Review DJI Mavic Air 2, Ketahui Plus Minusnya Sebelum Beli!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejak Maret 2020 silam, Dà-Jiāng Innovations (DJI) telah menguasai 70 persen market share drone dunia. Produk mereka digunakan militer, polisi, hingga studio Hollywood.
Kenapa bisa begitu dominan? Karena tidak ada satupun perusahaan di dunia yang bisa membuat drone seperti DJI. Sudah banyak yang mencoba. Tak terhitung yang gagal. Tidak hanya dari sesama perusahaan Tiongkok, bahkan dari perusahaan Amerika hingga Eropa.
Ada perusahaan yang sedari awal sudah membuat drone seperti 3DR, Yuneec, dan Parrot, hingga yang coba-coba masuk ke pasar drone seperti GoPro. Kalaupun tidak benar-benar melempar bendera putih seperti GoPro yang akhirnya menutup produksi drone Karma, selebihnya hanya ”penggembira”.
Produk DJI dianggap superior dibandingkan kompetitornya.
Ini adalah sedikit kasus di industri dimana teknologi dan produk yang dimiliki satu perusahaan jauh lebih superior dibanding kompetitornya. Mirip masa kejayaan Nokia di awal 2000-an.
Ketika DJI sudah berlari marathon, yang lain baru sampai di tahap 5 km, 10 km, bahkan sebatas half marathon.
Sejak beberapa tahun terakhir DJI bahkan mengunci semua rentang harga drone untuk konsumen. Mulai entry level (Rp5 jutaan) sampai amatir/profesional yang lebih dari Rp20 juta.
Nah, DJI Mavic Air 2 adalah drone yang berada di ”sweet spot” antara harga dan fitur yang dimiliki.
Di atas kertas, ini adalah satu-satunya drone yang saya rekomendasikan untuk konten kreator, traveler, hobiis, fotografer, bahkan pekerja profesional sekalipun.
UNBOXING
DJI Mavic Air 2 dibanderol Rp12 juta dan Rp16 juta (Fly More Combo) dan mulai pre-order pada 4 Mei-14 Mei 2020.
DJI Mavic Air pertama rilis 2 tahun silam. Jujur, waktu itu saya tidak terkesan. Lebih mirip model eksperimental bagi DJI untuk meraup segmen baru. Tapi, di Mavic Air 2, DJI memperbaiki semua yang ”salah”. Menambah fiturnya, memperbaiki desainnya, dan tentu semakin mengukuhkan Mavic Air yang berada di atas Mavic Mini, serta di bawah Mavic 2.
Banderolnya Mavic Air 2 standar Rp11,999,000, sementara Mavic Air 2 Fly More Combo harganya Rp15,999,000. Pre-Order dilakukan pada 4 Mei-14 Mei 2020 di sejumlah toko online.
Saran saya, ambil versi Fly More Combo jika memang rutin terbang, dan ingin menggunakan drone ini untuk traveling hingga bekerja.
Sebab, paket Fly More Combo sangat lengkap. Ada carrying bag, prop guards, charging hub, tiga buah baterai, bahkan ND filter. Ini semua perlengkapan yang diperlukan untuk langsung terbang, langsung kerja.
DESAIN ”MAVIC”
DJI Mavic Air 2 adalah drone yang berada di ”sweet spot” antara harga dan fitur yang dimiliki.
Jujur, saya tidak suka desain Mavic Air pertama. Untungnya, Mavic Air 2 sudah mengikuti bahasa desain ”Mavic” yang khas. Sedikit lebih besar dan berat di banding model awalnya, tapi tetap terlihat mungil dibanding kembarannya Mavic 2 Pro dan Mavic 2 Zoom. Berat Mavic Air 2 570 gram, 15 persen lebih ringan dari Mavic 2.
Adapun warnanya diantara abu-abunya gelap Mavic 2 Pro dan abu-abu terang Mavic Mini. Sebagai pemilik Mavic Pro pertama, desain lipat seperti ini saya rasakan terbaik. Karena tidak hanya lengan, tapi kaki dan baling-balingnya juga bisa dilipat sehingga hemat tempat.
