Penjelasan Ending Drakor Doona!, Won-Jun dan Doo-Na Putus?
loading...
A
A
A
Sayangnya, Won-jun merasa tak punya kekuatan untuk menjalani gaya hubungan mereka yang baru. Ia mengatakan akan menjalani wajib militer, yang secara tidak langsung menyatakan ia ingin putus dari Doo-na.
Meski Doo-na mengatakan ia akan menunggu Won-jun, tapi Won-jun tetap bersikukuh dengan keputusannya. Meski begitu, saat scene perpisahan mereka di stasiun kereta bawah tanah, Doo-na menangis saat di kereta, sementara Won-jun yang masih terpaku di stasiun juga ikut menangis.
Setelah bertahun-tahun berlalu, termasuk Won-jun yang menjalani wamil, keduanya bertemu kembali dalam keadaan kikuk. Mereka juga langsung berpisah setelah tak lama berbincang.
Kesal dengan pertemuan yang hambar itu, Doo-na lantas datang ke apartemen Won-jun dan menumpahkan uneg-unegnya. Ia mengatakan bahwa kini hidupnya sudah bahagia, bahwa dirinya sudah punya karier yang bagus, bisa tidur nyenyak, punya teman-teman yang baik, dan tak lagi membutuhkan Won-jun untuk bahagia.
Meski begitu, ia menuntut permintaan maaf dari Won-jun karena keputusannya untuk mereka berpisah pada beberapa tahun yang lalu. Sambil menangis, Won-jun pun meminta maaf. Keduanya akhirnya berpelukan sambil menangis bersama.
Momen ini tampaknya adalah final dari hubungan asmara mereka. Adegan tersebut bisa diinterpretasikan bahwa keduanya sudah menerima kenyataan dan berdamai dengan takdir bahwa cinta mereka dulu terpisah karena kondisi, dan mereka gagal memperjuangkannya.
Pada ujung atau ending Doona! episode 9, keduanya digambarkan berada di gedung yang sama di Jepang, tapi sudah menjalani hidup yang berbeda, dan tak berpapasan sama sekali. Memang sempat digambarkan bahwa Doo-na menoleh ke belakang alias ke arah Won-jun, tapi tak jelas betul apakah ia menyadari Won-jun ada di sana atau tidak. Adegan ini tampaknya bisa diartikan bahwa mereka kini telah menjalani hidupnya masing-masing, di jalan yang berbeda.
Bisa diinterpretasikan, bahwa Doona! adalah kisah tentang perjalanan panjang mencari diri sendiri dan kebahagiaan hidup, lengkap dengan segala belokan nasib dan pertemuan dengan banyak orang. Di antara perjalanan itu, ada orang-orang yang akan meninggalkan jejak mendalam, meski pada akhirnya tak bisa ikut mendampingi saat tiba di tujuan.
Meski Doo-na mengatakan ia akan menunggu Won-jun, tapi Won-jun tetap bersikukuh dengan keputusannya. Meski begitu, saat scene perpisahan mereka di stasiun kereta bawah tanah, Doo-na menangis saat di kereta, sementara Won-jun yang masih terpaku di stasiun juga ikut menangis.
Setelah bertahun-tahun berlalu, termasuk Won-jun yang menjalani wamil, keduanya bertemu kembali dalam keadaan kikuk. Mereka juga langsung berpisah setelah tak lama berbincang.
Kesal dengan pertemuan yang hambar itu, Doo-na lantas datang ke apartemen Won-jun dan menumpahkan uneg-unegnya. Ia mengatakan bahwa kini hidupnya sudah bahagia, bahwa dirinya sudah punya karier yang bagus, bisa tidur nyenyak, punya teman-teman yang baik, dan tak lagi membutuhkan Won-jun untuk bahagia.
Meski begitu, ia menuntut permintaan maaf dari Won-jun karena keputusannya untuk mereka berpisah pada beberapa tahun yang lalu. Sambil menangis, Won-jun pun meminta maaf. Keduanya akhirnya berpelukan sambil menangis bersama.
Momen ini tampaknya adalah final dari hubungan asmara mereka. Adegan tersebut bisa diinterpretasikan bahwa keduanya sudah menerima kenyataan dan berdamai dengan takdir bahwa cinta mereka dulu terpisah karena kondisi, dan mereka gagal memperjuangkannya.
Pada ujung atau ending Doona! episode 9, keduanya digambarkan berada di gedung yang sama di Jepang, tapi sudah menjalani hidup yang berbeda, dan tak berpapasan sama sekali. Memang sempat digambarkan bahwa Doo-na menoleh ke belakang alias ke arah Won-jun, tapi tak jelas betul apakah ia menyadari Won-jun ada di sana atau tidak. Adegan ini tampaknya bisa diartikan bahwa mereka kini telah menjalani hidupnya masing-masing, di jalan yang berbeda.
Bisa diinterpretasikan, bahwa Doona! adalah kisah tentang perjalanan panjang mencari diri sendiri dan kebahagiaan hidup, lengkap dengan segala belokan nasib dan pertemuan dengan banyak orang. Di antara perjalanan itu, ada orang-orang yang akan meninggalkan jejak mendalam, meski pada akhirnya tak bisa ikut mendampingi saat tiba di tujuan.
(ita)