Perjalanan Distribusi Musik di Indonesia, dari Fonograf hingga Streaming
Mendengarkan musik dimulai dari fonograf hingga sampai ke layanan streaming. Foto/Martin DM, Getty Images
JAKARTA - Pendistribusian musik mungkin jadi yang paling dinamis perubahannya dibanding sisi lainnya dalam bidang musik.
Sejak kemunculan label musik pertama di Indonesia nyaris 70 tahun yang lalu, cara kita mendengarkan musik sudah jauh berbeda dan terus mengalami perubahan. Berikut perjalanannya.
1. 1877 - ERA FONOGRAF
![Perjalanan Distribusi Musik di Indonesia, dari Fonograf hingga Streaming]()
Foto: amazon.com
Fonograf merupakan teknologi yang digunakan untuk merekam dan memutar ulang suara.
2. 1938 - ERA PIRINGAN HITAM
![Perjalanan Distribusi Musik di Indonesia, dari Fonograf hingga Streaming]()
Foto: Pixabay
Gramofon merupakan alat untuk memutar musik yang telah disimpan di piringan hitam atau vinyl.
3. 1951 - LABEL MUSIK PERTAMA DI INDONESIA
![Perjalanan Distribusi Musik di Indonesia, dari Fonograf hingga Streaming]()
Foto: excavatedshellac.com
Irama menjadi perusahaan rekaman (label) musik pertama diIndonesia, didirikan oleh Suyoso Karsono, seorang perwira Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).
4. 1954 - RADIO
![Perjalanan Distribusi Musik di Indonesia, dari Fonograf hingga Streaming]()
Foto: newbecca.com
Lagu-lagu mulai disiarkan melalui radio.
5. 1963 - PITA KASET
![Perjalanan Distribusi Musik di Indonesia, dari Fonograf hingga Streaming]()
Foto: Shutterstock
Pita kaset menjadi pilihan untuk memutar lagu di radio sesuai keinginan pribadi.
6. 1965 - ERA TOKO MUSIK
![Perjalanan Distribusi Musik di Indonesia, dari Fonograf hingga Streaming]()
Foto: vinylhub.discogs.com
Mulai bermunculan toko musik yang menjual pita kaset maupun alat musik.
7. 1979 - ERA WALKMAN
![Perjalanan Distribusi Musik di Indonesia, dari Fonograf hingga Streaming]()
Foto: Sony
Walkman adalah alat pemutar kaset portabel pertama yang diproduksi oleh Sony. Setelah itu bermunculan merek-merek lainnya, membuat tren mendengarkan musik di mana aja makin berkembang.
8. 1990 - ERA COMPACT DISC/DISCMAN
![Perjalanan Distribusi Musik di Indonesia, dari Fonograf hingga Streaming]()
Foto: dunakin.com
Media penyimpanan musik bentuk cakram lebih dipilih karena kekurangan pada magnetik pita kaset yang cepat kusut.
9. 2005 - ERA RING BACK TONE
![Perjalanan Distribusi Musik di Indonesia, dari Fonograf hingga Streaming]()
Foto:allterco.com
Nada Sambung Pribadi atau Ring Back Tone (RBT) adalah suara atau lagu yang diperdengarkan kepada penelepon sebelum panggilan dijawab. Musisi mendapat keuntungan kalau lagunya dipilih untuk RBT. Menurut Bens Leo, kalau pemasangan RBT gak memenuhi target, kemungkinan besar penyanyi tersebutgak akan dilanjutkan kontrak kerja samanya.
10. 2012 - PENJUALAN CD DI GERAI MAKANAN CEPAT SAJI
![Perjalanan Distribusi Musik di Indonesia, dari Fonograf hingga Streaming]()
Foto: KFC/Tokopedia
Saat toko musik mulai tumbang, gerai makanan siap saji KFC menjadi salah satu distributor utama penjualan album baru. Teknik penjualan seperti ini menguntungkan bagi industri musik dan KFC. Sebanyak 850.000 keping CD dapat terjual setiap bulannya.
11. 2013 - REDUPNYA TOKO MUSIK
![Perjalanan Distribusi Musik di Indonesia, dari Fonograf hingga Streaming]()
Foto: irishtimes.com
Layanan musik digital lebih diminati, banyak toko musik gulung tikar
12. 2010-KINI - ERA STREAMING
![Perjalanan Distribusi Musik di Indonesia, dari Fonograf hingga Streaming]()
Foto: Pixabay
Musik banyak dipasarkan melalui platform digital streaming seperti YouTube, Joox, Spotify, dan iTunes. Sebagian besar penyanyi juga lebih memilih membuat label rekaman sendiri (indie label).
Anggita Hutami Ratnaningsih
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @gitahut
(it)
Sejak kemunculan label musik pertama di Indonesia nyaris 70 tahun yang lalu, cara kita mendengarkan musik sudah jauh berbeda dan terus mengalami perubahan. Berikut perjalanannya.
1. 1877 - ERA FONOGRAF

