CERMIN: Gojek, Uber, dan Anak-Anak Muda Pengubah Dunia
Rabu, 19 April 2023 - 14:00 WIB
JAKARTA - 13 Oktober 2010. Nadiem Makarim mendirikan Gojek. Sejarah hidup Nadiem maupun Nadiem berubah banyak setelahnya.
Sebelum Gojek, hanya sedikit sekali yang tahu sosok Nadiem Makarim. Saya sebatas tahu bahwa ia adalah adik dari penulis skenario Rayya Makarim dan anak pengacara terkenal Nono Makarim. Lima tahun setelah Gojek berdiri dan melakukan ekspansi, nama Nadiem meroket ke langit seiring dengan sukses luar biasa Gojek yang diberi julukan start-up unicorn.
Nadiem jelas bukan Travis Kalanick. Keduanya punya kesamaan: bisa melihat kebutuhan masyarakat dan mencari solusi untuk mengatasinya. Pada 2009, Travis secara resmi mendirikan Uber Taxi, walau idenya sebenarnya bukan datang darinya.
Uber adalah Gojek versi mobil. Sebuah start-up yang menjalankan skema bisnis ride-sharing. Uber tak memiliki satu pun mobil karena mobil dijalankan oleh supir yang mencari penumpang via aplikasi yang dibuat oleh Travis dkk. Berbeda dengan taksi, skema tarif Uber sedikit banyak menguntungkan penumpang dan juga supir. Hasilnya seperti Gojek, bisnis Uber pun meledak.
Foto: HBO Go
Tapi selalu ada saat kala dunia tak siap dengan inovasi. Status quo memang selalu membuat terlena padahal dunia akan terus berubah dengan cepat. Sama seperti yang dialami Gojek di Jakarta ketika pertama kali beroperasi, begitu pula yang dialami Travis.
Namun Travis membuatnya seperti sebuah misi heroik. “We fuck the status quo, right?,“ teriaknya di tengah ruangan penuh staf. Ia mengucapkannya dengan bersemangat dan begitu berapi-api. Kita tahu betapa Travis akan mendedikasikan sebagian hidupnya untuk bertempur demi Uber.
Dalam serial Super Pumped: The Battle of Uberyang tayang di HBO Go, kita melihat sosok anak muda pekerja keras, pemberontak, melihat masa depan dengan cara yang belum pernah dilihat orang lain dan mungkin akhirnya menjadi arogan karenanya. Sosok-sosok ini sudah pernah kita lihat sebelumnya di beberapa start-up yang melesat bak meteor pada awalnya dan seiring waktu hilang lenyap ditelan bumi.
Dalam serial WeCrashedyang tayang di Apple TV, kita melihat sosok Adam Neumann yang membesarkan WeWork yang berkarakter mirip. Hanya saja Adam lebih eksentrik dibanding Travis yang cenderung normal.
Atau dalam serial The Dropoutyang tayang di Disney Plus, kita bertemu sosok Elizabeth Holmes yang menipu banyak orang dengan Theranos. Ia punya kadar kepercayaan diri melebihi orang lain.
Tapi Travis dibuat begitu menyebalkan. Tak satupun kualitas dirinya yang bisa membuat kita bersimpati padanya. Skenario memompa karakterisasi Travis ke tingkat komikal yang membuat Joseph Gordon-Levitt terlihat memerankannya dengan terlalu bersemangat sehingga membuat sisi manusiawinya tercerabut begitu saja.
Foto: HBO Go
Kita tahu betapa Travis mendedikasikan sepanjang waktunya memikirkan Uber. Ia beruntung dikelilingi orang-orang yang mendukung idenya dari awal. Termasuk pacarnya, Angie, yang kelak diputuskannya ketika Uber mulai meniti sukses.
Bagian ini yang seharusnya diberi ruang lebih dalam Super Pumped: The Battle of Uberyang bisa memanusiakan Travis. Sayangnya hal tersebut tak dilakukan. Padahal hubungan Travis dan Angie sungguh kompleks dan sangat menarik.
Setelah putus, ketika Travis menghadapi masalah terkait Uber, Angie selalu menjadi tempatnya curhat. Bisa jadi karena hanya Angie yang betul-betul memahami dirinya.
