Tips Kasih Nasihat tanpa Menggurui dengan Metode Socrates
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gak semua orang bisa menerima nasihat dari orang lain. Beberapa malah menganggap kalau pemberian nasihat berkesan menggurui, dan manjatuhkan mental orang lain.
Nah, karena itulah, niat baik memberi nasihat harus dibarengi dengan cara atau etika yang baik juga. Kali ini, ada tips dari filsuf besar Yunani, Socrates.
Walaupun ajarannya udah berusia ribuan tahun lalu, tapi kita masih bisa memakainya pada abad ini. Metode ini sederhana banget dan gampang dipraktikkan.
Foto: open.edu
Melansir dari Thpanorama, metode Socrates ini metode yang sepenuhnya memakai teknik dialektis. Jadi, kita ngasih nasihat dengan cara berdialog terus-menerus dengan orang tersebut.
Hal ini berbeda dengan berdebat, karena di sini kita bukan mau melawan setiap pernyataan orang lain, tapi untuk membimbing keyakinan orang lain ke titik dia merasa puas dengan hal yang telah didiskusikan dengan kita.
Ada contoh yang menarik dari kisah Plato dan Socrates yang ditulis dalam buku "The Symposium" milik Plato. Suatu ketika, Plato bertanya, “Apa itu cinta? dan bagaimana cara menemukannya?”
Foto: Penguin Classics
Socrates menjawab, "Ada ladang gandum yang luas di depan sana... berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur lahi, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta ..."
Plato pun berjalan, dan gak lama kemudian dia kembali dengan tangan kosong tanpa membawa apa pun. Socrates bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satu pun ranting?"
Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik).. sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut."
"Saat aku melanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatang pun pada akhirnya ...''
Socrates kemudian menjawab, "Ya, itulah cinta ... cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan. Tiada sesuatu pun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali .. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya ..."
Foto: stock.adobe.com
Model dialektika yang dilakukan oleh Socrates membawa orang lain lebih kritis terhadap masalah yang dihadapinya.
Socrates gak ngasih nasihat panjang lebar berbusa-busa seperti menggurui orang, tapi dia memilih mengajak orang itu untuk berpikir lebih lanjut dan mengerti akar masalahnya.
Pada dasarnya, setiap orang punya solusi atas masalahnya masing-masing. Cuma aja, kepercayaan diri dalam menghadapi setiap masalah berbeda-beda. Untuk itulah kita meminta nasihat pada yang lain, supaya kita lebih percaya diri dalam menghadapi masalah.
Fakhri Benindo
Kontributor GenSINDO
Universitas Negeri Jakarta
Instagram: @fakhri_benindo
Nah, karena itulah, niat baik memberi nasihat harus dibarengi dengan cara atau etika yang baik juga. Kali ini, ada tips dari filsuf besar Yunani, Socrates.
Walaupun ajarannya udah berusia ribuan tahun lalu, tapi kita masih bisa memakainya pada abad ini. Metode ini sederhana banget dan gampang dipraktikkan.
Foto: open.edu
Melansir dari Thpanorama, metode Socrates ini metode yang sepenuhnya memakai teknik dialektis. Jadi, kita ngasih nasihat dengan cara berdialog terus-menerus dengan orang tersebut.
Hal ini berbeda dengan berdebat, karena di sini kita bukan mau melawan setiap pernyataan orang lain, tapi untuk membimbing keyakinan orang lain ke titik dia merasa puas dengan hal yang telah didiskusikan dengan kita.
Ada contoh yang menarik dari kisah Plato dan Socrates yang ditulis dalam buku "The Symposium" milik Plato. Suatu ketika, Plato bertanya, “Apa itu cinta? dan bagaimana cara menemukannya?”
Foto: Penguin Classics
Socrates menjawab, "Ada ladang gandum yang luas di depan sana... berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur lahi, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta ..."
Plato pun berjalan, dan gak lama kemudian dia kembali dengan tangan kosong tanpa membawa apa pun. Socrates bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satu pun ranting?"
Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik).. sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut."
"Saat aku melanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatang pun pada akhirnya ...''
Socrates kemudian menjawab, "Ya, itulah cinta ... cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan. Tiada sesuatu pun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali .. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya ..."
Foto: stock.adobe.com
Model dialektika yang dilakukan oleh Socrates membawa orang lain lebih kritis terhadap masalah yang dihadapinya.
Socrates gak ngasih nasihat panjang lebar berbusa-busa seperti menggurui orang, tapi dia memilih mengajak orang itu untuk berpikir lebih lanjut dan mengerti akar masalahnya.
Pada dasarnya, setiap orang punya solusi atas masalahnya masing-masing. Cuma aja, kepercayaan diri dalam menghadapi setiap masalah berbeda-beda. Untuk itulah kita meminta nasihat pada yang lain, supaya kita lebih percaya diri dalam menghadapi masalah.
Fakhri Benindo
Kontributor GenSINDO
Universitas Negeri Jakarta
Instagram: @fakhri_benindo
(it)