SENSOR KAMERA 48 MP
Sensor Mavic Air 2 dilengkapi sensor 1/2 inci CMOS dengan kamera 12 MP dan 48 MP. Lewat teknologi Quad Bayer, klaimnya bisa memotret 12 MP dengan kualitas 48 MP.
Bandingkan dengan Mavic 2 Pro yang memiliki sensor 1 inci CMOS dan kamera 20 MP. Sedangkan Mavic Mini, sensornya hanya 1/2.3 inci CMOS dengan kamera 12 MP.
Seoal video, Mavic Air 2 juaranya. Menjadi drone Mavic pertama yang bisa merekam 4K di 60 fps dan bitrate 120 MB. Juga video codec H.265 HVEC. Ini akan jadi opsi favorit videografer.
Untuk slow-motion, ada 1080p di 240 fps dan 1080p HDR di 30 fps di Mavic Air 2. Bahkan Mavic 2 Pro yang lebih mahal terasa inferior lewat kemampuan 4K 30 fps di bitrate 100 MB dan 1080p di 120 fps. Mavic Air 2 juga bisa merekam video time lapse berkualitas 8K.
SMARTPHOTO
Mavic Air 2 memiliki dua dua fitur fotografi baru. Yakni Scene Recognition dan Hyperlight. Scene Recognition seperti teknologi AI di kamera ponsel, dimana drone bisa mendeteksi matahari terbenam, salju, rumput, dan pohon, untuk lantas mengoptimalkan penyetelannya.
Hyperlight mirip Night Mode di ponsel, ketika drone merekam beberapa foto sekaligus dalam eksposure berbeda dan menjahitnya jadi satu gambar untuh untuk mengurangi noise. Tapi, moda 48 MP tidak bisa dipakai di SmartPhoto.
HYPERLAPSE 8K
Mavic Air 2 adalah drone pertama yang menampilkan Hyperlapse 8K (baru tersedia pertengahan Mei 2020 lewat pembaruan firmware). Ada juga pilihan 4K, 2.7K, dan 1080.
Hyperlapse adalah fotografi timelapse yang memasukkan pergerakan kamera saat mengabadikan objek. Jika timelapse di posisi diam, hyperlapse terus bergerak. Sehingga dramatis. Selain itu, pengguna masih bisa mengoptimalkan video HDR maksimal 4K di 30 fps.
TERBANG 34 MENIT
Baterai Mavic Air 2 cuma 3.500 mAh, tapi waktu terbangnya 34 menit. Berkat perpaduan teknologi baterai, berat drone, desain aerodinamis, serta motor baru/ESC. Bandingkan dengan Mavic 2 Pro yang menggendong baterai 3.850 mAh tapi hanya 31 menit. Beda 3 menit saat terbang adalah waktu yang cukup lama. Dan lebih dari 30 menit waktu terbang terbilang luar biasa.
OCCUSYINC, 10 KM
Ketika Mavic Air pertama masih memakai koneksi wi-fi, maka Mavic Air 2 sudah memanfaatkan teknologi transmisi OcuSync 2.0 DJI. Dampaknya, jarak terbang terjauh Mavic Air 2 mencapai 10 kilometer. Sedangkan Mavic 2 Pro dan Mavic Mini hanya 8 km dan 4 km.
OcuSync 2.0 tidak hanya mampu memancarkan sinyal video 1080p (HD) dari wahana ke coontronler dengan latensi sangat terndah, tapi juga memiliki koneksi sangat stabil dan kuat jika dibanding wi-fi. Bahkan, dapat digunakan oleh dua controller berbeda. Teknologi OcuSync yang dipatenkan ini yang membuat DJI unggul dibanding kompetitornya.
OcuSync 2.0 mendukung interval frekuensi 2.4GHz dan 5.8GHz, dan otomatis beralih ke frekuensi berdasarkan kekuatan sinyal.
PALING PINTAR, PALING AMAN
Klaim DJI, selain terpintar, Mavic Air 2 adalah drone teraman. Ada sensor pendeteksi halangan di depan dan belakang. Juga sensor di bawah dengan lampu untuk membantu mendarat di malam hari. Fitur otonomnya pun diperbaiki lewat Advanced Pilot Assistance Systems (APAS) 3.0 baru, yang melebur teknologi pemetaan dan algoritma jalur penerbangan untuk pergerakan drone yang sangat halus. Teorinya, kemungkinan Mavic Air 2 untuk menabrak, rendah.
