Mengapa 2020 Saat yang Tepat untuk Membeli Smart TV?
Rabu, 20 Mei 2020 - 10:34 WIB
JAKARTA - Di kota-kota besar, kebutuhan untuk menonton televisi berubah karena kebiasaan konsumen untuk mengonsumsi layanan yang serba “on demand”.
Sebenarnya hal ini telah diprediksi oleh Ericsson ConsumerLabs dalam laporan '10 Tren Terkini untuk Tahun 2015 dan Ke Depannya".
Disebutkan bahwa pengguna internet di 23 negara yang di survei memiliki pattern serupa. Yakni, berselancar internet dan menggunakan medsos setiap hari, menjadikan ponsel sebagai dompet digital, hingga mengakses berbagai aplikasi untuk membantu kehidupan keseharian mereka.
Prediksi penting dalam laporan tersebut yang sudah terwujud saat ini adalah bagaimana masyarakat sudah terbiasa untuk mengonsumsi layanan “on demand” yang lebih cepat dan mudah. Utamanya saat menonton video di layar kaca.
Dengan sistem “on demand”, konsumen hanya menonton tayangan yang ingin mereka tonton. Mereka mengontrol dan memilih sendiri program video, film, ataupun serial TV yang ingin di tonton layaknya video rental.
Selain opsi nirkabel, Mi TV 4 juga dilengkapi 3 port HDMI (termasuk 1 port ARC), 2 port USB (2.0) dan port Ethernet yang lengkap. Foto-foto: dok Xiaomi Indonesia.
Dan ini bisa terwujud dengan masifnya adopsi jaringan pita lebar, terutama fiber optic (FO) yang memberikan internet berkecepatan tinggi serta maraknya produk televisi pintar atau Smart TV yang mampu menyediakan beragam konten hiburan via internet layaknya sebuah ponsel pintar.
Menurut laporan Nielsen Media (Indonesia) pada Maret 2020, ada peningkatan akses internet melalui smart TV di Indonesia sebanyak 17% pada 2019 dari hanya 7% di 2017. Ini menunjukkan bahwa adopsi smart TV di Indonesia semakin meluas. Produk Smart TV Xiaomi pun mencatat pengiriman global hingga 12,8 juta unit pada Desember 2019, naik 51,9% dari tahun ke tahun.
MAKIN CANGGIH, BESAR, DAN TAJAM
Pameran Consumer Electronics Show (CES) 2020 di awal tahun cukup merangkum tren teknologi smart TV saat ini dan tahun mendatang. Ada sejumlah catatan. Pertama, ukuran TV semakin besar. Ukuran ideal TV dirumah terus berubah. Dari 32 inci satu dekade silam menjadi 42 inci, 55 inci, 65 inci, dan 75 dan 85 inci akan jadi ukuran normal baru.
Firma teknologi IHS Markit memprediksi TV 65 inci akan mengakomodir 19 persen penjualan Smart TV di 2020 secara global, naik dari 12 persen di 2018.
Kedua, teknologi televisi tidak pernah stagnan tapi terus diperbaiki. Dari kualitas layar OLED atau LCD, desain dengan bezel tipis, suara, teknologi yang membuat gambar video semakin realistis seperti HDR dan local dimming, cara interaksi dengan televisi menggunakan perintah suara, serta ketajaman yang kini mencapai resolusi 8K.
PILIH 55, 43, ATAU 32 INCI?
Hanya dalam beberapa tahun saja harga TV pintar menurun drastis. Dari yang mulanya puluhan juta, turun menjadi belasan juta, dan sekarang dibawah Rp10 juta. Ini bisa dilihat dari lini produk Mi TV 4 yang hadir dalam opsi harga Rp4.999.000 untuk model 55 inci, Rp3.499.000 untuk model 43 inci, serta Rp2.199.000 untuk varian 32 inci.
Bisa dibilang Smart TV telah mencapai “sweet spot” atau keterjangkauan harga sehingga membuatnya dapat di akses oleh masyarakat yang lebih luas.
TV berlayar 4K (3840 x 2160 piksel) dengan sudut pandang 178 derajat serta refresh rate 60 Hz ideal untuk mereka yang sudah terbiasa menonton video on demand (VoD). Jika saat ini mereka terbiasa menonton film seri di Netflix, Amazon Prime Videos, iFlix atau bahkan YouTube melalui ponsel ataupun laptop, kini saatnya membawa eksperiens itu ke layar yang lebih lebar di Mi TV 4 55.
Karena eksperiens-nya berbeda jauh. Menonton film dan serial favorit dalam resolusi Full HD, bahkan resolusi 4K HDR di Netflix benar-benar memanjakan mata dan membuat betah di rumah. Karena kita tidak sekadar menikmati cerita dan alur, namun juga visual dan suara.
