CERMIN: Bukan Sekadar tentang Semesta Paralel, Juga tentang Pilihan dan Penyesalan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tahun 2017. Sebuah serial dari Jerman tayang di Netflix dan mengguncang dunia. Sebuah kisah tentang hilangnya dua orang anak yang berkelindan dengan kehidupan ganda hingga bagaimana peristiwa kehilangan tersebut mengguncang empat keluarga sekaligus.
Dark menjadi istimewa karena mencoba menginjeksikan isu tentang semesta paralel agar bisa dinikmati dengan lebih cair dan terutama logis. Meski pada akhirnya tak selalu mudah diikuti, tapi Dark memang membuat isu semesta paralel menjadi tontonan menarik sekaligus menantang.
Setelahnya semesta paralel tak hanya menghiasi serial Netflix lainnya seperti Bodies;film pemenang Oscar, Everything Everywhere All at Once, hingga film-film keluaran Marvel.
Layanan streaming Apple TV tak ingin ketinggalan dengan isu yang masih mengundang rasa penasaran ini. Mereka lamtas mengadaptasi novel sukses karya Blake Crouch rilisan 2016 berjudul Dark Matter. Novel tersebut dibongkar kembali oleh Blake, dirangkai ulang menjadi sebuah teka-teki dan serial dengan sembilan episode.
Entah Blake jarang menonton film dengan tema sejenis atau memang malas untuk mencari tahu, tapi Dark Matter tak menyajikan kisah istimewa. Hanya pengulangan dari cerita dengan napas yang sama.
Foto: Apple TV
Hanya saja kali ini kita melihat tokoh-tokohnya berperan ganda, menjalani kehidupan yang berbeda 100% dan mendengarkan bagaimana Blake menceramahi kita melalui karakter-karakter yang diciptakannya tentang pilihan dan penyesalan.
Protagonis kita bernama Jason (diperankan dengan cemerlang oleh Joel Edgerton) yang sekilas menjalani kehidupan bahagia. Punya rumah nan hangat, istri yang menawan, putra yang bertumbuh remaja, dan pekerjaan sebagai profesor di sebuah universitas.
Namun dalam beberapa kesempatan kita melihat bagaimana Jason terlihat diam-diam membenci hidup yang dijalaninya. Hidup yang menarik di mata orang lain bisa jadi membosankan di mata orang yang berbeda. Dan Jason menjalani semuanya tanpa keluh kesah.
Hingga suatu malam ia diculik. Sebuah zat disuntikkan ke dalam sistem peredaran darahnya dan membuat hidup yang dijalaninya lenyap seketika. Ketika ia terbangun ia mendapati hidupnya berubah dalam semalam.
Kini ia menjadi seorang pria supersukses dengan karier yang didambakan semua orang. Yang tak ia punya kini adalah seorang istri setia dan seorang putra yang melihatnya penuh kasih.
Foto: Apple TV
Blake yang mengadaptasi novelnya sendiri menjadi penulis skenario sekaligus menjadi kreator serial ini, juga mencoba bermain-main dengan perihal eksistensi. Sayangnya Blake tak memperlihatkannya, tapi malah memilih menggembar-gemborkannya melalui mulut Daniela (dimainkan dengan asyik oleh Jennifer Connelly) melalui kalimat-kalimat bombastis seperti “Sometimes we ask ourselves the big questions. Who am I? Who could I be?... We all know that our lives are marked by the choices that we make”.
Pilihan-pilihan yang dibuat Blake memang membuat Dark Matter tak istimewa dalam konteks cerita. Tapi pilihan menggabungkan dua kekuatan akting dahsyat dari Joel dan Jennifer adalah sebuah pilihan tepat. Keduanya aktor kaliber Oscar dan tahu bagaimana mengemban tanggung jawab berat terutama pada Joel yang menjadi pusat dari semesta cerita.