AIRSENSE
Fitur AirSense menerima sinyal yang disebut ADS-B dari pesawat dan helikopter, dan menampilkan lokasi mereka di layar pengontrol. Dampaknya, kita bisa melihat di layar smartphone jika ada pesawat yang mendekati drone. Mulanya hanya tersedia di Amerika.
REMOTE BARU
Remote baru DJI ini unik. Memang lebih besar. Tapi, jauh lebih enak digenggam. Lalu, tidak ribet di pasang karena posisi smartphone dijepit di bagian atas. Lebih enak dilihat, lebih enak digenggam, dan lebih enak dikendalikan.
VIDEO SINEMATIK
Untuk fitur video sinematik, Mavic Air 2 menyempurnakan fitur perekaman video otomatis FocusTrack yang ada di Mavic 2 Pro. Antara lain Spotlight 2.0, Point of Interest 3.0, dan ActiveTrack 3.
Spotlight 2.0 mulanya ada di Inspire 2, akan mengunci target agar berada di frame tapi tetap bisa mengendalikan gerakan drone. Point of Interest 3.0 memungkinkan kita mengatur rute terbang otomatis mengitari sebuah obyek.
Di ActiveTrack 3.0, drone terbang secara otonom mengikuti subyek menggunakan 3D mapping, memprediksi gerakan subyek, menghindari rintangan, dan mencari posisi terbaik untuk merekam. 4K 30 fps adalah resolusi maks. saat menggunakan ActiveTrack.
DJI FLY APP
DJI Mavic Air 2 dikendalikan lewat aplikasi DJI Fly App baru. Aneh juga, karena beda drone bisa berbeda aplikasi. Tapi, DJI ingin aplikasi ini jadi tempat kreator bisa merekam foto dan video terbaik dengan mudah.
KESIMPULAN
DJI Mavic Air 2 memang menarik. Posisinya adalah drone konsumen kelas menengah. Tapi, banyak fiturnya justru lebih baik dari model premium Mavic 2. Misalnya frame rate maksimal untuk 4K (60 fps vs 30 fps), desain lebih kompak, waktu terbang lebih lama, juga fitur intelligent camera baru.
Kenapa bisa begitu dominan? Karena tidak ada satupun perusahaan di dunia yang bisa membuat drone seperti DJI. Sudah banyak yang mencoba. Tak terhitung yang gagal. Tidak hanya dari sesama perusahaan Tiongkok, bahkan dari perusahaan Amerika hingga Eropa.
Ada perusahaan yang sedari awal sudah membuat drone seperti 3DR, Yuneec, dan Parrot, hingga yang coba-coba masuk ke pasar drone seperti GoPro. Kalaupun tidak benar-benar melempar bendera putih seperti GoPro yang akhirnya menutup produksi drone Karma, selebihnya hanya ”penggembira”.
Produk DJI dianggap superior dibandingkan kompetitornya.
Ini adalah sedikit kasus di industri dimana teknologi dan produk yang dimiliki satu perusahaan jauh lebih superior dibanding kompetitornya. Mirip masa kejayaan Nokia di awal 2000-an.
Ketika DJI sudah berlari marathon, yang lain baru sampai di tahap 5 km, 10 km, bahkan sebatas half marathon.
Sejak beberapa tahun terakhir DJI bahkan mengunci semua rentang harga drone untuk konsumen. Mulai entry level (Rp5 jutaan) sampai amatir/profesional yang lebih dari Rp20 juta.
Nah, DJI Mavic Air 2 adalah drone yang berada di ”sweet spot” antara harga dan fitur yang dimiliki.
Di atas kertas, ini adalah satu-satunya drone yang saya rekomendasikan untuk konten kreator, traveler, hobiis, fotografer, bahkan pekerja profesional sekalipun.
UNBOXING
DJI Mavic Air 2 dibanderol Rp12 juta dan Rp16 juta (Fly More Combo) dan mulai pre-order pada 4 Mei-14 Mei 2020.
