Hidup Serumah oleh Grup K-Pop, Lebih Banyak Untung atau Ruginya?
loading...
A
A
A
SEOUL - Grup K-pop banyak yang diketahui tinggal dalam satu rumah atau asrama dalam beberapa tahun pertama karier mereka.
Bagi manajemen K-pop, “budaya asrama” ini memudahkan mereka untuk menjaga dan mengatur jadwal untuk anggota grup, misalnya saat rekaman atau promosi.
Kalau semuanya berjalan lancar, maka para anggota bisa mengembangkan ikatan kekeluargaan dan menciptakan chemistry erat yang memang disukai para penggemar.
Meski begitu, praktik hidup bersama ini menimbulkan kekhawatiran bagi beberapa pihak. Mereka percaya bahwa praktik seperti itu akan membuat member tertentu malah menindas member lainnya.
Mengutip Korea Times , kritikus malah berpendapat bahwa sistem ini tidak memberikan cukup ruang pribadi untuk para member. Hal ini akan memengaruhi tingkat stres dan memicu terjadinya konflik.
Foto:Instagram @official.april
Bulan Juli tahun lalu, Kwon Mina, mantan anggota grup AOA, mengungkapkan bahwa ia diganggu selama bertahun-tahun oleh Shin Ji-min yang merupakan leader grup.
Sementara pada Februari lalu, kasus serupa terjadi saat mantan member girl group APRIL Lee Hyun-joo menuduh para member lainnya mengucilkan dirinya ketika masih tergabung dalam grup.
Baca Juga: 31 Istilah K-Pop dan Artinya yang Perlu Kamu Tahu
Kasus lain mengenai budaya asrama terjadi pada Fin.KL, salah satu girl group perempuan paling populer pada akhir 1990-an dan 2000-an. Mereka mengaku dalam beberapa acara televisi bahwa mereka mengalami masa-masa sulit saat hidup bersama.
Lee Jong-im, seorang profesor tamu di sekolah pascasarjana jurnalisme dan komunikasi di Universitas Kyung Hee, meyakini bahwa manajemen hiburan harus merombak sistem saat ini untuk mencegah terulangnya insiden semacam itu.
Foto:Instagram @official_team_aoa
Lee dalam bukunya yang berjudul "Idol Trainees 'Sweat and Tears" (2018) menggali sisi gelap dari sistem pelatihan K-pop.
"Saya tidak setuju bahwa sistem asrama penting bagi idol K-pop, tapi jika mereka masih harus hidup bersama, mereka membutuhkan tempat agar privasi mereka bisa dilindungi dengan baik. Saya percaya mereka juga harus diberi waktu dan ruang yang cukup untuk pergi ke sekolah dan membangun hubungan dengan orang-orang selain rekan grup mereka," ujar Lee Jong-im.
Sementara kritikus musik Jung Min-jae dalam majalah IZM, mengutarakan pandangannya dengan mengutip kasus One Direction (1D).
“Anggota One Direction tidak diminta untuk tinggal bersama di satu tempat, tapi mereka tidak mengalami masalah besar dalam kerja tim mereka,” ungkapnya.
Foto: Getty Images
Lantas dari mana asalnya bahwa mereka harus hidup dalam satu rumah bersama?
Menurut Lee Jong-im, penekanan masyarakat Korea pada kolektivisme adalah salah satu alasannya. "Masyarakat Korea cenderung menghargai kolektivisme daripada individualisme," katanya.
Selain itu, ini juga pengaruh dari orientasi masyarakat pada kesuksesan. Orang sering berpikir bahwa mereka harus mengorbankan segalanya untuk mencapai kesuksesan, termasuk dalam industri K-pop.
Ini termasuk melarang para idol untuk berkencan dan menyita ponsel mereka, yang sebenarnya adalah aturan yang melanggar hak-hak mereka. tapi masih banyak dilakukan.
Foto: Instagram @realstraykids
Sedangkan menurut Jung Min-jae, efisiensi adalah salah satu alasan besar mengapa banyak manajemen hiburan lebih memilih grup daripada individu.
"Meluncurkan grup yang sukses tidak terlalu menantang daripada meluncurkan solois yang sukses. Itu karena orang-orang dengan talenta berbeda seperti penari dan penyanyi bisa bekerja sama sebagai tim yang memiliki semua yang diinginkan penggemar dari K-pop.” katanya.
Baca Juga: Kepoin 23 Member NCT Besutan SM Entertainment Yuk
Dari berbagai kasus yang telah terjadi menunjukkan bahwa perusahaan manajemen bakat harus lebih fokus pada pengembangan karakter masing-masing individu.
Jong-im juga menambahkan bahwa para idol tidak boleh kehilangan kesempatan untuk belajar membuat keputusan sendiri. "Mereka (juga) membutuhkan lebih banyak kesempatan untuk bersosialisasi dengan orang lain," ujarnya.
