Collaborative Skill, Kemampuan Wajib Buat Generasi Milenial
Kamis, 30 April 2020 - 18:03 WIB
JAKARTA - Baik Joseph Stalin dan Abraham Lincoln adalah dua tokoh dunia yang punya peran besar bagi catatan sejarah dunia. Tapi Kalau disuruh memilih, banyak yang memilih Abraham Lincoln sebagai memimpin bangsa.
Kenapa begitu? Padahal Stalin juga membawa dampak besar bagi perubahan catatan dunia.
Abraham Lincoln. Foto:Stock Montage/Getty Images
Selain sikap demokratis Lincoln, Salah satu hal yang membuat banyak orang menyukai mantan Presiden Amerika Serikat itu adalah karena kemampuan berkolaborasi (collaborative skill) yang dimiliknya.
Istilah collaborative skill bukan barang baru. Bahkan banyak orang yang menggaungkan bahwa kaum milenial wajib memiliki kemampuan ini.
Dikutip dari buku "The Art and Skill of Collaboration Leadership" (2015) karya Beryl Herman dan Sue Stein, kolaborasi adalah sebuah pendekatan dalam kepemimpinan yang membutuhkan waktu, kesabaran, energi untuk bekerja, dan bekerja sama dalam lingkungan yang tidak dapat diprediksi.
Foto: Pixabay
Singkatnya, collaborative skill adalah kemampuan untuk berkolaborasi atau bekerja sama dengan banyak pihak, di mana pun, kapan pun, dan dengan siapa pun.
Lalu, kenapa kita perlu mengembangkan keterampilan menjalankan kolaborasi? Memangnya seberapa besar dampak yang kita rasakan kalau memiliki kemampuan ini?
Foto: Pixabay
Nah, pernah gak kamu berada dalam tim yang bukan keinginan kamu, entah saat mengerjakan tugas kampus atau dalam organisasi. Penyebabnya karena teman satu kelompok cuma numpang nama doang, atau kerjanya yang gak beres.
Kejadian itu mungkin sering kamu alami dan seolah-olah menjadi bagian dari drama kerja kelompok atau tim. Masih menurut Beryl Herman dan Sue Stein, kalau kamu punya keahlian berkolaborasi, maka kamu bisa membangun sistem kerja yang bisa bikin tiap orang dalam tim bertanggungjawab.
Foto: Pixabay
Kemampuan tersebut bisa mendorong semua anggota untuk terlibat aktif dalam kelompok, bertanggung jawab dalam implementasi, membangun kepercayaan, dan terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai lingkungan. Intinya, kamu bisa memberdayakan anggota dalam kelompok tersebut.
Alih-alih gak mau berkolaborasi dengan orang yang gak kooperatif dalam bekerja, orang yang punya collaborative skill bisa menjadi pendorong dan penggerak agar mereka mau bekerja sama dan gak cuma numpang nama dalam kelompok.
Kenapa begitu? Padahal Stalin juga membawa dampak besar bagi perubahan catatan dunia.
Abraham Lincoln. Foto:Stock Montage/Getty Images
Selain sikap demokratis Lincoln, Salah satu hal yang membuat banyak orang menyukai mantan Presiden Amerika Serikat itu adalah karena kemampuan berkolaborasi (collaborative skill) yang dimiliknya.
Istilah collaborative skill bukan barang baru. Bahkan banyak orang yang menggaungkan bahwa kaum milenial wajib memiliki kemampuan ini.
Dikutip dari buku "The Art and Skill of Collaboration Leadership" (2015) karya Beryl Herman dan Sue Stein, kolaborasi adalah sebuah pendekatan dalam kepemimpinan yang membutuhkan waktu, kesabaran, energi untuk bekerja, dan bekerja sama dalam lingkungan yang tidak dapat diprediksi.
Foto: Pixabay
Singkatnya, collaborative skill adalah kemampuan untuk berkolaborasi atau bekerja sama dengan banyak pihak, di mana pun, kapan pun, dan dengan siapa pun.
Lalu, kenapa kita perlu mengembangkan keterampilan menjalankan kolaborasi? Memangnya seberapa besar dampak yang kita rasakan kalau memiliki kemampuan ini?
Foto: Pixabay
Nah, pernah gak kamu berada dalam tim yang bukan keinginan kamu, entah saat mengerjakan tugas kampus atau dalam organisasi. Penyebabnya karena teman satu kelompok cuma numpang nama doang, atau kerjanya yang gak beres.
Kejadian itu mungkin sering kamu alami dan seolah-olah menjadi bagian dari drama kerja kelompok atau tim. Masih menurut Beryl Herman dan Sue Stein, kalau kamu punya keahlian berkolaborasi, maka kamu bisa membangun sistem kerja yang bisa bikin tiap orang dalam tim bertanggungjawab.
Foto: Pixabay
Kemampuan tersebut bisa mendorong semua anggota untuk terlibat aktif dalam kelompok, bertanggung jawab dalam implementasi, membangun kepercayaan, dan terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai lingkungan. Intinya, kamu bisa memberdayakan anggota dalam kelompok tersebut.
Alih-alih gak mau berkolaborasi dengan orang yang gak kooperatif dalam bekerja, orang yang punya collaborative skill bisa menjadi pendorong dan penggerak agar mereka mau bekerja sama dan gak cuma numpang nama dalam kelompok.
tulis komentar anda