DJI Mavic Air pertama rilis 2 tahun silam. Jujur, waktu itu saya tidak terkesan. Lebih mirip model eksperimental bagi DJI untuk meraup segmen baru. Tapi, di Mavic Air 2, DJI memperbaiki semua yang ”salah”. Menambah fiturnya, memperbaiki desainnya, dan tentu semakin mengukuhkan Mavic Air yang berada di atas Mavic Mini, serta di bawah Mavic 2.
Banderolnya Mavic Air 2 standar Rp11,999,000, sementara Mavic Air 2 Fly More Combo harganya Rp15,999,000. Pre-Order dilakukan pada 4 Mei-14 Mei 2020 di sejumlah toko online.
Saran saya, ambil versi Fly More Combo jika memang rutin terbang, dan ingin menggunakan drone ini untuk traveling hingga bekerja.
Sebab, paket Fly More Combo sangat lengkap. Ada carrying bag, prop guards, charging hub, tiga buah baterai, bahkan ND filter. Ini semua perlengkapan yang diperlukan untuk langsung terbang, langsung kerja.
DESAIN ”MAVIC”
DJI Mavic Air 2 adalah drone yang berada di ”sweet spot” antara harga dan fitur yang dimiliki.
Jujur, saya tidak suka desain Mavic Air pertama. Untungnya, Mavic Air 2 sudah mengikuti bahasa desain ”Mavic” yang khas. Sedikit lebih besar dan berat di banding model awalnya, tapi tetap terlihat mungil dibanding kembarannya Mavic 2 Pro dan Mavic 2 Zoom. Berat Mavic Air 2 570 gram, 15 persen lebih ringan dari Mavic 2.
Adapun warnanya diantara abu-abunya gelap Mavic 2 Pro dan abu-abu terang Mavic Mini. Sebagai pemilik Mavic Pro pertama, desain lipat seperti ini saya rasakan terbaik. Karena tidak hanya lengan, tapi kaki dan baling-balingnya juga bisa dilipat sehingga hemat tempat.
SENSOR KAMERA 48 MP
Sensor Mavic Air 2 dilengkapi sensor 1/2 inci CMOS dengan kamera 12 MP dan 48 MP. Lewat teknologi Quad Bayer, klaimnya bisa memotret 12 MP dengan kualitas 48 MP.
Bandingkan dengan Mavic 2 Pro yang memiliki sensor 1 inci CMOS dan kamera 20 MP. Sedangkan Mavic Mini, sensornya hanya 1/2.3 inci CMOS dengan kamera 12 MP.
Seoal video, Mavic Air 2 juaranya. Menjadi drone Mavic pertama yang bisa merekam 4K di 60 fps dan bitrate 120 MB. Juga video codec H.265 HVEC. Ini akan jadi opsi favorit videografer.
Untuk slow-motion, ada 1080p di 240 fps dan 1080p HDR di 30 fps di Mavic Air 2. Bahkan Mavic 2 Pro yang lebih mahal terasa inferior lewat kemampuan 4K 30 fps di bitrate 100 MB dan 1080p di 120 fps. Mavic Air 2 juga bisa merekam video time lapse berkualitas 8K.
SMARTPHOTO
Mavic Air 2 memiliki dua dua fitur fotografi baru. Yakni Scene Recognition dan Hyperlight. Scene Recognition seperti teknologi AI di kamera ponsel, dimana drone bisa mendeteksi matahari terbenam, salju, rumput, dan pohon, untuk lantas mengoptimalkan penyetelannya.
Hyperlight mirip Night Mode di ponsel, ketika drone merekam beberapa foto sekaligus dalam eksposure berbeda dan menjahitnya jadi satu gambar untuh untuk mengurangi noise. Tapi, moda 48 MP tidak bisa dipakai di SmartPhoto.
HYPERLAPSE 8K
Mavic Air 2 adalah drone pertama yang menampilkan Hyperlapse 8K (baru tersedia pertengahan Mei 2020 lewat pembaruan firmware). Ada juga pilihan 4K, 2.7K, dan 1080.
Hyperlapse adalah fotografi timelapse yang memasukkan pergerakan kamera saat mengabadikan objek. Jika timelapse di posisi diam, hyperlapse terus bergerak. Sehingga dramatis. Selain itu, pengguna masih bisa mengoptimalkan video HDR maksimal 4K di 30 fps.