Dark Matter menjadi menyenangkan diikuti terutama karena melihat bagaimana Joel dan Jennifer bahu membahu meyakinkan penonton bahwa semesta paralel sesungguhnya eksis dan kita punya versi berbeda di semesta yang lain. Dalam konteks cerita, Dark Matter memang sekadar menggunakan isu semesta paralel sebagai plot device, dan inti cerita sesungguhnya adalah tentang menjalani hidup dengan risiko atas pilihan-pilihan yang telah kita lakukan sebelumnya.
Foto: Apple TV
Namundalam dua episode perdananya, sembari asyik mengikuti bagaimana dua versi Jason bertukar semesta, kita pun mengikutinya sembari berpikir. Apakah pilihan-pilihan yang sudah kita buat telah membuat hidup kita lebih baik?
Apakah pilihan-pilihan yang sudah ada dengan segala risikonya itu kelak tak akan menimbulkan penyesalanpada kemudian hari? Bagaimana pula kelak kita bisa berkelit dari prosesi mengenang yang telah lalu ketika kita tahu bahwa kita berada di semesta paralel yang salah?
Masih ada tujuh episode berikutnya dari Dark Matter yang bisa disaksikan di Apple TV. Sembari kita pun cemas-cemas berharap bahwa masih ada episode lain yang mencoba mengutip puisi dari T.S. Eliot sebagaimana yang ditampilkan dalam episode 2, “Footfalls echo in the memory/Down the passage which we did not take/Towards the door we never opened”.
Saya pun mengingat kembali pilihan-pilihan yang sudah saya ambil. Saya memutuskan tak melanjutkan dua tahun program co-ass demi menjadi dokter dan malah memilih menjadi pembuat film.
Saya memutuskan menjalani hidup sebagai ayah tunggal dengan dua orang anak perempuan. Saya memutuskan bahwa pilihan apa pun yang sudah saya ambil tak akan lagi diikuti oleh kata penyesalan.
Dark Matter
Produser: Jeff MacVittie, Jacqueline Ben-Zekry, Dustin Bernard
Penulis Skenario: Blake Crouch, Megan McDonnell, Jacqueline Ben-Zekry, Ihuoma Ofordire
Sutradara: Jakob Verbruggen, Roxann Dawson, Logan George, Celine Held, Alik Sakharov
Pemain: Joel Edgerton, Jennifer Connelly, Alice Braga
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
Dark menjadi istimewa karena mencoba menginjeksikan isu tentang semesta paralel agar bisa dinikmati dengan lebih cair dan terutama logis. Meski pada akhirnya tak selalu mudah diikuti, tapi Dark memang membuat isu semesta paralel menjadi tontonan menarik sekaligus menantang.
Setelahnya semesta paralel tak hanya menghiasi serial Netflix lainnya seperti Bodies;film pemenang Oscar, Everything Everywhere All at Once, hingga film-film keluaran Marvel.
Layanan streaming Apple TV tak ingin ketinggalan dengan isu yang masih mengundang rasa penasaran ini. Mereka lamtas mengadaptasi novel sukses karya Blake Crouch rilisan 2016 berjudul Dark Matter. Novel tersebut dibongkar kembali oleh Blake, dirangkai ulang menjadi sebuah teka-teki dan serial dengan sembilan episode.
Entah Blake jarang menonton film dengan tema sejenis atau memang malas untuk mencari tahu, tapi Dark Matter tak menyajikan kisah istimewa. Hanya pengulangan dari cerita dengan napas yang sama.
Foto: Apple TV
Hanya saja kali ini kita melihat tokoh-tokohnya berperan ganda, menjalani kehidupan yang berbeda 100% dan mendengarkan bagaimana Blake menceramahi kita melalui karakter-karakter yang diciptakannya tentang pilihan dan penyesalan.
Protagonis kita bernama Jason (diperankan dengan cemerlang oleh Joel Edgerton) yang sekilas menjalani kehidupan bahagia. Punya rumah nan hangat, istri yang menawan, putra yang bertumbuh remaja, dan pekerjaan sebagai profesor di sebuah universitas.
