Film Pendek Satu Matahari, Perceraian yang Mewariskan Rasa Marah

Jum'at, 11 Maret 2022 - 16:00 WIB
Satu Matahari menggambarkan bahwa kebencian antara pasangan yang bercerai bisa menurun ke anak-anak. Foto/Genflix
JAKARTA - Film pendek drama keluarga ini memiliki konflik yang cukup kental, dengan latar belakang perceraian Ganendra Daniswara (Hardy Putra) dan Sukma Banuwati (Zorra Mutia).

Perceraian tersebut berlanjut dengan permusuhan di antara anak mereka, Bumi Daniswara (Muhammad Fathin Rais) dan Angkasa Daniswara (Anditto Yumazidhan). Ini masih ditambah persaingan kedua kakak beradik ini memperebutkan cinta Kirana (Ade Tari Humairah).

Lihatlah, bagaimana pertengkaran antara ayah dan ibu menimbulkan pertentangan di antara anak mereka. Apa lagi, jika berujung pada perceraian. Anak hanya menangkap bahwa perselisihan tersebut tidak memiliki solusi lain kecuali perpisahan.



Sebuah efek yang sebaiknya dipikirkan ribuan kali oleh setiap suami-istri yang bertengkar. Sejatinya, seorang suami hanya mengungkapkan kemarahan pada istrinya, demikian sebaliknya. Namun, anak menangkap kemarahan itu dari kedua belah pihak.



Foto: Genflix

Itu mengapa, dalam setiap perceraian, anaklah korban terbesarnya. Tak peduli sebesar apa rasa kecewa, sedih, marah, atau apa pun yang dialami kedua orang tua, anak-anak merasakan dua kali lipatnya. Merekalah yang paling sakit hati dan hancur.

Padahal, Bumi dan Angkasa merasakan perceraian orang tuanya pada usia dewasa. Mereka yang bersepakat untuk berpisah untuk menjaga masing-masing orang tua. Namun, seiring berjalannya waktu, pertikaian demi pertikaian antarsaudara ini terjadi. Mulai dari masalah keuangan, cinta, dan akhirnya mengerucut pada kerinduan keduanya akan keutuhan keluarga.

Baca Juga: Film Pendek 21 (Twenty One), Zaman yang Menguji Persahabatan

Film berdurasi 31 menit ini disusun oleh penulis skenario Arif Mustaqim, dan diarahkan dengan cukup apik oleh sutradaranya, Excel Muhadzdzib Kelana. Sebuah prestasi yang cukup membanggakan ketika mengetahui film pendek ini berhasil meraup 400 penonton pada tayangan perdananya di De Classic Café, Langsa, Aceh.

Mereka rela merogoh dana untuk tiket sebesar Rp10 ribu untuk menyaksikan karya yang akhirnya bisa juga kdinikmati di salah satu platform nasional, yaitu Genflix.



Foto: Genflix

Tentu bukan sebuah pilihan yang mengecewakan mengingat film ini menitipkan sebuah pesan moral yang demikian mendalam tentang pentingnya makna keluarga dan persaudaraan. Memacu kita untuk memiliki kebijaksanaan lebih dalam mengatasi perbedaan pendapat dengan orang-orang terdekat.

Baca Juga: Partai Konservatif Menang Pemilu Korsel, Sutradara Squid Game dan Bong Joon-Ho Bakal Kena Blacklist Lagi?

Jika disebutkan bahwa “harta yang paling berharga adalah keluarga”, maka tak ada harga yang terlalu mahal untuk menebusnya. Terkadang, harga yang dibutuhkan hanya sesederhana senyuman, tegur sapa, jabat tangan, dan perbincangan santai dalam suasana hangat.

Memang, tidak semua pasangan suami-istri ditakdirkan untuk selalu bersama. Ada saat terus bertahan artinya memperbesar luka. Namun, jika perceraian telah menjadi jalan terakhir yang dipilih untuk saling menyembuhkan, ingatlah untuk tetap merawat hati anak-anak. Penuhi jiwa mereka dengan cinta agar lebih kuat melangkah menata masa depan.

Farida Pane (Semarang)

Penikmat film dan anggota komunitas ISP Community
(ita)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More