CERMIN: Mercusuar Harapan Itu Bernama Imajinari
Sabtu, 03 Februari 2024 - 08:26 WIB
JAKARTA - Tahun 2022. Setelah ditolak oleh beberapa rumah produksi, film Ngeri-Ngeri Sedap akhirnya diproduksi oleh rumah produksi baru bernama Imajinari.
Dirilis pada 2 Juni 2022, tak ada yang menyangka bahwa film yang dipersiapkan oleh Bene Dion Rajagukguk selama delapan tahun itu bakal menjadi film nomor 4 terlaris pada tahun itu. Dalam sebuah jumpa pers, Bene secara terang-terangan bilang bahwa skenario filmnya ditolak beberapa rumah produksi. “Sama sekali tidak ada formula film box office-nya, ya, film ini, “ ujarnya sebagaimana dikutip dari Jawa Pos.
Tapi memang hanya rumah-rumah produksi besar yang percaya pada formula. Padahal formula film box office sesungguhnya tak jelas hingga hari ini. Dengan perolehan 2,8 juta penonton, Imajinari meluncurkan dirinya sendiri ke publik dengan kesuksesan Ngeri-Ngeri Sedap.
Pada 14 Februari 2023, Ernest Prakasa selaku pendiri Imajinari pun mengumumkan keputusannya ke publik untuk mengakhiri kerja samanya dengan Starvision yang telah membesarkan namanya selama ini. Setelahnya perlahan kita melihat munculnya mercusuar harapan dari industri perfilman Indonesia.
Setelah Ngeri-Ngeri Sedap, Imajinari kembali mengejutkan dengan film hitam putih berjudul menarik, Jatuh Cinta Seperti di Film-Film. Jika mengacu pada “formula” tentu saja Imajinari akan memilih cara 'aman' dengan mencoba mereplika sukses Ngeri-Ngeri Sedap.
Namun Imajinari memilih mengambil risiko dengan memproduksi film dengan niche market. Seperti yang saya pahami, Imajinari pun memahami bahwa kekuatan cerita adalah segalanya dan keputusan mereka mengambil risiko untuk Jatuh Cinta Seperti di Film-Film adalah pertaruhan yang sesungguhnya bisa dikalkulasi dengan demografi penonton yang terus berubah dinamis.
Pada akhirnya kita tahu film yang disutradarai Yandy Laurens tersebut beroleh 650 ribu penonton. Ini sebuah pencapaian gemilang untuk sebuah film hitam putih.
Lalu tahun ini Imajinari kembali datang dengan Agak Laen The Movie dan mempercayakan nakhoda kepada Muhadkly Acho. Saya bukan penonton podcast atau mengikuti sepak terjang Agak Laen, pun membaca sinopsis filmnya terlebih dahulu sebelum memutuskan menonton filmnya. Saya mengelola ekspektasi saya sebelum memutuskan melangkahkan kaki ke bioskop dan membeli tiket filmnya.
Saya terpesona sejak awal bagaimana Agak Laen The Movie membuka filmnya dengan menarik. Membawa kita masuk ke sebuah dunia berbeda dan lain, dunia yang sesungguhnya ada di sekitar kita tapi tak pernah benar-benar kita ketahui bagaimana dunia tersebut bekerja. Sebuah dunia bernama pasar malam.
Meski tak digali lebih detail, tapi pengenalan situasi di pasar malam cukup membawa kita masuk ke salah satu wahana bernama Rumah Hantu. Kita diajak Acho masuk ke sebuah wahana yang memang biasanya dijalankan dengan malas, nyaris tanpa invensi, sebagaimana sebagian besar film horor yang dirilis di Indonesia.
Kita bertemu dengan Boris, Bene, dan Jegel yang malas-malasan menjadi bagian dari wahana tersebut yang membuatnya tentu saja juga dijauhi pengunjung pasar malam. Hingga Oki muncul dan memberi ide cemerlang. Oki yang berkepala botak dan baru saja bebas dari penjara karena narkoba datang dengan ide merenovasi wahana dan membuatnya menjadi kembali menakutkan seperti seharusnya.
Sebagaimana hidup yang selalu penuh kejutan, begitupun apa yang terjadi dalam film ini. Baru saja hendak memulai mengoperasikan wahana yang baru selesai direnovasi, sebuah musibah datang. Seorang pengunjung dengan sakit jantung masuk ke dalam wahana dan mendapati dirinya ketakutan dan akhirnya meregang nyawa.
Tentu saja membuat empat sekawan ini panik dan melakukan yang paling mungkin terpikirkan: mengubur mayat si pengunjung dalam wahana.
Setelahnya skenario Agak Laen The Movie yang juga ditulis oleh Acho bekerja dengan dinamis dengan kelokan demi kelokan cerita yang meski tak terlampau mengejutkan, tapi berhasil membuat filmnya hadir sebagai karya yang solid. Dengan penataan kamera yang asyik dan ilustrasi musik yang menarik, membuat film ini juga tak sekadar hadir sebagai film yang menghadirkan para komedian sebagai pemeran utamanya.
NamunAgak Laen The Movie juga mengagetkan sebagaimana Ngeri-Ngeri Sedap ketika kita melihat bahwa komedian-komedian itu pun bisa berakting menarik ketika diberi skenario asyik dan pengarahan yang tepat. Dari film ini kita melihat seorang bintang baru terlahir: Oki Rengga.
