Beauty Privilege di Tempat Kerja, Beneran Ada?
A
A
A
Orang yang mukanya cakep pasti gampang dapat kerja, dan kalau jadi karyawan pasti gampang naik jabatan. Begitu pandangan yang beredar di masyarakat.
Dalam bahasa asing, gambaran ini disebut beauty privilege. Istilah ini biasa dipake untuk menggambarkan berbagai kemudahan atau keuntungan yang didapatkan orang yang punya wajah cantik atau ganteng dibanding mereka yang penampilannya biasa aja.
Dikutip dari jurnal berjudul "Evaluation the Effect of Beauty on Labor Market Outcomes: A Review of the Literature" yang ditulis Xing (Michelle) Liu dan Eva Sierminska, Hatfiled dan Sprecher (1986) mendefinisikan daya tarik fisik seseorang mewakili konsepsi ideal penampilannya.
Menurut mereka, orang cenderung memberi respons yang berbeda antara individu yang tampilannya menarik dan yang gak menarik. Udah pasti, respons positif condong diberikan untuk mereka yang menarik.
Foto: Shutterstock
Sementara menurut pandangan psikologis, daya tarik fisik seseorang memengaruhi cara orang lain dalam meresponsnya.
Adapun di tengah masyarakat, standar kecantikan ditetapkan dan dipengaruhi oleh model-model iklan yang ada di media massa dan media luar ruang seperti iklan di billboard.
Dari sinilah mereka yang punya kulit putih, langsing, rambut panjang, dan hidungnya mancung dianggap cantik. Standar ini bukan cuma diterapkan di dunia hiburan yang membutuhkan penampilan yang elok, tapi juga sampe ke dunia kerja.
Muncul pada awal tahun 2000-an, jumlah diskriminasi berdasarkan penampilan di lingkungan kerja lumayan besar. Alasan perusahaan memilih karyawan yang penampilannya menarik juga lumayan unik.
Foto: pxhere.com
Pekerja yang penampilannya menarik dianggap lebih produktif, padahal perusahaan gak melihat kinerja mereka. Perusahaan juga cenderung memilih karyawan yang cakep walaupun perekrut gak yakin dengan kemampuannya dalam bekerja.
Kemudahan mereka yang berwajah rupawan untuk mendapat banyak pekerjaan dibanding mereka yang penampilannya kurang menarik juga diakui penulis Naci Mocan dan Erdal Tekin dalam "Ugly Criminals".
Jurnal "Blinded by Beauty: Attractiveness Bias and Accurate Perceptions of Academic Performance" yang dipublikasi di Plus One juga mengatakan hal yang sama. Peluang terbuka lebar bagi siapa aja yang punya wajah cantik atau ganteng.
Berdasarkan riset yang dilakukan penulis jurnal tersebut, para perekrut menganggap bahwa menilai kecerdasan seseorang dari wajahnya adalah hal yang akurat. Orang yang rupawan dianggap selalu mendapatkan asupan nutrisi, selalu menjaga kesehatannya, dan bisa merawat diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Foto: Saskia fairfull/unsplash.com
Yang Cantik Bakal Dapat Gaji Lebih Besar
Selain lebih gampang dapat pekerjaan, daya tarik fisik di dunia kerja juga bikin seseorang berpotensi mendapat gaji yang besar. Berdasarkan riset Forbes, orang yang punya keunggulan fisik cenderung dianggap sebagai orang yang sehat, cerdas, dan memiliki kepribadian yang baik.
Sementara dalam paper berjudul "CEO Pulchronomics and Appearance Discrimination" yang diterbitkan The Social Science Research Network pada 2016, mereka mengutip buku Hermesh dan Biddle (1994) yang berjudul "Beauty Pays".
Hermesh dan Biddle menyebut profesi atau pekerjaan yang dianggap bisa memberi keuntungan bagi perusahaan kalau mereka merekrut karyawan yang punya daya tarik fisik. Pekerjaan itu adalah yang melibatkan lebih banyak interaksi antara karyawan dan pelanggan, di antaranya adalah sales, kasir, resepsionis, dan pelayan.
Foto:Andrea Piacquadio/pexels.com
Para ekonom juga mengakui sejak dulu bahwa kecantikan fisik memengaruhi upah, bahkan pada posisi yang sebenarnya gak membutuhkan penampilan yang menarik. Misalnya, pemain bola Amerika yang kurang menarik berpenghasilan lebih rendah dari rekan-rekan mereka yang lebih menarik, padahal mereka punya keterampilan dan pengalaman yang sama di liga.
Dalam pekerjaan yang menuntut penampilan yang menarik, seperti pekerja kecantikan, pastinya secara alami akan lebih dihargai.
Masih mengutip dari The Social Science Research Network, French (2002:22) menunjukkan bahwa perempuan yang punya penampilan di atas rata-rata memperoleh penghasilan sekitar 8% lebih tinggi dibanding perempuan berpenampilan rata-rata.
Foto: pixabay.com
Sementara profesor bidang ekonomi Daniel S. Hamermesh berpendapat, karyawan yang menarik membawa keuntungan yang lebih banyak untuk perusahaan. Jadi masuk akal bagi perusahaan untuk mempekerjakan mereka.
Meskipun begitu, daya tarik fisik aja gak cukup. Untuk mempertahankan popularitas, diperlukan kemampuan yang mumpuni. Dalam Journal of Business and Psychology, selain daya tarik fisik, perusahaan lebih menyukai orang yang punya kemampuan untuk memajukan perusahaan.
Bermodalkan wajah cantik aja gak cukup. Karyawan perlu menyeimbangkan dengan keunggulan aspek lainnya, seperti pakaian, kepintaran, kesehatan, dan kepribadian.
