Review Guardians of the Galaxy Vol. 3: Sebuah Tangisan Perpisahan

Rabu, 03 Mei 2023 - 07:50 WIB
Guardians of the Galaxy Vol. 3 memberikan pukulan emosi terbaik setelah Avengers: Endgame dan Spider-Man: No Way Home lewat masa lalu Rocket dan nasib tim itu. (Foto: Marvel)
Guardians of the Galaxy Vol. 3 secara resmi mulai tayang di Indonesia pada hari ini, Rabu (3/5). Film ini adalah rangkaian terakhir dari trilogi tim pahlawan kosmik Marvel Cinematic Universe (MCU) yang dibesut James Gunn. Tak heran kalau film ini punya bobot emosi yang lebih berat ketimbang dua film sebelumnya.

Sebagai sebuah penutup, Guardians of the Galaxy Vol. 3 juga membuka lembaran baru bagi MCU secara keseluruhan. Berdurasi 150 menit atau 2,5 jam, film ini tidak kekurangan kekocakan yang sudah menjadi ciri khasnya. Tapi, seri ketiga ini juga yang paling mematahkan hati di antara seluruh franchise yang dimulai pada 2014 ini.

Guardians of the Galaxy Vol. 3 dipasarkan berfokus pada Rocket Raccoon. James berulang kali menyatakan kalau Rocket adalah jantung franchise ini. Makanya, dia berniat untuk memberikan pengungkapan siapakah Rocket ini. Terlebih, dari seluruh anggota tim itu, hanya asal usul Rocket yang belum diketahui selain dia adalah makhluk yang dimodifikasi secara genetis.





Serial Guardians of the Galaxy dikenal dengan tone kocak dan penuh humornya. Namun, James Gunn mengubah tone itu di film ini. Meski nuansa humor masih kental di film ini, tapi nuansa emosionalnya juga lebih besasr dibanding dua film sebelumnya. Tanpa banyak cerita atau dialog menye-menye, film ini akan menghujam jantung penontonnya dan membuat mereka larut dalam emosi.



Foto: Marvel

Ada banyak adegan yang akan memicu emosi di film ini. Meski harus diakui levelnya tidak seperti adegan kematian Tony Stark di Avengers: Endgame atau kematian Bibi May yang tragis di Spider-Man: No Way Home, Guardians of the Galaxy Vol. 3 punya cara tersendiri memberikan bobot emosional bagi penontonnya. Lewat cerita masa lalu Rocket, emosi penonton akan diaduk-aduk ketika tahu betapa tragisnya kisah masa lalunya.

Semua itu juga dibantu opening scene atau adegan pembukanya. Lewat petikan gitar Jonny Greenwood dan disusul suara khas Thom Yorke, penonton akan dibawa larut dalam lirik dan nada lagu Creep. James Gunn bahkan memilih versi akustik lagu milik Radiohead ini yang terasa lebih emosional dibanding versi utuhnya. Kehadiran Rocket yang ikut sing along di lagu ini menambah rasa yang berbeda.



Foto: Marvel

Lewat lagu itu, film ini seolah menggiring penonton untuk mempertanyakan diri mereka sendiri dan juga eksistensi mereka. Lagu ini juga menyiratkan bahwa orang butuh merasakan keterikatan dengan sebuah tempat sehingga merasa diterima dan punya tempat. Nuansa inilah yang sebenarnya diangkat di film tersebut. Diakui atau tidak.

Sebagai sebuah penutup, James juga tak lupa memberikan perkembangan pada masing-masing karakter di film itu. Yang paling menonjol di sini adalah Mantis. Dia sudah mulai berani menyuarakan dirinya, tak lagi menjadi pengikut. Sementara, Nebula, meski masih kaku, sudah mulai menyadari apa perannya.



Foto: Marvel

Peter Quill, yang masih gagal move on, akhirnya tahu apa yang dia cari selama ini. Dia memang masih berusaha mendekati Gamora. Namun, Gamora yang sekarang ada, varian dari 2014 pra-Guardians of the Galaxy, adalah sosok berbeda. Dia masih liar dan lebih suka menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan setiap masalah.

Karakter lain yang juga mendapatkan perkembangan adalah Groot. Di departemen kemampuan dan kekuatan, Groot yang tampil di film ini jauh lebih berkembang. Dia bisa punya sayap, terbang, dan juga menyimpan senjata. Ketika bertarung pun, dia sudah lebih lincah dari sebelumnya.



Foto: Marvel
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More