Foto: amazon.com
Fonograf merupakan teknologi yang digunakan untuk merekam dan memutar ulang suara.
2. 1938 - ERA PIRINGAN HITAM

Foto: Pixabay
Gramofon merupakan alat untuk memutar musik yang telah disimpan di piringan hitam atau vinyl.
3. 1951 - LABEL MUSIK PERTAMA DI INDONESIA

Foto: excavatedshellac.com
Irama menjadi perusahaan rekaman (label) musik pertama diIndonesia, didirikan oleh Suyoso Karsono, seorang perwira Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).
4. 1954 - RADIO

Foto: newbecca.com
Lagu-lagu mulai disiarkan melalui radio.
5. 1963 - PITA KASET

Foto: Shutterstock
Pita kaset menjadi pilihan untuk memutar lagu di radio sesuai keinginan pribadi.
6. 1965 - ERA TOKO MUSIK

Foto: vinylhub.discogs.com
Mulai bermunculan toko musik yang menjual pita kaset maupun alat musik.
7. 1979 - ERA WALKMAN

Foto: Sony
Walkman adalah alat pemutar kaset portabel pertama yang diproduksi oleh Sony. Setelah itu bermunculan merek-merek lainnya, membuat tren mendengarkan musik di mana aja makin berkembang.
8. 1990 - ERA COMPACT DISC/DISCMAN

Foto: dunakin.com
Media penyimpanan musik bentuk cakram lebih dipilih karena kekurangan pada magnetik pita kaset yang cepat kusut.
9. 2005 - ERA RING BACK TONE

Foto:allterco.com
Nada Sambung Pribadi atau Ring Back Tone (RBT) adalah suara atau lagu yang diperdengarkan kepada penelepon sebelum panggilan dijawab. Musisi mendapat keuntungan kalau lagunya dipilih untuk RBT. Menurut Bens Leo, kalau pemasangan RBT gak memenuhi target, kemungkinan besar penyanyi tersebutgak akan dilanjutkan kontrak kerja samanya.
10. 2012 - PENJUALAN CD DI GERAI MAKANAN CEPAT SAJI
.jpg)
Foto: KFC/Tokopedia
Saat toko musik mulai tumbang, gerai makanan siap saji KFC menjadi salah satu distributor utama penjualan album baru. Teknik penjualan seperti ini menguntungkan bagi industri musik dan KFC. Sebanyak 850.000 keping CD dapat terjual setiap bulannya.
11. 2013 - REDUPNYA TOKO MUSIK

Foto: irishtimes.com
Layanan musik digital lebih diminati, banyak toko musik gulung tikar
12. 2010-KINI - ERA STREAMING

Foto: Pixabay
Musik banyak dipasarkan melalui platform digital streaming seperti YouTube, Joox, Spotify, dan iTunes. Sebagian besar penyanyi juga lebih memilih membuat label rekaman sendiri (indie label).
Anggita Hutami Ratnaningsih
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @gitahut
(it)