GenSINDO
Nur Kamilah
Universitas Negeri Jakarta
Dalam bahasa asing, gambaran ini disebut beauty privilege. Istilah ini biasa dipake untuk menggambarkan berbagai kemudahan atau keuntungan yang didapatkan orang yang punya wajah cantik atau ganteng dibanding mereka yang penampilannya biasa aja.
Dikutip dari jurnal berjudul "Evaluation the Effect of Beauty on Labor Market Outcomes: A Review of the Literature" yang ditulis Xing (Michelle) Liu dan Eva Sierminska, Hatfiled dan Sprecher (1986) mendefinisikan daya tarik fisik seseorang mewakili konsepsi ideal penampilannya.
Menurut mereka, orang cenderung memberi respons yang berbeda antara individu yang tampilannya menarik dan yang gak menarik. Udah pasti, respons positif condong diberikan untuk mereka yang menarik.
Foto: Shutterstock
Sementara menurut pandangan psikologis, daya tarik fisik seseorang memengaruhi cara orang lain dalam meresponsnya.
Adapun di tengah masyarakat, standar kecantikan ditetapkan dan dipengaruhi oleh model-model iklan yang ada di media massa dan media luar ruang seperti iklan di billboard.
Dari sinilah mereka yang punya kulit putih, langsing, rambut panjang, dan hidungnya mancung dianggap cantik. Standar ini bukan cuma diterapkan di dunia hiburan yang membutuhkan penampilan yang elok, tapi juga sampe ke dunia kerja.
Muncul pada awal tahun 2000-an, jumlah diskriminasi berdasarkan penampilan di lingkungan kerja lumayan besar. Alasan perusahaan memilih karyawan yang penampilannya menarik juga lumayan unik.
Foto: pxhere.com
Pekerja yang penampilannya menarik dianggap lebih produktif, padahal perusahaan gak melihat kinerja mereka. Perusahaan juga cenderung memilih karyawan yang cakep walaupun perekrut gak yakin dengan kemampuannya dalam bekerja.
Kemudahan mereka yang berwajah rupawan untuk mendapat banyak pekerjaan dibanding mereka yang penampilannya kurang menarik juga diakui penulis Naci Mocan dan Erdal Tekin dalam "Ugly Criminals".
Jurnal "Blinded by Beauty: Attractiveness Bias and Accurate Perceptions of Academic Performance" yang dipublikasi di Plus One juga mengatakan hal yang sama. Peluang terbuka lebar bagi siapa aja yang punya wajah cantik atau ganteng.
Berdasarkan riset yang dilakukan penulis jurnal tersebut, para perekrut menganggap bahwa menilai kecerdasan seseorang dari wajahnya adalah hal yang akurat. Orang yang rupawan dianggap selalu mendapatkan asupan nutrisi, selalu menjaga kesehatannya, dan bisa merawat diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Foto: Saskia fairfull/unsplash.com
Yang Cantik Bakal Dapat Gaji Lebih Besar
Selain lebih gampang dapat pekerjaan, daya tarik fisik di dunia kerja juga bikin seseorang berpotensi mendapat gaji yang besar. Berdasarkan riset Forbes, orang yang punya keunggulan fisik cenderung dianggap sebagai orang yang sehat, cerdas, dan memiliki kepribadian yang baik.
Sementara dalam paper berjudul "CEO Pulchronomics and Appearance Discrimination" yang diterbitkan The Social Science Research Network pada 2016, mereka mengutip buku Hermesh dan Biddle (1994) yang berjudul "Beauty Pays".
Hermesh dan Biddle menyebut profesi atau pekerjaan yang dianggap bisa memberi keuntungan bagi perusahaan kalau mereka merekrut karyawan yang punya daya tarik fisik. Pekerjaan itu adalah yang melibatkan lebih banyak interaksi antara karyawan dan pelanggan, di antaranya adalah sales, kasir, resepsionis, dan pelayan.
Foto:Andrea Piacquadio/pexels.com
Para ekonom juga mengakui sejak dulu bahwa kecantikan fisik memengaruhi upah, bahkan pada posisi yang sebenarnya gak membutuhkan penampilan yang menarik. Misalnya, pemain bola Amerika yang kurang menarik berpenghasilan lebih rendah dari rekan-rekan mereka yang lebih menarik, padahal mereka punya keterampilan dan pengalaman yang sama di liga.
Dalam pekerjaan yang menuntut penampilan yang menarik, seperti pekerja kecantikan, pastinya secara alami akan lebih dihargai.
Masih mengutip dari The Social Science Research Network, French (2002:22) menunjukkan bahwa perempuan yang punya penampilan di atas rata-rata memperoleh penghasilan sekitar 8% lebih tinggi dibanding perempuan berpenampilan rata-rata.
Foto: pixabay.com
Sementara profesor bidang ekonomi Daniel S. Hamermesh berpendapat, karyawan yang menarik membawa keuntungan yang lebih banyak untuk perusahaan. Jadi masuk akal bagi perusahaan untuk mempekerjakan mereka.
Meskipun begitu, daya tarik fisik aja gak cukup. Untuk mempertahankan popularitas, diperlukan kemampuan yang mumpuni. Dalam Journal of Business and Psychology, selain daya tarik fisik, perusahaan lebih menyukai orang yang punya kemampuan untuk memajukan perusahaan.
Bermodalkan wajah cantik aja gak cukup. Karyawan perlu menyeimbangkan dengan keunggulan aspek lainnya, seperti pakaian, kepintaran, kesehatan, dan kepribadian.
GenSINDO
Nur Kamilah
Universitas Negeri Jakarta
(her)