Dirilis pada 2 Juni 2022, tak ada yang menyangka bahwa film yang dipersiapkan oleh Bene Dion Rajagukguk selama delapan tahun itu bakal menjadi film nomor 4 terlaris pada tahun itu. Dalam sebuah jumpa pers, Bene secara terang-terangan bilang bahwa skenario filmnya ditolak beberapa rumah produksi. “Sama sekali tidak ada formula film box office-nya, ya, film ini, “ ujarnya sebagaimana dikutip dari Jawa Pos.
Tapi memang hanya rumah-rumah produksi besar yang percaya pada formula. Padahal formula film box office sesungguhnya tak jelas hingga hari ini. Dengan perolehan 2,8 juta penonton, Imajinari meluncurkan dirinya sendiri ke publik dengan kesuksesan Ngeri-Ngeri Sedap.
Pada 14 Februari 2023, Ernest Prakasa selaku pendiri Imajinari pun mengumumkan keputusannya ke publik untuk mengakhiri kerja samanya dengan Starvision yang telah membesarkan namanya selama ini. Setelahnya perlahan kita melihat munculnya mercusuar harapan dari industri perfilman Indonesia.
Setelah Ngeri-Ngeri Sedap, Imajinari kembali mengejutkan dengan film hitam putih berjudul menarik, Jatuh Cinta Seperti di Film-Film. Jika mengacu pada “formula” tentu saja Imajinari akan memilih cara 'aman' dengan mencoba mereplika sukses Ngeri-Ngeri Sedap.
Namun Imajinari memilih mengambil risiko dengan memproduksi film dengan niche market. Seperti yang saya pahami, Imajinari pun memahami bahwa kekuatan cerita adalah segalanya dan keputusan mereka mengambil risiko untuk Jatuh Cinta Seperti di Film-Film adalah pertaruhan yang sesungguhnya bisa dikalkulasi dengan demografi penonton yang terus berubah dinamis.
Pada akhirnya kita tahu film yang disutradarai Yandy Laurens tersebut beroleh 650 ribu penonton. Ini sebuah pencapaian gemilang untuk sebuah film hitam putih.
Lalu tahun ini Imajinari kembali datang dengan Agak Laen The Movie dan mempercayakan nakhoda kepada Muhadkly Acho. Saya bukan penonton podcast atau mengikuti sepak terjang Agak Laen, pun membaca sinopsis filmnya terlebih dahulu sebelum memutuskan menonton filmnya. Saya mengelola ekspektasi saya sebelum memutuskan melangkahkan kaki ke bioskop dan membeli tiket filmnya.
Saya terpesona sejak awal bagaimana Agak Laen The Movie membuka filmnya dengan menarik. Membawa kita masuk ke sebuah dunia berbeda dan lain, dunia yang sesungguhnya ada di sekitar kita tapi tak pernah benar-benar kita ketahui bagaimana dunia tersebut bekerja. Sebuah dunia bernama pasar malam.
Meski tak digali lebih detail, tapi pengenalan situasi di pasar malam cukup membawa kita masuk ke salah satu wahana bernama Rumah Hantu. Kita diajak Acho masuk ke sebuah wahana yang memang biasanya dijalankan dengan malas, nyaris tanpa invensi, sebagaimana sebagian besar film horor yang dirilis di Indonesia.
Kita bertemu dengan Boris, Bene, dan Jegel yang malas-malasan menjadi bagian dari wahana tersebut yang membuatnya tentu saja juga dijauhi pengunjung pasar malam. Hingga Oki muncul dan memberi ide cemerlang. Oki yang berkepala botak dan baru saja bebas dari penjara karena narkoba datang dengan ide merenovasi wahana dan membuatnya menjadi kembali menakutkan seperti seharusnya.
Sebagaimana hidup yang selalu penuh kejutan, begitupun apa yang terjadi dalam film ini. Baru saja hendak memulai mengoperasikan wahana yang baru selesai direnovasi, sebuah musibah datang. Seorang pengunjung dengan sakit jantung masuk ke dalam wahana dan mendapati dirinya ketakutan dan akhirnya meregang nyawa.
Tentu saja membuat empat sekawan ini panik dan melakukan yang paling mungkin terpikirkan: mengubur mayat si pengunjung dalam wahana.
Setelahnya skenario Agak Laen The Movie yang juga ditulis oleh Acho bekerja dengan dinamis dengan kelokan demi kelokan cerita yang meski tak terlampau mengejutkan, tapi berhasil membuat filmnya hadir sebagai karya yang solid. Dengan penataan kamera yang asyik dan ilustrasi musik yang menarik, membuat film ini juga tak sekadar hadir sebagai film yang menghadirkan para komedian sebagai pemeran utamanya.
NamunAgak Laen The Movie juga mengagetkan sebagaimana Ngeri-Ngeri Sedap ketika kita melihat bahwa komedian-komedian itu pun bisa berakting menarik ketika diberi skenario asyik dan pengarahan yang tepat. Dari film ini kita melihat seorang bintang baru terlahir: Oki Rengga.
tulis komentar anda