Film How Deep The Hole Goes, Menggali Lubang untuk Kubur Kesalahan

Jum'at, 22 Oktober 2021 - 15:00 WIB
Film pendek How Deep The Hole Goes menceritakan penderitaan mental dari pelaku kelalaian yang menyebabkan kematian. Foto/Genflix
JAKARTA - How Deep The Hole Goes yang diproduksi oleh BEM FB UI dan LFS FEB UI adalah sebuah potret realitas kehidupan masyarakat pada umumnya.

Hukum yang tumpul ke atas membuat Bunga (Michelle Dwi Margareth) mendapatkan grasi untuk hukuman kurungan atas kelalaiannya dalam berkendara sehingga menyebabkan orang lain celaka. Media pun bungkam soal pemberian hak istimewa ini.

Sebagai anak jaksa, Bunga diceritakan mendapat keistimewaan. Mungkin, tidak semua anak petinggi negeri ini memanfaatkan kedudukan dan posisi orang tuanya. Namun seberapa banyak orang tua yang tega melihat anaknya dipenjara?



Bisa jadi mereka menolong anak dengan dalih supaya masa depannya tidak hancur. Namun bisa juga untuk menyelamatkan karier dan reputasi mereka akibat ulah anak sendiri.

Ayah Bunga tentu saja memakai alasan yang terakhir. Bunga yang dikejar rasa bersalah, justru terlihat tidak senang dengan pengurangan hukuman tersebut. Ia depresi, karena hidupnya telah berubah. Bunga juga harus beradaptasi dengan lingkungan.

Tatapan iba asisten rumah tangga, juga pertanyaan dari sopirnya soal apakah ia lupa rumah karena baru saja keluar dari penjara membuat Bunga semakin merasa terpojok.



Foto: Genflix

Mereka yang bertanya tidak bersalah. Mereka hanya rindu dengan kehadiran anak majikannya. Namun, seperti halnya mantan narapidana lain yang baru saja menghirup udara bebas. hidup sudah tidak terasa normal lagi.

Alih-alih menyelamatkan mental anaknya yang harus beradaptasi dengan status barunya sebagai mantan narapidana, ayah Bunga justru sibuk mengurus pekerjaan. Ia memaksa Bunga berbicara, tapi lupa untuk mendengarkan. Kesalahan demi kesalahan ia timpakan pada Bunga.

Sosok ayah yang penggerutu, mudah marah, dan menyalahkan tentu tidak diharapkan oleh anak gadisnya. Bunga yang mentalnya sedang tidak sehat, harus menghadapi perilaku ayahnya yang semakin menghancurkannya.

Baca Juga: Film Di Dalam Botol, Apa pun Dilakukan demi Pesta Pernikahan

Rasa tanggung jawab Bunga muncul sekalipun ‘hanya’ dalam bentuk kepedulian. Ia mendatangi para korban dan keluarganya untuk meminta maaf. Anggrek putih yang dibawanya merupakan simbol penghormatan dan kerendahan hati.

Cacian dan makian tentu saja Bunga dapatkan. Jiwa para korban dan keluarganya masih terguncang. Seperti halnya Bunga yang juga menanggung semua kesalahannya dengan susah payah sehingga ia merasa tidak kuat. Ia merasa harus menggali sebuah lubang untuk mengubur semua kekacauan yang telah dilakukannya.



Foto: Genflix

Pada kasus kelalaian hingga menghilangkan nyawa orang lain, pada kenyataannya tidak hanya korban yang menderita. Pelaku juga mengalami keterguncangan mental. Perasaan bersalah, dipojokkan, tidak diterima kembali oleh masyarakat, sungguh merupakan hukuman yang lebih berat dari ‘sekadar’ kurungan.

Akan tetapi, di sisi lain para korban meninggal, atau yang mengalami cedera sehingga menyebabkan cacat permanen juga sangat dirugikan dan menderita seumur hidup.

Baca Juga: Ini Satu-Satunya Anggota Avengers yang Bisa Kalahkan Eternals
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More