Miniseri Mahram untuk Najwa: Dilema Cinta Muslimah Modern
Sabtu, 04 Desember 2021 - 18:08 WIB
Foto: Genflix
Hal ini seiring pula dengan kebangkitan kelas menengah muslim di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Di Tanah Air, faktor politik kala bandul rezim Suharto condong ke kanan lewat pendirian Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan penerbitan koran Republika, serta ditandai sang presiden naik haji pada dekade 1990-an turut mempercepat proses islamisasi negeri kita menjadi post-islamisme.
Maka, sejatinya, yang dilakukan Ichwan lewat Mahram untuk Najwa, maupun sebelumnya lewat film layar lebar Hijabers in Love yang ia produseri, bagian dari rangkaian jalan panjang yang telah berlangsung sejak 30 tahun terakhir.
Dalam serial Mahram untuk Najwa, sang tokoh kita Najwa menghadapi persoalan cinta sebagaimana yang dialami Fahri dalam Ayat-ayat Cinta dahulu. Bila Fahri dahulu harus memilih antara Aisha dan Maria, Najwa kini harus menentukan hatinya pada Faiz atau Fadlan.
Bedanya terletak pada jenis kelamin. Najwa perempuan. Fahri laki-laki. Ini sebuah lompatan sebetulnya, karena dalam Islam kecenderungan untuk memilih pasangan hidup lebih didominasi pihak laki-laki. Seorang lelaki bahkan dibolehkan memiliki lebih dari satu pasangan hidup. Perempuan kerap kali tak diberi keistimewaan itu. Apalagi bila yang dianut adalah paham Islam konservatif.
Namun, Islam dalam serial Mahram untuk Najwa lebih terbuka dan moderat. Para tokohnya berhijab, namun jenis hijabnya lebih modis, berwarna cerah.
Baca Juga: 10 Film Superhero Termahal Sepanjang Masa, Avengers Mendominasi
Jelas sekali Najwa dan teman-temannya adalah cerminan “Generation M” sebagaimana disebutkan Shelina Janmohamed (2016), yakni generasi muslim modern yang gaya hidupnya sebagai bagian dari komunitas global, tetapi dipengaruhi keimanan mereka.
Ya, dilema cinta tak melulu persoalan laki-laki muslim, tapi juga perempuan muslimah. Kita masih menunggu siapa yang dipilih Najwa.
Ade Irwansyah
Pengamat perfilman, menulis buku Seandainya Saya Kritikus Film (2009), anggota komunitas Forum Film Indonesia
(ita)
tulis komentar anda