Penting! Ini Waktu Tepat untuk Mengurangi Kebiasaan Merokok
A
A
A
Merokok itu emang terkenal gak baik buat kesehatan tubuh, khususnya paru-paru. Tapi namanya sudah ketagihan, susah untuk menghilangkan kebiasaan ini.
Nah, berita ini mungkin bisa jadi alasan kamu yang merokok untuk berhenti atau minimal mengurangi. Bahwa ternyata merokok bisa berakibat lebih buruk di tengah wabah COVID-19.
Melansir dari Forbes, J. Taylor Hays, M.D., Direktur Pusat Ketergantungan Nikotin di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, juga profesor kedokteran di Mayo Clinic College of Medicine, menuturkan bahwa hampir sebagian besar kasus COVID-19 kritis di China adalah para perokok.
Hasil pengamatan pada 1.099 pasien COVID-19 dari 552 rumah sakit di China dalam studi New England Journal of Medicine pada Februari lalu, menunjukkan bahwa 173 pasien dengan gejala parah, 16,9 persen di antaranya adalah perokok aktif dan 5,2 persen lainnya adalah mantan perokok. Sedangkan pasien dengan gejala sedang terdiri dari 11,8 persen perokok dan 1,3 persen mantan perokok.
Foto: regencyhealthcare.in
Kenapa perokok yang memiliki risiko ini?
Dikutip dari laman resmi WHO, perwakilan WHO Indonesia Dr Paranie menegaskan bahwa perokok punya risiko tinggi terkena penyakit jantung dan penyakit pernapasan. Kedua penderita penyakit inilah yang punya risiko tinggi untuk terjadinya kasus COVID-19 yang lebih parah atau kritis.
Terus, telat banget gak kalau baru berhenti atau menguranginya sekarang? Gak ada kata terlambat, guys!
“Orang yang berhenti merokok, bahkan untuk waktu yang singkat, akan melihat peningkatan kesehatan paru-parunya dengan cukup cepat," ujar Taylor Hays.
"Bagi sebagian besar perokok yang belum memiliki cedera paru-paru serius, mereka akan melihat peningkatan signifikan dalam kesehatan mereka, dan lebih kecil peluangnya untuk menderita penyakit parah termasuk COVID-19,” tambahnya.
Jadi, mesti tunggu apa lagi?
Silmi Safriyantini
Kontributor GenSINDO
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Instagram: @silmisafr
Nah, berita ini mungkin bisa jadi alasan kamu yang merokok untuk berhenti atau minimal mengurangi. Bahwa ternyata merokok bisa berakibat lebih buruk di tengah wabah COVID-19.
Melansir dari Forbes, J. Taylor Hays, M.D., Direktur Pusat Ketergantungan Nikotin di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, juga profesor kedokteran di Mayo Clinic College of Medicine, menuturkan bahwa hampir sebagian besar kasus COVID-19 kritis di China adalah para perokok.
Hasil pengamatan pada 1.099 pasien COVID-19 dari 552 rumah sakit di China dalam studi New England Journal of Medicine pada Februari lalu, menunjukkan bahwa 173 pasien dengan gejala parah, 16,9 persen di antaranya adalah perokok aktif dan 5,2 persen lainnya adalah mantan perokok. Sedangkan pasien dengan gejala sedang terdiri dari 11,8 persen perokok dan 1,3 persen mantan perokok.
Foto: regencyhealthcare.in
Kenapa perokok yang memiliki risiko ini?
Dikutip dari laman resmi WHO, perwakilan WHO Indonesia Dr Paranie menegaskan bahwa perokok punya risiko tinggi terkena penyakit jantung dan penyakit pernapasan. Kedua penderita penyakit inilah yang punya risiko tinggi untuk terjadinya kasus COVID-19 yang lebih parah atau kritis.
Terus, telat banget gak kalau baru berhenti atau menguranginya sekarang? Gak ada kata terlambat, guys!
“Orang yang berhenti merokok, bahkan untuk waktu yang singkat, akan melihat peningkatan kesehatan paru-parunya dengan cukup cepat," ujar Taylor Hays.
"Bagi sebagian besar perokok yang belum memiliki cedera paru-paru serius, mereka akan melihat peningkatan signifikan dalam kesehatan mereka, dan lebih kecil peluangnya untuk menderita penyakit parah termasuk COVID-19,” tambahnya.
Jadi, mesti tunggu apa lagi?
Silmi Safriyantini
Kontributor GenSINDO
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Instagram: @silmisafr
(her)