengan durasi 2 jam 16 menit atau 136 menit, film ini seharusnya memberikan ruang lebih bagi perkembangan karakternya sebelum perampokan itu dimulai. Alih-alih, film ini hanya terpaku pada aksi kejar-kejaran polisi, ambulans, dan helikopter. Hanya itu. Tak heran, jika film ini kemudian terasa konyol dan terlalu panjang. Belum lagi dengan editing adegan yang terasa tiba-tiba, entah karena editing aslinya atau dari Lembaga Sensor Film (LSF), film ini jadi terasa bumpy di tengah jalan.
Plot twist yang tidak terlalu menarik, membuat film ini seperti kehilangan arah. Bay sepertinya lebih sibuk mengurusi adegan-adegan eksplosif seperti film-filmnya ketimbang mengurusi ceritanya. Hampir semua plot twist di film ini bisa ditebak sejak awal. Plot hole-nya bahkan terasa sejak menit-menit awal film ini. Bahkan, Danny pun awalnya terlihat kebingungan dengan apa yang harus dia lakukan ketika membajak ambulans tersebut.
Di sisi lain, polisi yang selalu mengetahui semua gerak dan langkahnya, tidak bisa menebak rekan Danny. Mereka juga tidak berusaha untuk menangkap mereka atau mencari tahu siapa mereka. Aneh sih. Pecinta film heist atau detektif pastinya akan bertanya-tanya soal ini. Padahal, polisi yang mengejar Danny ini punya teknologi canggih. Entahlah. Departemen narasi film ini dangkal.
Orang mungkin akan suka adegan kejar-kejaran di film ini di bagian awal sampai ke tengah film. Memang tidak sekaliber Fast and Furious karena ini adalah ambulans yang membawa orang terluka parah. Di awal-awal, adegan kejar-kejaran ini memang seru karena polisi sempat dibuat kewalahan dengan aksi kedua perampok itu yang berusaha kabur dari kepungan mereka.
Namun, lama-lama film ini terasa jadi konyol. Adegan kejar-kejaran yang sepertinya tidak pernah berakhir ini seolah menemui titik di mana sudah seharusnya mereka ganti ke fokus lain. Ini berbeda dengan film bertema penyanderaan yang biasanya intens, penuh taktik, strategi, dan menegangkan. Ambulance lebih banyak dialog konyol dan di satu titik, film ini berasa seperti polisi mengawal ambulans ke rumah sakit.
Namun, bagian akhir film ini harus diakui cukup menguras emosi. Selain itu, film ini juga menampilkan banyak adegan kocak. Dialog-dialognya juga tak jarang mengundang tawa. Ya, ini adalah poin plus Ambulance, di samping betapa konyolnya rasa film ini.
Catatan lain, karakter Cam, yang seharusnya punya peranan penting, malah serasa seperti tempelan saja. Dia seolah ingin tampil sebagai wanita tangguh. Sayang, Eiza Gonzales, pemerannya, selalu memasang muka datar di sepanjang film ini. Karakternya juga dangkal dan akhirnya tidak berkembang. Dia tidak bisa mengimbangi Jake dan Yahya.
Ambulance adalah sebuah film heist yang konyol. Film ini hanya berfokus pada aksi dan setting ledakan spektakuler tanpa memperhatikan detail departemen narasinya. Karakternya pun terasa mengambang dan tidak punya pijakan yang kokoh. Saking konyolnya, film ini jadi terasa terlalu panjang atau dipanjang-panjangkan.
Tapi, ini adalah film Michael Bay, yang dikenal lebih memfokuskan pada ledakan dan tembakan di semua karyanya. Memang, tidak ada ledakan yang terlalu spektakuler di film ini. Tapi, baku tembak serius memang terjadi. Selain itu, aksi kejar-kejarannya membuat ambulans di film ini serasa tidak sedang membawa orang sakit ketika harus berhadapan dengan mobil lain dan melakukan manuver.
Ambulance mulai tayang di Indonesia pada hari ini, Rabu (16/3). Indonesia adalah satu dari 3 negara di dunia—selain Filipina dan Mesir—yang menikmati film ini tiga pekan sebelum film ini dirilis di negara asalnya, Amerika Serikat. Film ini berating untuk 17 tahun ke atas karena kekerasan. Selalu patuhi protokol kesehatan dan selamat menyaksikan!
(alv)
Lihat Juga :
tulis komentar anda