Intip Asiknya Memodifikasi Mechanical Keyboard!
Minggu, 19 April 2020 - 15:29 WIB
JAKARTA - Namanya keyboard mechanical (mecha). Sudah ada sejak puluhan tahun silam. Setua usia PC itu sendiri. Tapi, dalam beberapa tahun terakhir ngetren lagi. Kenapa bisa populer lagi? Mulanya Gensindo hanya iseng mencari tahu. Tapi, justru melebur ke dalamnya (baca: ketagihan). Seperti apa sih keasyikannya?
Jika bukan mechanical keyboard, maka besar kemungkinan keyboard yang kamu pakai sekarang memakai “membrane switch”.
Keyboard dengan membrane switch seperti ini paling banyak ditemui di pasaran. FOTO: Deksthority
Inilah jenis keyboard paling umum di pasaran. Digunakan di komputer Desktop, PC, semua janis laptop, hingga keyboard wireless (nirkabel). Cara kerjanya simpel. Dibawah tombol, ada penahan karet berbentuk kubah (rubber dome).
Keyboard membrane ini relatif terjangkau juga mudah diproduksi. Tapi, kelemahannya rubber dome tidak tahan lama, mudah kotor karena debu, dan menjadi kurang nyaman di tekan.
Sebaliknya, keyboard mechanical tidak menggunakan pegas karet. Tapi, memakai pegas mekanik dari besi dan aluminium di kotak switch. Usia keyboard mechanical sama tuanya dengan usia komputer Dekstop itu sendiri.
MENGETIK 16 JUTA KALI SETAHUN
Andai seorang pengguna komputer mengetik 8.000 karakter per jam (3-4 halaman Microsoft Word dengan ukuran font 12). Jika sehari ia mengetik 8 jam selama 5 hari kerja, maka setahun tuts keyboard ditekan sebanyak 16.640.000 kali. Padahal, kibor membrane dome rata-rata bertahan hingga 10 juta ketukan sebelum performanya berkurang.
Misalnya tombol tidak terinput walau sudah ditekan, tuts yang nyangkut, atau berat untuk ditekan.
Keyboard mechanical Vortex VX5 yang dibanderol Rp350.000an. FOTO: danang arradian
Ini tidak terjadi di mechanical keyboard. Karena menggunakan switch individual dengan kontak langsung antara tombol dengan onboard circuit. Setiap tombol di mechanical keyboard 50 juta-70 juta ketukan. Kalupun rusak, bisa diganti tombolnya saja. Tidak seluruh keyboard seperti di membrane keyboard.
Jika tombol “K” rusak, tinggal ganti switch di tombol “K” saja. Tidak perlu mengganti semuanya. Bisa dibilang pemakaian keyboard mechanical bisa “seumur hidup”.
SWITCH MEKANIS = KUSTOMISASI
FOTO: Henry Tan/Indonesia Mechanical Keyboard Group
Switch mekanis membuat keyboard mechanical menjadi sangat kompleks. Sebab, memberi ruang kustomisasi yang sangat luas. Atau bisa dibilang tidak terbatas. Yang benar-benar sesuai dengan preferensi dan keinginan penggunanya. Mulai ukuran keyboardnya sendiri, bentuk keycapsnya, warnanya, fungsi tombolnya, switchnya, bahan keycapsnya, bunyinya, dan masih banyak lagi.
Sejak Gensindo mulai masuk ke dalam hobi mengutak atik keyboard mechanical ini, aktivitas mengetik menjadi pengalaman yang sangat berbeda. Yang seru, menarik, juga menantang.
Jika bukan mechanical keyboard, maka besar kemungkinan keyboard yang kamu pakai sekarang memakai “membrane switch”.
Keyboard dengan membrane switch seperti ini paling banyak ditemui di pasaran. FOTO: Deksthority
Inilah jenis keyboard paling umum di pasaran. Digunakan di komputer Desktop, PC, semua janis laptop, hingga keyboard wireless (nirkabel). Cara kerjanya simpel. Dibawah tombol, ada penahan karet berbentuk kubah (rubber dome).
Keyboard membrane ini relatif terjangkau juga mudah diproduksi. Tapi, kelemahannya rubber dome tidak tahan lama, mudah kotor karena debu, dan menjadi kurang nyaman di tekan.
Sebaliknya, keyboard mechanical tidak menggunakan pegas karet. Tapi, memakai pegas mekanik dari besi dan aluminium di kotak switch. Usia keyboard mechanical sama tuanya dengan usia komputer Dekstop itu sendiri.
MENGETIK 16 JUTA KALI SETAHUN
Andai seorang pengguna komputer mengetik 8.000 karakter per jam (3-4 halaman Microsoft Word dengan ukuran font 12). Jika sehari ia mengetik 8 jam selama 5 hari kerja, maka setahun tuts keyboard ditekan sebanyak 16.640.000 kali. Padahal, kibor membrane dome rata-rata bertahan hingga 10 juta ketukan sebelum performanya berkurang.
Misalnya tombol tidak terinput walau sudah ditekan, tuts yang nyangkut, atau berat untuk ditekan.
Keyboard mechanical Vortex VX5 yang dibanderol Rp350.000an. FOTO: danang arradian
Ini tidak terjadi di mechanical keyboard. Karena menggunakan switch individual dengan kontak langsung antara tombol dengan onboard circuit. Setiap tombol di mechanical keyboard 50 juta-70 juta ketukan. Kalupun rusak, bisa diganti tombolnya saja. Tidak seluruh keyboard seperti di membrane keyboard.
Jika tombol “K” rusak, tinggal ganti switch di tombol “K” saja. Tidak perlu mengganti semuanya. Bisa dibilang pemakaian keyboard mechanical bisa “seumur hidup”.
SWITCH MEKANIS = KUSTOMISASI
FOTO: Henry Tan/Indonesia Mechanical Keyboard Group
Switch mekanis membuat keyboard mechanical menjadi sangat kompleks. Sebab, memberi ruang kustomisasi yang sangat luas. Atau bisa dibilang tidak terbatas. Yang benar-benar sesuai dengan preferensi dan keinginan penggunanya. Mulai ukuran keyboardnya sendiri, bentuk keycapsnya, warnanya, fungsi tombolnya, switchnya, bahan keycapsnya, bunyinya, dan masih banyak lagi.
Sejak Gensindo mulai masuk ke dalam hobi mengutak atik keyboard mechanical ini, aktivitas mengetik menjadi pengalaman yang sangat berbeda. Yang seru, menarik, juga menantang.
Lihat Juga :
tulis komentar anda