Septi Kurnia
Kontributor GenSINDO
Universitas Negeri Jakarta
Instagram: @septikurnia28
Bagi manajemen K-pop, “budaya asrama” ini memudahkan mereka untuk menjaga dan mengatur jadwal untuk anggota grup, misalnya saat rekaman atau promosi.
Kalau semuanya berjalan lancar, maka para anggota bisa mengembangkan ikatan kekeluargaan dan menciptakan chemistry erat yang memang disukai para penggemar.
Meski begitu, praktik hidup bersama ini menimbulkan kekhawatiran bagi beberapa pihak. Mereka percaya bahwa praktik seperti itu akan membuat member tertentu malah menindas member lainnya.
Mengutip Korea Times , kritikus malah berpendapat bahwa sistem ini tidak memberikan cukup ruang pribadi untuk para member. Hal ini akan memengaruhi tingkat stres dan memicu terjadinya konflik.
Foto:Instagram @official.april
Bulan Juli tahun lalu, Kwon Mina, mantan anggota grup AOA, mengungkapkan bahwa ia diganggu selama bertahun-tahun oleh Shin Ji-min yang merupakan leader grup.
Sementara pada Februari lalu, kasus serupa terjadi saat mantan member girl group APRIL Lee Hyun-joo menuduh para member lainnya mengucilkan dirinya ketika masih tergabung dalam grup.
Baca Juga: 31 Istilah K-Pop dan Artinya yang Perlu Kamu Tahu
Kasus lain mengenai budaya asrama terjadi pada Fin.KL, salah satu girl group perempuan paling populer pada akhir 1990-an dan 2000-an. Mereka mengaku dalam beberapa acara televisi bahwa mereka mengalami masa-masa sulit saat hidup bersama.
Lee Jong-im, seorang profesor tamu di sekolah pascasarjana jurnalisme dan komunikasi di Universitas Kyung Hee, meyakini bahwa manajemen hiburan harus merombak sistem saat ini untuk mencegah terulangnya insiden semacam itu.
Foto:Instagram @official_team_aoa
Lee dalam bukunya yang berjudul "Idol Trainees 'Sweat and Tears" (2018) menggali sisi gelap dari sistem pelatihan K-pop.
"Saya tidak setuju bahwa sistem asrama penting bagi idol K-pop, tapi jika mereka masih harus hidup bersama, mereka membutuhkan tempat agar privasi mereka bisa dilindungi dengan baik. Saya percaya mereka juga harus diberi waktu dan ruang yang cukup untuk pergi ke sekolah dan membangun hubungan dengan orang-orang selain rekan grup mereka," ujar Lee Jong-im.
Sementara kritikus musik Jung Min-jae dalam majalah IZM, mengutarakan pandangannya dengan mengutip kasus One Direction (1D).
“Anggota One Direction tidak diminta untuk tinggal bersama di satu tempat, tapi mereka tidak mengalami masalah besar dalam kerja tim mereka,” ungkapnya.
Foto: Getty Images
Lantas dari mana asalnya bahwa mereka harus hidup dalam satu rumah bersama?
Menurut Lee Jong-im, penekanan masyarakat Korea pada kolektivisme adalah salah satu alasannya. "Masyarakat Korea cenderung menghargai kolektivisme daripada individualisme," katanya.
Selain itu, ini juga pengaruh dari orientasi masyarakat pada kesuksesan. Orang sering berpikir bahwa mereka harus mengorbankan segalanya untuk mencapai kesuksesan, termasuk dalam industri K-pop.
Ini termasuk melarang para idol untuk berkencan dan menyita ponsel mereka, yang sebenarnya adalah aturan yang melanggar hak-hak mereka. tapi masih banyak dilakukan.
Foto: Instagram @realstraykids
Sedangkan menurut Jung Min-jae, efisiensi adalah salah satu alasan besar mengapa banyak manajemen hiburan lebih memilih grup daripada individu.
"Meluncurkan grup yang sukses tidak terlalu menantang daripada meluncurkan solois yang sukses. Itu karena orang-orang dengan talenta berbeda seperti penari dan penyanyi bisa bekerja sama sebagai tim yang memiliki semua yang diinginkan penggemar dari K-pop.” katanya.
Baca Juga: Kepoin 23 Member NCT Besutan SM Entertainment Yuk
Dari berbagai kasus yang telah terjadi menunjukkan bahwa perusahaan manajemen bakat harus lebih fokus pada pengembangan karakter masing-masing individu.
Jong-im juga menambahkan bahwa para idol tidak boleh kehilangan kesempatan untuk belajar membuat keputusan sendiri. "Mereka (juga) membutuhkan lebih banyak kesempatan untuk bersosialisasi dengan orang lain," ujarnya.
Septi Kurnia
Kontributor GenSINDO
Universitas Negeri Jakarta
Instagram: @septikurnia28
(ita)