Yuk, Mengenal AI untuk Tekan Risiko Penipuan Pembayaran Digital
Senin, 07 Oktober 2024 - 07:07 WIB
JAKARTA - Tak bisa dimungkiri perkembangan teknologi sudah sangatlah cepat, termasuk adaptasi Artificial Intelligence (AI) di berbagai sektor. AI memainkan peran penting dalam mengurangi risiko penipuan dan meningkatkan layanan di lini pembayaran digital.
Dengan memanfaatkan AI, penyedia layanan dapat mendeteksi perilaku mencurigakan secara lebih efektif untuk meningkatkan keamanan dan kepercayaan pengguna.
“Bank Indonesia juga sudah mengeluarkan kebijakan, di mana UMKM yang mikro dan kecil itu biaya transaksinya nol supaya mendorong agar adopsi digitalisasi kepada merchants atau mitra UMKM menjadi lebih mudah, tidak ada dampak negatif dari segi ekonomi, dan cost-nya juga lebih rendah buat mereka,” ujar Ketua Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Budi Gandasoebrata dalam Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Digitalisasi sistem pembayaran seperti penggunaan QRIS dapat membuka peluang baru dan mendorong daya saing para pelaku UMKM yang merupakan salah satu penggerak utama perekonomian Indonesia.
Kendati demikian, tantangan literasi digital di kalangan masyarakat masih menjadi hambatan utama sehingga diperlukan program edukasi yang komprehensif guna memastikan inklusi keuangan digital yang merata. Masa depan pembayaran digital di Indonesia tentu akan sangat dipengaruhi oleh kolaborasi yang kuat dan inovasi teknologi, yang pada akhirnya akan menciptakan ekosistem keuangan digital yang lebih inklusif dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
FEKDI merupakan ajang yang mengutamakan sinergi kebijakan dan pameran berbagai produk serta inovasi dalam pengembangan ekosistem ekonomi dan keuangan digital. Dilatarbelakangi oleh upaya memperkuat transformasi digital guna mendorong pertumbuhan pelbagai sektor ekonomi, FEKDI x KKI 2024 mengambil tema Sinergi Memperkuat Ekonomi dan Keuangan Digital serta Inklusif untuk Pertumbuhan Berkelanjutan.
GenBI/Caren Marvelia Jonathan
Dengan memanfaatkan AI, penyedia layanan dapat mendeteksi perilaku mencurigakan secara lebih efektif untuk meningkatkan keamanan dan kepercayaan pengguna.
“Bank Indonesia juga sudah mengeluarkan kebijakan, di mana UMKM yang mikro dan kecil itu biaya transaksinya nol supaya mendorong agar adopsi digitalisasi kepada merchants atau mitra UMKM menjadi lebih mudah, tidak ada dampak negatif dari segi ekonomi, dan cost-nya juga lebih rendah buat mereka,” ujar Ketua Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Budi Gandasoebrata dalam Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Digitalisasi sistem pembayaran seperti penggunaan QRIS dapat membuka peluang baru dan mendorong daya saing para pelaku UMKM yang merupakan salah satu penggerak utama perekonomian Indonesia.
Kendati demikian, tantangan literasi digital di kalangan masyarakat masih menjadi hambatan utama sehingga diperlukan program edukasi yang komprehensif guna memastikan inklusi keuangan digital yang merata. Masa depan pembayaran digital di Indonesia tentu akan sangat dipengaruhi oleh kolaborasi yang kuat dan inovasi teknologi, yang pada akhirnya akan menciptakan ekosistem keuangan digital yang lebih inklusif dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
FEKDI merupakan ajang yang mengutamakan sinergi kebijakan dan pameran berbagai produk serta inovasi dalam pengembangan ekosistem ekonomi dan keuangan digital. Dilatarbelakangi oleh upaya memperkuat transformasi digital guna mendorong pertumbuhan pelbagai sektor ekonomi, FEKDI x KKI 2024 mengambil tema Sinergi Memperkuat Ekonomi dan Keuangan Digital serta Inklusif untuk Pertumbuhan Berkelanjutan.
GenBI/Caren Marvelia Jonathan
(ita)
tulis komentar anda