Idol Bukan Berasal dari Korea Selatan, Pantaskah Disebut K-pop?
loading...
A
A
A
Dalam sebuah email ke Post, Kaachi menjelaskan hubungan mereka dengan K-pop dan bagaimana mereka mendefinisikan K-pop.
Dalam email itu tertulis, K-pop cukup sulit untuk didefinisikan dalam satu kata atau kalimat karena ada banyak alasan orang menyukai K-pop—bisa berupa musik, tarian, visualisasi bahasa Korea, dan artis.
“Dari segi suara, K-pop terinspirasi oleh pop Barat, jazz, hip-hop, elektronik bahkan kotoran Inggris (British-grime), dan sekarang K-pop jadi lebih mengglobal dan hampir menjadi genre musiknya sendiri. Kami pikir K-pop adalah genre yang disukai orang-orang dari mana pun mereka berasal,” tulis mereka.
Kaachi banyak mendapat hinaan oleh penggemar K-pop karena dianggap memasuki ruang budaya yang bukan mereka.
Foto: Instagram @expedition.official
Sementara, EXP Edition dan Kaachi mengidentifikasi sebagai K-pop karena mereka bernyanyi dalam bahasa Korea dan menggunakan banyak elemen K-pop.
Masalahnya, penggemar global masih meragukan apakah mereka grup K-pop sungguhan atau hanya sekadar mengikuti tren (bandwagon effect) atau bahkan pengambil budaya.
Kaachi menggunakan istilah K-pop dan UK-pop untuk mempromosikan grup mereka.
"Awalnya, orang mengatakan kami bukan K-pop karena kami bukan orang Korea. Kami memiliki kebangsaan yang berbeda, tapi kami membuat musik yang kami sukai. Kami adalah grup dengan beberapa elemen K-pop yang diproduksi oleh orang-orang di industri K-pop. Tetapi, kami juga memperluas batasan K-pop” kata Coco, member Kaachi.
Sejauh ini, Kaachi telah merilis single terbaru mereka yang berjudul Photo Magic pada 4 November 2020 silam. Musik videonya telah ditonton lebih dari 2 juta kali.
Lee mengerti alasan Kaachi mengkategorikan dirinya sebagai grup musik K-pop. Tapi ia juga menekankan warisan budaya dan asal mula grup K-pop itu penting.
Banyak penggemar melihat K-pop sebagai alternatif dari hiburan Hollywood.
“Jadi, ketika K-pop berisi anggota non-Asia Timur atau dilakukan oleh orang non-Korea dan non-Asia Timur, itu bukan K-pop lagi bagi mereka.” Kata Lee.
Anggita Hutami Ratnaningsih
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @Gitahut
Dalam email itu tertulis, K-pop cukup sulit untuk didefinisikan dalam satu kata atau kalimat karena ada banyak alasan orang menyukai K-pop—bisa berupa musik, tarian, visualisasi bahasa Korea, dan artis.
“Dari segi suara, K-pop terinspirasi oleh pop Barat, jazz, hip-hop, elektronik bahkan kotoran Inggris (British-grime), dan sekarang K-pop jadi lebih mengglobal dan hampir menjadi genre musiknya sendiri. Kami pikir K-pop adalah genre yang disukai orang-orang dari mana pun mereka berasal,” tulis mereka.
Kaachi banyak mendapat hinaan oleh penggemar K-pop karena dianggap memasuki ruang budaya yang bukan mereka.
Foto: Instagram @expedition.official
Sementara, EXP Edition dan Kaachi mengidentifikasi sebagai K-pop karena mereka bernyanyi dalam bahasa Korea dan menggunakan banyak elemen K-pop.
Masalahnya, penggemar global masih meragukan apakah mereka grup K-pop sungguhan atau hanya sekadar mengikuti tren (bandwagon effect) atau bahkan pengambil budaya.
Kaachi menggunakan istilah K-pop dan UK-pop untuk mempromosikan grup mereka.
"Awalnya, orang mengatakan kami bukan K-pop karena kami bukan orang Korea. Kami memiliki kebangsaan yang berbeda, tapi kami membuat musik yang kami sukai. Kami adalah grup dengan beberapa elemen K-pop yang diproduksi oleh orang-orang di industri K-pop. Tetapi, kami juga memperluas batasan K-pop” kata Coco, member Kaachi.
Sejauh ini, Kaachi telah merilis single terbaru mereka yang berjudul Photo Magic pada 4 November 2020 silam. Musik videonya telah ditonton lebih dari 2 juta kali.
Lee mengerti alasan Kaachi mengkategorikan dirinya sebagai grup musik K-pop. Tapi ia juga menekankan warisan budaya dan asal mula grup K-pop itu penting.
Banyak penggemar melihat K-pop sebagai alternatif dari hiburan Hollywood.
“Jadi, ketika K-pop berisi anggota non-Asia Timur atau dilakukan oleh orang non-Korea dan non-Asia Timur, itu bukan K-pop lagi bagi mereka.” Kata Lee.
Anggita Hutami Ratnaningsih
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @Gitahut
(nov)