CERMIN: Setelah Sukses Uang Panai 7 Tahun Lalu, Apa Yang Dicapai Film Makassar Kini?

Jum'at, 25 Agustus 2023 - 15:04 WIB
Film Mapacci memiliki skenario yang rapi, membawa kualitas film asal Makassar setingkat lebih baik. Foto/786 Production
JAKARTA - Tahun 2016. Film Uang Panaidirilis terbatas di bioskop dan beroleh sukses besar. Sejak itu Makassar diperhitungkan dalam industri film nasional.

Era digital menandai demokratisasi dalam banyak hal termasuk dalam soal produksi film. Memproduksi film semakin mudah dan semakin murah setelahnya. Jika sebelumnya produksi film harus menggunakan material 35/16 milimeter yang menghabiskan biaya hingga miliaran rupiah dari bahan baku hingga proses akhir, kini dengan sistem digital, biaya produksi terpangkas berkali-kali lipat. Tentu saja kemudahan ini menggairahkan sineas daerah, seperti Makassar misalnya.

Sejak kebangkitan kembali film Indonesia pada awal tahun 2000, Makassar memang menjadi salah satu daerah yang mendatangkan banyak penonton untuk film Indonesia. Saya yang mengawali karier sebagai promoter film di Makassar pada tahun 2002 melihat langsung betapa Makassar menjadi basis kuat bagi film nasional. Tentu saja potensi ini menggiurkan secara bisnis.



Setelah mulai intens memproduksi film sejak 2014, Makassar akhirnya membuktikan bahwa film lokal bisa menjadi tuan rumah di wilayahnya sendiri. Pada tahun 2016, Uang Panailahir dari insting bisnis duet Nicky Rewa dan Andi Syahwal Mattuju.





Foto: 786 Production

Awalnya dirilis secara terbatas di bioskop Makassar dan beberapa daerah lain, tapi hanya dalam 10 hari, film tersebut mampu beroleh hingga 300 ribu penonton. Hingga hari ini dengan perolehan lebih dari 600 ribu penonton, Uang Panaimasih belum terkalahkan sebagai film terlaris dari makassar.

Bicara laris tentunya berbeda dengan bicara soal kualitas. Uang Panaidiproduksi dengan kenekatan luar biasa, naluri bisnis yang jeli, dan promosi yang terbilang masif. Namun secara kualitas, film tersebut sesungguhnya biasa saja. Bahkan secara teknis terhitung buruk.

Bisa jadi karena diproduksi dengan biaya relatif tak besar, sekitar Rp500-700 juta rupiah. Bandingkan dengan biaya produksi film nasional yang rerata mencapai Rp2-3 miliar. Tapi sesungguhnya sebagaimana kelemahan sebagian besar film Indonesia, kelemahan terbesar film-film Makassar pun bisa jadi terletak pada skenarionya.

Setelah tujuh tahun berlalu, kini film Makassar mencoba masuk ke level yang berbeda. Dalam film terbaru berjudul Mappacci, sutradara Andi Burhamzah menggandeng penulis skenario, Oka Aurora. Ide cerita dari Andi Syahwal Mattuju diolah oleh penulis yang melejit berkat film SILARIANG: Cinta Yang [Tak] Direstuidan serial viral Layangan Putusitu menjadi sebuah kisah yang manis dengan struktur skenario yang rapi. Jarang jarang sekali ditemukan dalam produksi film-film Makassar sebelumnya.



Foto: 786 Production

Mappaccimengajak kita berkenalan dengan Tenri alias Nabila (diperankan dengan manis oleh Andi Batari Bintang), seorang perempuan yang mencoba peruntungannya menjadi novelis. Setelah berkali-kali disebut tak bisa menulis oleh para penerbit, Tenri berhenti berharap. Ia berpikir mungkin memang bukan takdirnya untuk menjadi novelis.

Tapi takdir rupanya mengerjainya. Pulang dalam keadaan kecewa setelah kembali ditolak oleh penerbit, Tenri malah bertemu dengan Iwan (Cahya Ary Nagara yang dengan kegantengannya bisa membuat penonton perempuan menelan ludah). Entah apa yang dilakukan seorang dokter seperti Iwan di penerbit tersebut tak ada yang tahu. Tapi penonton tahu bahwa Iwan jatuh cinta pada pandangan pertama pada Tenri. Rupanya Iwan adalah cinta pertama Tenri.

Sekali lagi takdir mengerjai Tenri. Pada malam mappacci, Iwan menghilang. Seorang pengusaha muda bernama Erwin (Cipta Perdana nan charming) menjadi pangeran penyelamat yang mencoba memungut keping-keping hati Tenri yang masih berserakan. Seperti deja vu, Tenri kembali mengulang malam mappacci, kali ini dengan pasangan yang berbeda.

Dengan cerdik, Oka Aurora mempermainkan hati penonton perempuan ketika melihat Tenri kembali diombang-ambingkan oleh cinta. Sebagian penonton perempuan mungkin iri dengan Tenri yang begitu mudahnya dijatuhi cinta. Tapi sebagian lainnya mungkin bersimpati pada Tenri soal seberapa sering takdir mengerjainya.



Foto: 786 Production
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. SINDOnews.com tidak terlibat dalam materi konten ini.
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More