5 Film Indonesia Minim Dialog, tapi Tetap Menarik dan Penuh Makna
Senin, 07 Februari 2022 - 15:28 WIB
JAKARTA - Kalau membicarakan film, kita pasti akan tertarik untuk membahas jalan ceritanya melalui unsur visual dan dialog tokoh yang biasanya menjadikan sebuah film lebih mudah untuk dipahami.
Namun ada pula film-film yang nyaris tanpa dialog, tapi tetap menarik, bahkan laku keras dan memenangkan penghargaan. Misalnya saja film animasi buatan Pixar, Wall-E, yang populer pada 2008-2009. Film ini juga memenangkan Piala Oscar sebagai film animasi terbaik.
Ada juga film A Quiet Place yang dirilis pada 2018, dan hanya mengandung satu dialog dalam skenario aslinya. Kedua film tersebut meskipun minim dialog, tapi sukses merebut pasar.
Nyatanya, bukan hanya luar negeri yang mempunyai film minim dialog. Indonesia pun juga punya hal serupa yang tak kalah menariknya. Berikut ini lima film minim dialog buatan Indonesia yang harus masuk ke daftar tontonanmu.
1. 27 Steps of May (2019)
Foto:Green Glow Pictures
Film yang disutradarai oleh Ravi Bharwani ini menceritakan tentang May yang menjadi korban kekerasan seksual saat dirinya berusia 14 tahun. Sejak saat itu, May mengalami trauma hingga delapan tahun kemudian.
Ia hanya mengunci diri di kamar, dan setiap ingatan tentang kejadian tersebut terlintas, May akan menyayat pergelangan tangannya dengan sebilah silet. Kejadian itu juga menghantui Ayah May yang merasa bersalah sehingga menuangkan emosinya ke atas ring tinju.
Kehidupan selama delapan tahun yang monoton tersebutlah yang membuat film ini sangat minim dialog. Hingga muncullah seorang pesulap yang digambarkan tinggal di rumah sebelah yang berinteraksi dengan May melalui sebuah lubang kecil. Dari pertemuan di lubang tersebutlah dimulai proses bangkitnya May melangkah meninggalkan trauma masa lalunya.
Minimnya dialog dalam film ini membuat penonton dapat lebih merasakan suasana mendalam yang terbangun antara ayah dan anak, yang sama-sama berjuang melepaskan diri dari masa lalu yang suram. Ekspresi serta gestur yang ditampilkan oleh para pemain sangat baik dan semakin memperjelas jalan ceritanya.
Dari jerih payah tersebut, film ini memperoleh penghargaan dalam Festival Film Tempo dan Festival Film Indonesia. Untuk kamu yang ingin melihat beratnya perjuangan seorang penyintas kekerasan seksual bertahan dan berjuang bangkit dari trauma, film ini harus ada dalam daftar tontonanmu.
2. Ave Maryam (2018)
Foto:Summerland
Film yang telah ditonton oleh lebih dari 80 ribu penonton ini menceritakan kisah cinta seorang perawat bernama Maryam yang berusia 40 tahun dan berasal dari keluarga islam. Ia bekerja mengurus para biarawati yang sudah lanjut usia di rumah biarawati.
Di sana, Ia bertemu dengan Romo Yosef yang membantu di gereja hingga acara Natal. Maryam dan Yosef salih jatuh cinta dan tetap menjalin hubungan meski terlarang. Hingga Maryam mulai melalaikan tugasnya dan sering pulang terlambat dan menyebabkan banyak masalah lain.
Meski di dalam film ini masih terdapat dialog antarkarakternya, tapi tetap tergolong minim untuk sebuah film berdurasi 74 menit. Setiap detail dalam film ini disampaikan dengan sangat baik melalui gestur dan mimik wajah para pemainnya. Film ini menyinggung banyak hal sensitif sehingga patut untuk kamu tonton.
Namun ada pula film-film yang nyaris tanpa dialog, tapi tetap menarik, bahkan laku keras dan memenangkan penghargaan. Misalnya saja film animasi buatan Pixar, Wall-E, yang populer pada 2008-2009. Film ini juga memenangkan Piala Oscar sebagai film animasi terbaik.
Ada juga film A Quiet Place yang dirilis pada 2018, dan hanya mengandung satu dialog dalam skenario aslinya. Kedua film tersebut meskipun minim dialog, tapi sukses merebut pasar.
Nyatanya, bukan hanya luar negeri yang mempunyai film minim dialog. Indonesia pun juga punya hal serupa yang tak kalah menariknya. Berikut ini lima film minim dialog buatan Indonesia yang harus masuk ke daftar tontonanmu.
1. 27 Steps of May (2019)
Foto:Green Glow Pictures
Film yang disutradarai oleh Ravi Bharwani ini menceritakan tentang May yang menjadi korban kekerasan seksual saat dirinya berusia 14 tahun. Sejak saat itu, May mengalami trauma hingga delapan tahun kemudian.
Ia hanya mengunci diri di kamar, dan setiap ingatan tentang kejadian tersebut terlintas, May akan menyayat pergelangan tangannya dengan sebilah silet. Kejadian itu juga menghantui Ayah May yang merasa bersalah sehingga menuangkan emosinya ke atas ring tinju.
Kehidupan selama delapan tahun yang monoton tersebutlah yang membuat film ini sangat minim dialog. Hingga muncullah seorang pesulap yang digambarkan tinggal di rumah sebelah yang berinteraksi dengan May melalui sebuah lubang kecil. Dari pertemuan di lubang tersebutlah dimulai proses bangkitnya May melangkah meninggalkan trauma masa lalunya.
Minimnya dialog dalam film ini membuat penonton dapat lebih merasakan suasana mendalam yang terbangun antara ayah dan anak, yang sama-sama berjuang melepaskan diri dari masa lalu yang suram. Ekspresi serta gestur yang ditampilkan oleh para pemain sangat baik dan semakin memperjelas jalan ceritanya.
Dari jerih payah tersebut, film ini memperoleh penghargaan dalam Festival Film Tempo dan Festival Film Indonesia. Untuk kamu yang ingin melihat beratnya perjuangan seorang penyintas kekerasan seksual bertahan dan berjuang bangkit dari trauma, film ini harus ada dalam daftar tontonanmu.
2. Ave Maryam (2018)
Foto:Summerland
Film yang telah ditonton oleh lebih dari 80 ribu penonton ini menceritakan kisah cinta seorang perawat bernama Maryam yang berusia 40 tahun dan berasal dari keluarga islam. Ia bekerja mengurus para biarawati yang sudah lanjut usia di rumah biarawati.
Di sana, Ia bertemu dengan Romo Yosef yang membantu di gereja hingga acara Natal. Maryam dan Yosef salih jatuh cinta dan tetap menjalin hubungan meski terlarang. Hingga Maryam mulai melalaikan tugasnya dan sering pulang terlambat dan menyebabkan banyak masalah lain.
Meski di dalam film ini masih terdapat dialog antarkarakternya, tapi tetap tergolong minim untuk sebuah film berdurasi 74 menit. Setiap detail dalam film ini disampaikan dengan sangat baik melalui gestur dan mimik wajah para pemainnya. Film ini menyinggung banyak hal sensitif sehingga patut untuk kamu tonton.
tulis komentar anda