Review Film Indiana Jones and the Dial of Destiny: Awal Seru, Klimaks Lesu

Rabu, 28 Juni 2023 - 22:42 WIB
Indiana Jones and the Dial of Destiny menawarkan aksi yang solid dari bagian awal sampai menjelang klimaks. Sayang, klimaksnya agak aneh dan mengecewakan. (Foto: Disney)
Indiana Jones and the Dial of Destiny digadang-gadang menjadi ajang nostalgia bagi penggemarnya sekaligus memperkenalkan karakter legendaris ini kepada penonton baru. Berdurasi 2 jam 22 menit, film ini mengajak penontonnya berpetualang keliling dunia untuk mencari artefak dan mengenal sejarah. Aksi seru pun dijanjikan.

Selisih 15 tahun dari film terakhirnya, Indiana Jones and the Kingdom of the Crystal Skull, The Dial of Destiny diharapkan bisa melepas kerinduan penggemar atas aksi dan petualangan Indiana Jones (Harrison Ford). Terlebih, film ini memperkenalkan karakter baru, yaitu Helena Shaw (Phoebe Waller-Bridge). Mads Mikkelsen tampil di film ini dengan peran antagonis, Jurgen Voller.

The Dial of Destiny berlatar dua era, yaitu masa Perang Dunia dan era ekplorasi luar angkasa pada 1960-an. Indiana Jones dan rekannya, Basil Shaw (Toby Jones) ditangkap Nazi di masa Perang Dunia ketika sedang berburu artefak. Berhasil lolos dengan membawa Antikythera, sebuah benda buatan Archimedes, Indy dan Basil melanjutkan hidup masing-masing.





Setelah petualangan terakhirnya bersama Basil, Indy tinggal di New York dan mengajar di sebuah universitas. Menjelang hari pensiunnya, dunia sedang dihebohkan dengan pendaratan manusia pertama di bulan. Tapi, Indy malah menghadapi masalah lain. Helena, anak Basil, tiba-tiba muncul dan mengajaknya mencari Antikythera.



Foto: Disney

Namun, Helena bukan satu-satunya orang yang memburu Antikythera. Orang dari masa lalu Basil dan Indiana turut memburu benda keramat tersebut. Perburuan Antikythera menjadi fokus film ini dengan membawa karakternya bepergian dari New York ke Maroko hingga ke Yunani.

Disutradarai James Mangold, Dial of Destiny tidak kekurangan aksi. Dari menit pertama, film ini sudah menampilkan adegan yang intensif dan diselingi aksi yang lumayan kocak. Sementara, adegan paling seru, konyol, dan intensif adalah ketika Indy dkk berusaha mengejar Jurgen dkk dengan bajaj, dan mereka dikejar rombongan cowok yang suka pada Helena.

Hingga menjelang klimaks, film ini masih punya cerita dan aksi yang solid. Namun, di klimaks atau act 3-nya, ceritanya jadi agak aneh. Penonton lain mungkin suka. Tapi bagi saya, pemilihan latar untuk klimaks ini tidak populer dan cenderung merusak cerita yang sudah cukup bagus hingga titik tersebut.



Foto: Disney

Alih-alih menutup semua loose end, klimaks ini malah membuka pertanyaan baru. Plot hole yang ditinggalkan pun cukup besar dan tidak terjawab sampai film ini berakhir. Inilah yang bikin The Dial of Destiny jadi agak mengecewakan.

Meskipun, bisa dipahami mengapa penulis dan sutradara film ini memilih ending tersebut. Ending ini memang terkait keseluruhan cerita. Tapi, agak susah dicerna dan membuat ceritanya jadi kurang seru. Padahal, masih ada pilihan lain atau setting lain yang bisa membuatnya menjadi ending yang lebih sempurna.

Penampilan Harrison Ford sebagai Indiana Jones tidak perlu diragukan. Melakoni de-aging, Harrison tetap memperlihatkan kemampuan aktingnya yang prima. Sementara, Phoebe Waller-Bridge juga tampil bagus sebagai karakter baru. Namun, pencuri perhatian di film ini adalah Ethann Isidore yang memerankan Teddy, karakter bocah yang membantu Indy dan Helena.



Foto: Disney

Langganan karakter penjahat, Mads Mikkelsen mampu menampilkan sosok yang dingin sebagai seorang patriot Nazi. Meski tak sekejam Hannibal, tapi, Jurgen Voller punya kepribadian yang membuatnya berbahaya. Selain sangat mengayomi pandangan Nazi, dia juga seorang ilmuwan. Kombinasi ini jelas berbahaya.



Indiana Jones and the Dial of Destiny menawarkan aksi yang solid dari bagian awal sampai menjelang klimaks. Sayang, klimaksnya agak aneh dan mengecewakan. Tapi, secara keseluruhan, film ini cukup seru buat ditonton dengan penampilan kuat para cast-nya.

Indiana Jones and the Dial of Destiny sudah tayang di bioskop seluruh Indonesia. Film ini bisa menjadi alternatif buat mereka yang suka genre petualangan, sejarah, dan sci-fi. Selamat menyaksikan!
(alv)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More