Namun dalam beberapa kesempatan kita melihat bagaimana Jason terlihat diam-diam membenci hidup yang dijalaninya. Hidup yang menarik di mata orang lain bisa jadi membosankan di mata orang yang berbeda. Dan Jason menjalani semuanya tanpa keluh kesah.
Hingga suatu malam ia diculik. Sebuah zat disuntikkan ke dalam sistem peredaran darahnya dan membuat hidup yang dijalaninya lenyap seketika. Ketika ia terbangun ia mendapati hidupnya berubah dalam semalam.
Kini ia menjadi seorang pria supersukses dengan karier yang didambakan semua orang. Yang tak ia punya kini adalah seorang istri setia dan seorang putra yang melihatnya penuh kasih.
Foto: Apple TV
Blake yang mengadaptasi novelnya sendiri menjadi penulis skenario sekaligus menjadi kreator serial ini, juga mencoba bermain-main dengan perihal eksistensi. Sayangnya Blake tak memperlihatkannya, tapi malah memilih menggembar-gemborkannya melalui mulut Daniela (dimainkan dengan asyik oleh Jennifer Connelly) melalui kalimat-kalimat bombastis seperti “Sometimes we ask ourselves the big questions. Who am I? Who could I be?... We all know that our lives are marked by the choices that we make”.
Pilihan-pilihan yang dibuat Blake memang membuat Dark Matter tak istimewa dalam konteks cerita. Tapi pilihan menggabungkan dua kekuatan akting dahsyat dari Joel dan Jennifer adalah sebuah pilihan tepat. Keduanya aktor kaliber Oscar dan tahu bagaimana mengemban tanggung jawab berat terutama pada Joel yang menjadi pusat dari semesta cerita.
Dark Matter menjadi menyenangkan diikuti terutama karena melihat bagaimana Joel dan Jennifer bahu membahu meyakinkan penonton bahwa semesta paralel sesungguhnya eksis dan kita punya versi berbeda di semesta yang lain. Dalam konteks cerita, Dark Matter memang sekadar menggunakan isu semesta paralel sebagai plot device, dan inti cerita sesungguhnya adalah tentang menjalani hidup dengan risiko atas pilihan-pilihan yang telah kita lakukan sebelumnya.
Foto: Apple TV
Namundalam dua episode perdananya, sembari asyik mengikuti bagaimana dua versi Jason bertukar semesta, kita pun mengikutinya sembari berpikir. Apakah pilihan-pilihan yang sudah kita buat telah membuat hidup kita lebih baik?
Apakah pilihan-pilihan yang sudah ada dengan segala risikonya itu kelak tak akan menimbulkan penyesalanpada kemudian hari? Bagaimana pula kelak kita bisa berkelit dari prosesi mengenang yang telah lalu ketika kita tahu bahwa kita berada di semesta paralel yang salah?
Masih ada tujuh episode berikutnya dari Dark Matter yang bisa disaksikan di Apple TV. Sembari kita pun cemas-cemas berharap bahwa masih ada episode lain yang mencoba mengutip puisi dari T.S. Eliot sebagaimana yang ditampilkan dalam episode 2, “Footfalls echo in the memory/Down the passage which we did not take/Towards the door we never opened”.
Saya pun mengingat kembali pilihan-pilihan yang sudah saya ambil. Saya memutuskan tak melanjutkan dua tahun program co-ass demi menjadi dokter dan malah memilih menjadi pembuat film.
Saya memutuskan menjalani hidup sebagai ayah tunggal dengan dua orang anak perempuan. Saya memutuskan bahwa pilihan apa pun yang sudah saya ambil tak akan lagi diikuti oleh kata penyesalan.
Dark Matter
Produser: Jeff MacVittie, Jacqueline Ben-Zekry, Dustin Bernard
Penulis Skenario: Blake Crouch, Megan McDonnell, Jacqueline Ben-Zekry, Ihuoma Ofordire
Sutradara: Jakob Verbruggen, Roxann Dawson, Logan George, Celine Held, Alik Sakharov
Pemain: Joel Edgerton, Jennifer Connelly, Alice Braga
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
(ita)