Quarter Life Crisis, Bikin Galau Kalangan Twenties

Sabtu, 02 Mei 2020 - 08:59 WIB
loading...
A A A
Sebagai pihak yang bisa mengukur sejauh mana hal itu mengganggu diri, Rika menekankan bahwa individu haruslah peka terhadap dirinya, apakah ia bisa mengatasi masalah ini sendiri, atau ia justru membutuhkan bantuan pihak lain yang lebih profesional.

Selain Rika, psikolog konselor Indah Puspitasari juga turut mengingatkan bahwa individu harus waspada kalau ada gejala psikosomatis berlebihan, seperti sulit tidur, penyakit maag, keringat dingin, atau ketergantungan terhadap obat atau rokok. Kalau beban pikiran sudah memunculkan gangguan fisik seperti itu, ia menyarankan agar individu segera mencari bantuan.

Terus, gimana, sih, cara mengatasi krisis ini? Remember, comparison is toxic. Jadi, stop membandingkan diri dengan orang lain. Kita gak akan pernah puas dan bahagia kalau masih sering membawa hidup orang lain ke dalam pikiran kita.

Dan yang terpenting, jangan lupa belajar untuk menerima apa adanya kemampuan diri agar lebih realistis dalam menentukan arah ke depan.

Dengan memiliki rencana realistis yang dapat dikelola sesuai batas kemampuan kita, kita dapat menghindari diri dari jenis krisis yang sama pada masa mendatang. It help us to be more grateful and more enjoying our own life. Cheers!


GenSINDO
Silmi Safriyantini
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(it)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1233 seconds (0.1#10.140)