Hubungan cinta-benci Travis dan adiknya, Cory, juga sedikit sekali diberi ruang. Padahal, sekali lagi, bagian ini akan membuat kita bisa melihat Travis sebagai manusia, bukan sebagai sosok narsistik dengan ego segunung yang dengan mudah kita benci.
Sebelum Gojek, hanya sedikit sekali yang tahu sosok Nadiem Makarim. Saya sebatas tahu bahwa ia adalah adik dari penulis skenario Rayya Makarim dan anak pengacara terkenal Nono Makarim. Lima tahun setelah Gojek berdiri dan melakukan ekspansi, nama Nadiem meroket ke langit seiring dengan sukses luar biasa Gojek yang diberi julukan start-up unicorn.
Nadiem jelas bukan Travis Kalanick. Keduanya punya kesamaan: bisa melihat kebutuhan masyarakat dan mencari solusi untuk mengatasinya. Pada 2009, Travis secara resmi mendirikan Uber Taxi, walau idenya sebenarnya bukan datang darinya.
Uber adalah Gojek versi mobil. Sebuah start-up yang menjalankan skema bisnis ride-sharing. Uber tak memiliki satu pun mobil karena mobil dijalankan oleh supir yang mencari penumpang via aplikasi yang dibuat oleh Travis dkk. Berbeda dengan taksi, skema tarif Uber sedikit banyak menguntungkan penumpang dan juga supir. Hasilnya seperti Gojek, bisnis Uber pun meledak.
Foto: HBO Go
Tapi selalu ada saat kala dunia tak siap dengan inovasi. Status quo memang selalu membuat terlena padahal dunia akan terus berubah dengan cepat. Sama seperti yang dialami Gojek di Jakarta ketika pertama kali beroperasi, begitu pula yang dialami Travis.
Namun Travis membuatnya seperti sebuah misi heroik. “We fuck the status quo, right?,“ teriaknya di tengah ruangan penuh staf. Ia mengucapkannya dengan bersemangat dan begitu berapi-api. Kita tahu betapa Travis akan mendedikasikan sebagian hidupnya untuk bertempur demi Uber.
Dalam serial Super Pumped: The Battle of Uberyang tayang di HBO Go, kita melihat sosok anak muda pekerja keras, pemberontak, melihat masa depan dengan cara yang belum pernah dilihat orang lain dan mungkin akhirnya menjadi arogan karenanya. Sosok-sosok ini sudah pernah kita lihat sebelumnya di beberapa start-up yang melesat bak meteor pada awalnya dan seiring waktu hilang lenyap ditelan bumi.
Dalam serial WeCrashedyang tayang di Apple TV, kita melihat sosok Adam Neumann yang membesarkan WeWork yang berkarakter mirip. Hanya saja Adam lebih eksentrik dibanding Travis yang cenderung normal.
Atau dalam serial The Dropoutyang tayang di Disney Plus, kita bertemu sosok Elizabeth Holmes yang menipu banyak orang dengan Theranos. Ia punya kadar kepercayaan diri melebihi orang lain.
Tapi Travis dibuat begitu menyebalkan. Tak satupun kualitas dirinya yang bisa membuat kita bersimpati padanya. Skenario memompa karakterisasi Travis ke tingkat komikal yang membuat Joseph Gordon-Levitt terlihat memerankannya dengan terlalu bersemangat sehingga membuat sisi manusiawinya tercerabut begitu saja.
Foto: HBO Go
Kita tahu betapa Travis mendedikasikan sepanjang waktunya memikirkan Uber. Ia beruntung dikelilingi orang-orang yang mendukung idenya dari awal. Termasuk pacarnya, Angie, yang kelak diputuskannya ketika Uber mulai meniti sukses.
Bagian ini yang seharusnya diberi ruang lebih dalam Super Pumped: The Battle of Uberyang bisa memanusiakan Travis. Sayangnya hal tersebut tak dilakukan. Padahal hubungan Travis dan Angie sungguh kompleks dan sangat menarik.
Setelah putus, ketika Travis menghadapi masalah terkait Uber, Angie selalu menjadi tempatnya curhat. Bisa jadi karena hanya Angie yang betul-betul memahami dirinya.
Hubungan cinta-benci Travis dan adiknya, Cory, juga sedikit sekali diberi ruang. Padahal, sekali lagi, bagian ini akan membuat kita bisa melihat Travis sebagai manusia, bukan sebagai sosok narsistik dengan ego segunung yang dengan mudah kita benci.
tulis komentar anda