TERBANG 34 MENIT
Baterai Mavic Air 2 cuma 3.500 mAh, tapi waktu terbangnya 34 menit. Berkat perpaduan teknologi baterai, berat drone, desain aerodinamis, serta motor baru/ESC. Bandingkan dengan Mavic 2 Pro yang menggendong baterai 3.850 mAh tapi hanya 31 menit. Beda 3 menit saat terbang adalah waktu yang cukup lama. Dan lebih dari 30 menit waktu terbang terbilang luar biasa.
OCCUSYINC, 10 KM
Ketika Mavic Air pertama masih memakai koneksi wi-fi, maka Mavic Air 2 sudah memanfaatkan teknologi transmisi OcuSync 2.0 DJI. Dampaknya, jarak terbang terjauh Mavic Air 2 mencapai 10 kilometer. Sedangkan Mavic 2 Pro dan Mavic Mini hanya 8 km dan 4 km.
OcuSync 2.0 tidak hanya mampu memancarkan sinyal video 1080p (HD) dari wahana ke coontronler dengan latensi sangat terndah, tapi juga memiliki koneksi sangat stabil dan kuat jika dibanding wi-fi. Bahkan, dapat digunakan oleh dua controller berbeda. Teknologi OcuSync yang dipatenkan ini yang membuat DJI unggul dibanding kompetitornya.
OcuSync 2.0 mendukung interval frekuensi 2.4GHz dan 5.8GHz, dan otomatis beralih ke frekuensi berdasarkan kekuatan sinyal.
PALING PINTAR, PALING AMAN
Klaim DJI, selain terpintar, Mavic Air 2 adalah drone teraman. Ada sensor pendeteksi halangan di depan dan belakang. Juga sensor di bawah dengan lampu untuk membantu mendarat di malam hari. Fitur otonomnya pun diperbaiki lewat Advanced Pilot Assistance Systems (APAS) 3.0 baru, yang melebur teknologi pemetaan dan algoritma jalur penerbangan untuk pergerakan drone yang sangat halus. Teorinya, kemungkinan Mavic Air 2 untuk menabrak, rendah.
AIRSENSE
Fitur AirSense menerima sinyal yang disebut ADS-B dari pesawat dan helikopter, dan menampilkan lokasi mereka di layar pengontrol. Dampaknya, kita bisa melihat di layar smartphone jika ada pesawat yang mendekati drone. Mulanya hanya tersedia di Amerika.
REMOTE BARU
Remote baru DJI ini unik. Memang lebih besar. Tapi, jauh lebih enak digenggam. Lalu, tidak ribet di pasang karena posisi smartphone dijepit di bagian atas. Lebih enak dilihat, lebih enak digenggam, dan lebih enak dikendalikan.
VIDEO SINEMATIK
Untuk fitur video sinematik, Mavic Air 2 menyempurnakan fitur perekaman video otomatis FocusTrack yang ada di Mavic 2 Pro. Antara lain Spotlight 2.0, Point of Interest 3.0, dan ActiveTrack 3.
Spotlight 2.0 mulanya ada di Inspire 2, akan mengunci target agar berada di frame tapi tetap bisa mengendalikan gerakan drone. Point of Interest 3.0 memungkinkan kita mengatur rute terbang otomatis mengitari sebuah obyek.
Di ActiveTrack 3.0, drone terbang secara otonom mengikuti subyek menggunakan 3D mapping, memprediksi gerakan subyek, menghindari rintangan, dan mencari posisi terbaik untuk merekam. 4K 30 fps adalah resolusi maks. saat menggunakan ActiveTrack.
DJI FLY APP
DJI Mavic Air 2 dikendalikan lewat aplikasi DJI Fly App baru. Aneh juga, karena beda drone bisa berbeda aplikasi. Tapi, DJI ingin aplikasi ini jadi tempat kreator bisa merekam foto dan video terbaik dengan mudah.
KESIMPULAN
DJI Mavic Air 2 memang menarik. Posisinya adalah drone konsumen kelas menengah. Tapi, banyak fiturnya justru lebih baik dari model premium Mavic 2. Misalnya frame rate maksimal untuk 4K (60 fps vs 30 fps), desain lebih kompak, waktu terbang lebih lama, juga fitur intelligent camera baru.
(dan)