Sebenarnya hal ini telah diprediksi oleh Ericsson ConsumerLabs dalam laporan '10 Tren Terkini untuk Tahun 2015 dan Ke Depannya".
Disebutkan bahwa pengguna internet di 23 negara yang di survei memiliki pattern serupa. Yakni, berselancar internet dan menggunakan medsos setiap hari, menjadikan ponsel sebagai dompet digital, hingga mengakses berbagai aplikasi untuk membantu kehidupan keseharian mereka.
Prediksi penting dalam laporan tersebut yang sudah terwujud saat ini adalah bagaimana masyarakat sudah terbiasa untuk mengonsumsi layanan “on demand” yang lebih cepat dan mudah. Utamanya saat menonton video di layar kaca.
Dengan sistem “on demand”, konsumen hanya menonton tayangan yang ingin mereka tonton. Mereka mengontrol dan memilih sendiri program video, film, ataupun serial TV yang ingin di tonton layaknya video rental.
Selain opsi nirkabel, Mi TV 4 juga dilengkapi 3 port HDMI (termasuk 1 port ARC), 2 port USB (2.0) dan port Ethernet yang lengkap. Foto-foto: dok Xiaomi Indonesia.
Dan ini bisa terwujud dengan masifnya adopsi jaringan pita lebar, terutama fiber optic (FO) yang memberikan internet berkecepatan tinggi serta maraknya produk televisi pintar atau Smart TV yang mampu menyediakan beragam konten hiburan via internet layaknya sebuah ponsel pintar.
Menurut laporan Nielsen Media (Indonesia) pada Maret 2020, ada peningkatan akses internet melalui smart TV di Indonesia sebanyak 17% pada 2019 dari hanya 7% di 2017. Ini menunjukkan bahwa adopsi smart TV di Indonesia semakin meluas. Produk Smart TV Xiaomi pun mencatat pengiriman global hingga 12,8 juta unit pada Desember 2019, naik 51,9% dari tahun ke tahun.
MAKIN CANGGIH, BESAR, DAN TAJAM
Pameran Consumer Electronics Show (CES) 2020 di awal tahun cukup merangkum tren teknologi smart TV saat ini dan tahun mendatang. Ada sejumlah catatan. Pertama, ukuran TV semakin besar. Ukuran ideal TV dirumah terus berubah. Dari 32 inci satu dekade silam menjadi 42 inci, 55 inci, 65 inci, dan 75 dan 85 inci akan jadi ukuran normal baru.
Firma teknologi IHS Markit memprediksi TV 65 inci akan mengakomodir 19 persen penjualan Smart TV di 2020 secara global, naik dari 12 persen di 2018.
Kedua, teknologi televisi tidak pernah stagnan tapi terus diperbaiki. Dari kualitas layar OLED atau LCD, desain dengan bezel tipis, suara, teknologi yang membuat gambar video semakin realistis seperti HDR dan local dimming, cara interaksi dengan televisi menggunakan perintah suara, serta ketajaman yang kini mencapai resolusi 8K.
PILIH 55, 43, ATAU 32 INCI?
Hanya dalam beberapa tahun saja harga TV pintar menurun drastis. Dari yang mulanya puluhan juta, turun menjadi belasan juta, dan sekarang dibawah Rp10 juta. Ini bisa dilihat dari lini produk Mi TV 4 yang hadir dalam opsi harga Rp4.999.000 untuk model 55 inci, Rp3.499.000 untuk model 43 inci, serta Rp2.199.000 untuk varian 32 inci.
Bisa dibilang Smart TV telah mencapai “sweet spot” atau keterjangkauan harga sehingga membuatnya dapat di akses oleh masyarakat yang lebih luas.
TV berlayar 4K (3840 x 2160 piksel) dengan sudut pandang 178 derajat serta refresh rate 60 Hz ideal untuk mereka yang sudah terbiasa menonton video on demand (VoD). Jika saat ini mereka terbiasa menonton film seri di Netflix, Amazon Prime Videos, iFlix atau bahkan YouTube melalui ponsel ataupun laptop, kini saatnya membawa eksperiens itu ke layar yang lebih lebar di Mi TV 4 55.
Karena eksperiens-nya berbeda jauh. Menonton film dan serial favorit dalam resolusi Full HD, bahkan resolusi 4K HDR di Netflix benar-benar memanjakan mata dan membuat betah di rumah. Karena kita tidak sekadar menikmati cerita dan alur, namun juga visual dan suara.
tulis komentar anda