Ketika Xiaomi Naik Kelas lewat Ponsel Flagship
loading...

Xiaomi Mi 10 mengubah brand Xiaomi yang mulanya dikenal di segmen entry level, kini menargetkan pasar flagship atau premium.
A
A
A
JAKARTA - Dengan merilis smartphone Mi 10 yang dibanderol Rp10 juta, Xiaomi memposisikan produk mereka untuk bisa bersaing dengan model ponsel premium/flagship seperti Samsung S20 hingga iPhone.
Seperti halnya India, produk Xiaomi di Indonesia fokus di segmen entry level. Dan mereka berhasil disitu. Berhasil menciptakan produk yang sangat baik. Berhasil pula menciptakan fans garis keras Mi Fans yang bahkan jauh lebih militan dari “Apple Fanboy”.
Yang sukarela mempromosikan produk Xiaomi, membeberkan segudang keunggulannya, bahkan adu ngotot di tengah diskusi soal smartphone di berbagai platform sosial media seperti Facebook, Instagram, YouTube, hingga Twitter.
![Ketika Xiaomi ”Naik Kelas” lewat Ponsel Flagship]()
Banyak Mi Fans yang militan dan sukarela membela brand Xiaomi di sosial media maupun forum di internet.
Yang lantas memunculkan tagar #mendingxiaomi sejak 2016 silam. Mereka percaya bahwa Xiaomi adalah ponsel dengan nilai value for money paling tinggi. Di mata Mi Fans, Xiaomi memberi harga termurah dengan spesifikasi terbaik. Di mata Mi Fans, Xiaomi adalah pabrikan yang benar-benar mendengarkan masukan mereka.
Termasuk, masukan untuk membawa ponsel premium ke Indonesia. Yang dilabeli Mi, terpisah dengan merek Redmi yang tetap agresif menyasar pasar entry level.
Perubahan strategi Xiaomi di Indonesia ini tidak lepas dari peran Alvin Tse, Country Director Xiaomi Indonesia. Yang lulusan Standford University di Amerika. Yang masih sangat muda tapi juga sangat cerdas itu.
Bergabung di Xiaomi pada 2013, Alvin lantas dipercaya sebagai bos global dari unit bisnis Xiaomi, Pocophone. Juga, rangkap jabatan dengan mengepalai pasar sebesar Indonesia sejak Oktober 2019 silam.
![Ketika Xiaomi ”Naik Kelas” lewat Ponsel Flagship]()
Country Director Xiaomi Indonesia Alvin Tse memberikan perubahan besar pada pasar Xiaomi Indonesia dalam waktu singkat. Salah satunya menghapuskan label "gaib" warganet terhadap ponsel Xiaomi. Foto-foto: dok Xiaomi.
Dalam waktu supersingkat, Alvin membuat dua perubahan besar di Indonesia. Pertama, menghapuskan label “gaib” yang disematkan warganet ke ponsel Xiaomi lantaran sulit ditemukan di pasaran. ”Dalam 7 bulan saya berada di Indonesia, sekarang sudah tidak banyak komen ’gaib’ lagi di sosial media. Artinya, solusi kami berjalan baik,” ungkapnya.
Seperti halnya India, produk Xiaomi di Indonesia fokus di segmen entry level. Dan mereka berhasil disitu. Berhasil menciptakan produk yang sangat baik. Berhasil pula menciptakan fans garis keras Mi Fans yang bahkan jauh lebih militan dari “Apple Fanboy”.
Yang sukarela mempromosikan produk Xiaomi, membeberkan segudang keunggulannya, bahkan adu ngotot di tengah diskusi soal smartphone di berbagai platform sosial media seperti Facebook, Instagram, YouTube, hingga Twitter.

Banyak Mi Fans yang militan dan sukarela membela brand Xiaomi di sosial media maupun forum di internet.
Yang lantas memunculkan tagar #mendingxiaomi sejak 2016 silam. Mereka percaya bahwa Xiaomi adalah ponsel dengan nilai value for money paling tinggi. Di mata Mi Fans, Xiaomi memberi harga termurah dengan spesifikasi terbaik. Di mata Mi Fans, Xiaomi adalah pabrikan yang benar-benar mendengarkan masukan mereka.
Termasuk, masukan untuk membawa ponsel premium ke Indonesia. Yang dilabeli Mi, terpisah dengan merek Redmi yang tetap agresif menyasar pasar entry level.
Perubahan strategi Xiaomi di Indonesia ini tidak lepas dari peran Alvin Tse, Country Director Xiaomi Indonesia. Yang lulusan Standford University di Amerika. Yang masih sangat muda tapi juga sangat cerdas itu.
Bergabung di Xiaomi pada 2013, Alvin lantas dipercaya sebagai bos global dari unit bisnis Xiaomi, Pocophone. Juga, rangkap jabatan dengan mengepalai pasar sebesar Indonesia sejak Oktober 2019 silam.

Country Director Xiaomi Indonesia Alvin Tse memberikan perubahan besar pada pasar Xiaomi Indonesia dalam waktu singkat. Salah satunya menghapuskan label "gaib" warganet terhadap ponsel Xiaomi. Foto-foto: dok Xiaomi.
Dalam waktu supersingkat, Alvin membuat dua perubahan besar di Indonesia. Pertama, menghapuskan label “gaib” yang disematkan warganet ke ponsel Xiaomi lantaran sulit ditemukan di pasaran. ”Dalam 7 bulan saya berada di Indonesia, sekarang sudah tidak banyak komen ’gaib’ lagi di sosial media. Artinya, solusi kami berjalan baik,” ungkapnya.
Lihat Juga :