Konsumsi Telur Setengah Matang, Sehat atau Sumber Penyakit?

Senin, 20 April 2020 - 21:15 WIB
Makanan setengah matang bisa berbahaya jika proses pembuatannya tidak memperhatikan standar kebersihan dan kesehatan. Foto/Pinterest
JAKARTA - Apakah kamu salah satu orang yang suka memasak atau memesan makanan setengah matang?

Banyak orang lebih menyukai makanan yang dimasak setengah matang karena memiliki tekstur yang lebih lembut dan rasa yang lebih kuat. Makanan setengah matang juga dipercaya memiliki gizi yang lebih tinggi dan tidak merusak nutrisi yang ada dalam makanan.

Budaya makan setengah matang dikenal berangkat dari Jepang, yang punya reputasi sebagai negara paling bersih dan tertib. Di Jepang, masyarakat biasa mengonsumsi telur mentah dengan nasi dan kecap asin, dikenal dengan nama masakan Tamago Kake Gohan. Kemudian, telur mentah dan kecap asin diaduk dengan nasi sampai tercampur sempurna.



Proses Pengolahan Telur di Jepang

Negeri Sakura memiliki teknologi canggih yang mengatur proses pemeriksaan telur mulai dari sterilisasi, uji kualitas, pengelompokkan telur berdasarkan ukuran, hingga tahap pengemasan yang menggunakan karton. Nantinya, telur akan ditata dengan bagian yang lebih runcing menghadap ke bawah. Hal ini memungkinkan terhindarnya cangkang dari bakteri Salmonella.

Pandangan Medis dalam Konsumsi Telur Setengah Matang

Dokter Zarina Taris menjelaskan bahwa memakan telur mentah atau setengah matang di Jepang pun tidak sembarangan. Di Jepang, selain standar dan teknologi yang canggih untuk memastikan kualitas telur, pembeli juga dapat melihat tanggal batas suatu telur dapat dikonsumsi mentah atau setengah matang. Tentu hal ini berbeda dengan Indonesia yang tidak memiliki sistem seperti itu.

“Kami para dokter menyarankan agar memasak daging atau telur sampai matang, karena banyak juga kasus pasien terkena toksoplasma akibat konsumsi makanan setengah matang, terkena cacing pita (taenia) pada sapi dan babi,” jelas dr. Zarina.

Dalam memasak kita juga harus memerhatikan kebersihan diri dan peralatan yang digunakan untuk menghindari risiko transmisi bakteri ke makanan.

Anggita Hutami

Kontributor GenSINDO

Politeknik Negeri Jakarta

Instagram: @gitahut
(it)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More