CERMIN: Komunisme Mati di Rusia, Tetris Berjaya di Seluruh Dunia
Rabu, 05 April 2023 - 21:10 WIB
JAKARTA - Tahun 1988. Gombloh meninggal dan Tetris lahir di Rusia. Negara itu pernah menjadi simbol komunisme terakhir.
Dalam sistem seketat komunisme sekali pun, kreativitas rupanya masih bisa lahir. Dalam hidup serba terkungkung dan teratur, seorang programmer komputer bernama Alexey Pajitnov menciptakan Tetris. Sebuah permainan yang kelak mengubah dunia selamanya.
Mungkin Tetris diciptakan sebagai semacam eskapisme bagi Alexey. Dengan hidupnya yang rutin, ia perlu sesuatu untuk membuat api dalam dirinya tetap menyala. Dan ia menciptakan Tetris semula hanya untuk menyenangkan dirinya sendiri.
Alexey hidup dengan seorang istri dan dua anak laki-laki yang lucu. Tapi Alexey hidup dengan trauma sepanjang usianya. Komunisme pernah merusak keluarganya sedemikian parah. Reputasi ayahnya tercoreng dan membuat keluarganya porak poranda. Dan ia menyalahkan komunisme.
Foto: Apple TV
Hingga hari ini, salah satu hantu paling menakutkan di negeri ini bisa jadi komunisme. Hantu yang sesekali perlu dibangkitkan untuk kepentingan tertentu. Setelah peristiwa G30S pada 1965 yang disinyalir membinasakan ratusan ribu orang di negeri ini, komunisme menjelma sejenis hantu. Ia tak pernah benar-benar tampak tapi terasa selalu membayangi.
Maka kelahiran Tetris di Rusia adalah anomali. Di negara yang begitu kaku dan dingin, lahir sebuah permainan yang menceriakan dari anak-anak hingga orang tua. Sebuah permainan yang sanggup menjadi candu dan membuat seseorang betah memainkannya selama berjam-jam.
Tetrisyang tayang di Apple TV juga sesungguhnya sebuah anomali. Ini bukan film tentang seorang penemu seperti Jobsrilisan tahun 2013 dari sutradara Joshua Michael Stern. Juga bukan film tentang proses penciptaan sebuah layanan media sosial seperti The Social Network rilisan tahun 2010 dari sutradara David Fincher. Tetrisadalah sebuah film tentang bagaimana seorang pembuat gim berjuang mendapatkan hak edar dari Tetris dan memperjuangkan si pembuat gim-nya agar mendapatkan royalti.
Dengan premis seperti itu, maka sejak awal Tetrissudah berusaha untuk tampil segar dan menarik. Ia tak mencoba mengulang formula sukses. Sutradara Jon S Baird bahkan berani mengulik soal komunisme secara tebal di dalam setiap aspek filmnya. Dan poin itulah yang justru menjadikan Tetrislebih dari sekadar sebuah kisah tentang gim legendaris sukses yang masih terus dimainkan hingga hari ini.
Foto: Apple TV
Tetris tak akan dikenal luas di seluruh dunia tanpa perjuangan sesama pembuat gim berdarah Indonesia – Belanda bernama Henk Rogers. Henk lah yang pertama kali melihat permainan itu di sebuah pameran di Las Vegas. Instingnya segera berbicara bahwa permainan tersebut akan menuai sukses besar. Dan segera saja Henk mengambil keputusan besar: mempertaruhkan segalanya untuk sebuah permainan bernama Tetris.
Kita tahu dengan pertaruhan sebesar itu, perjuangan Henk akan terus menerus diuji. Skenario dengan cemerlang membagi film dalam babakan yang dinamakan Level – sebagaimana yang biasa dimainkan dalam gim.
Dengan ilustrasi musik yang khas dan tempo film yang berjalan cepat, kita melihat betapa kalang kabutnya Henk memperoleh hak distribusi Tetris dan terutama bagaimana ia juga melihat betapa Alexey mengambil risiko besar atas permainan yang diciptakannya itu. Di tengah-tengah itu, ia masih harus bergelut dengan urusan keluarga dan terus meyakinkan sang istri bahwa ia mengambil tindakan yang benar.
Kita lantas melihat persahabatan yang tumbuh di antara Henk dan Alexey. Mereka tidak lagi sekadar dekat karena urusan bisnis. Henk yang tinggal di banyak tempat, dari Indonesia, Amerika hingga Jepang, berurusan dengan Alexey yang seumur hidup tinggal di apartemennya.
Foto: Apple TV
Dalam sistem seketat komunisme sekali pun, kreativitas rupanya masih bisa lahir. Dalam hidup serba terkungkung dan teratur, seorang programmer komputer bernama Alexey Pajitnov menciptakan Tetris. Sebuah permainan yang kelak mengubah dunia selamanya.
Mungkin Tetris diciptakan sebagai semacam eskapisme bagi Alexey. Dengan hidupnya yang rutin, ia perlu sesuatu untuk membuat api dalam dirinya tetap menyala. Dan ia menciptakan Tetris semula hanya untuk menyenangkan dirinya sendiri.
Alexey hidup dengan seorang istri dan dua anak laki-laki yang lucu. Tapi Alexey hidup dengan trauma sepanjang usianya. Komunisme pernah merusak keluarganya sedemikian parah. Reputasi ayahnya tercoreng dan membuat keluarganya porak poranda. Dan ia menyalahkan komunisme.
Foto: Apple TV
Hingga hari ini, salah satu hantu paling menakutkan di negeri ini bisa jadi komunisme. Hantu yang sesekali perlu dibangkitkan untuk kepentingan tertentu. Setelah peristiwa G30S pada 1965 yang disinyalir membinasakan ratusan ribu orang di negeri ini, komunisme menjelma sejenis hantu. Ia tak pernah benar-benar tampak tapi terasa selalu membayangi.
Maka kelahiran Tetris di Rusia adalah anomali. Di negara yang begitu kaku dan dingin, lahir sebuah permainan yang menceriakan dari anak-anak hingga orang tua. Sebuah permainan yang sanggup menjadi candu dan membuat seseorang betah memainkannya selama berjam-jam.
Tetrisyang tayang di Apple TV juga sesungguhnya sebuah anomali. Ini bukan film tentang seorang penemu seperti Jobsrilisan tahun 2013 dari sutradara Joshua Michael Stern. Juga bukan film tentang proses penciptaan sebuah layanan media sosial seperti The Social Network rilisan tahun 2010 dari sutradara David Fincher. Tetrisadalah sebuah film tentang bagaimana seorang pembuat gim berjuang mendapatkan hak edar dari Tetris dan memperjuangkan si pembuat gim-nya agar mendapatkan royalti.
Dengan premis seperti itu, maka sejak awal Tetrissudah berusaha untuk tampil segar dan menarik. Ia tak mencoba mengulang formula sukses. Sutradara Jon S Baird bahkan berani mengulik soal komunisme secara tebal di dalam setiap aspek filmnya. Dan poin itulah yang justru menjadikan Tetrislebih dari sekadar sebuah kisah tentang gim legendaris sukses yang masih terus dimainkan hingga hari ini.
Foto: Apple TV
Tetris tak akan dikenal luas di seluruh dunia tanpa perjuangan sesama pembuat gim berdarah Indonesia – Belanda bernama Henk Rogers. Henk lah yang pertama kali melihat permainan itu di sebuah pameran di Las Vegas. Instingnya segera berbicara bahwa permainan tersebut akan menuai sukses besar. Dan segera saja Henk mengambil keputusan besar: mempertaruhkan segalanya untuk sebuah permainan bernama Tetris.
Kita tahu dengan pertaruhan sebesar itu, perjuangan Henk akan terus menerus diuji. Skenario dengan cemerlang membagi film dalam babakan yang dinamakan Level – sebagaimana yang biasa dimainkan dalam gim.
Dengan ilustrasi musik yang khas dan tempo film yang berjalan cepat, kita melihat betapa kalang kabutnya Henk memperoleh hak distribusi Tetris dan terutama bagaimana ia juga melihat betapa Alexey mengambil risiko besar atas permainan yang diciptakannya itu. Di tengah-tengah itu, ia masih harus bergelut dengan urusan keluarga dan terus meyakinkan sang istri bahwa ia mengambil tindakan yang benar.
Kita lantas melihat persahabatan yang tumbuh di antara Henk dan Alexey. Mereka tidak lagi sekadar dekat karena urusan bisnis. Henk yang tinggal di banyak tempat, dari Indonesia, Amerika hingga Jepang, berurusan dengan Alexey yang seumur hidup tinggal di apartemennya.
Foto: Apple TV
tulis komentar anda