CERMIN: Visual Melawan Cerita, Mana yang Menang?

Rabu, 31 Mei 2023 - 18:15 WIB
loading...
CERMIN: Visual Melawan Cerita, Mana yang Menang?
Serial Indonesia A+ menyajikan premis cerita dan sinematografi yang apik, sayangnya banyak lubang dalam skenarionya. Foto/Prime Video
A A A
JAKARTA - Tahun 2020. Sebelum pandemi menyelimuti seluruh dunia, saya membesut miniseri yang diadaptasi dari cerita bersambung di Wattpad berjudul Asya Story.

Sudah lebih dari lima tahun saya aktif menyemangati penulis-penulis baru untuk menyeriusi penulisan skenario. Melalui kelas-kelas skenario yang diselenggarakan, kami selalu menekankan beberapa hal termasuk soal adaptasi cerita.

Baca Juga: CERMIN: Ketika Walt Disney Studio Membalikkan Prasangka Rasisme

Bahwa penulis skenario sesungguhnya tak berutang apa pun pada materi asli. Penulis skenario hanya bertugas mengadaptasinya menjadi materi cerita yang lebih baik, bukan sekadar memindahkan dari medium tulisan menjadi visual.

Pemahaman itu saya pegang teguh ketika mengadaptasi Asya Story.Ketika memutuskan untuk mengadaptasinya, cerita bersambung tersebut sudah dibaca lebih dari 30 juta kali di Wattpad. Buat sebagian pembuat film, bebannya mungkin adalah bagaimana menyenangkan pembaca ceritanya yang kelak akan tertarik menyaksikan miniserinya. Buat saya pribadi, tantangannya adalah bagaimana mengadaptasi cerita tersebut menjadi materi yang lebih baik.

CERMIN: Visual Melawan Cerita, Mana yang Menang?

Foto: Prime Video

Maka perombakan besar-besaran pun dilakukan. Banyak sekali hal-hal yang menurut kami tak logis di cerita terpaksa disesuaikan dan kami berfokus pada bagaimana cerita ini menyoroti seorang korban perkosaan menjalani hari-harinya yang penuh sengsara setelahnya. Sementara dalam cerita aslinya lebih berfokus pada cara korban perkosaan kelak diselamatkan pangeran tampan dan ehm …. everything’s gonna be alright just like that.

Serial A+ yang tayang di Prime Video juga diadaptasi dari cerita bersambung populer di Wattpad. Premisnya sesungguhnya menarik, yaitu tentang lima siswa/siswi berprestasi di sebuah sekolah elite yang membongkar sistem busuk di sekolah mereka. Menariknya, memang premis menarik ini tak dibarengi dengan cara bercerita yang runut dan fokus.

Dalam enam episode, kita akan berkenalan dengan lima karakter utama: ada Kai, siswi baru yang masuk ke sekolah elite tersebut hanya karena diwasiatkan oleh almarhum ayahnya. Kai yang cerdas bisa begitu saja masuk ke sekolah yang tak pernah ia cari tahu sebelumnya bagaimana sistem belajarnya, lingkungan sekolahnya dan seterusnya. Kita sebagai penonton dipaksa maklum saja dengan cerita yang sekadar ingin Kai masuk ke dalam sistem bobrok.

Sebelum Kai, ada empat siswa lainnya dengan karakter yang sesungguhnya dibangun menarik. Mereka yaitu Re, cowok pintar sekaligus pemberontak (yang digambarkan seperti ensiklopedia berjalan). Lalu Kenan, siswa teladan tak banyak ulah yang menjadi favorit para cewek (yang dirasa cukup hanya digambarkan dalam satu adegan formulaik).

CERMIN: Visual Melawan Cerita, Mana yang Menang?

Foto: Prime Video

Berikutnya ada Ale, cewek bergaya gotik yang awalnya digambarkan terisolasi (lantas dengan mudah berbaur begitu saja dengan empat siswa lainnya) dan Aurora, putri direktur sekolah sekaligus penari balet jempolan (yang awalnya juga digambarkan sebagai princess yang karakternya luntur dengan mudah begitu saja).

Dengan inkonsistensi karakter tersebut, cerita pun berjalan dengan segala cara agar setia dengan materi aslinya. Akibatnya fatal. Bolong cerita tampak di banyak tempat, plot twist ala-ala yang muncul begitu saja tanpa ada petunjuk demi petunjuk samar yang disebar sebelumnya dan terutama bagaimana cerita tak tampak berusaha keras untuk fokus pada plot utama yaitu tentang upaya siswa/siswi cerdas membongkar kebobrokan sistem di sekolah mereka.

Subplot demi subplot yang tak menyumbang apa pun bagi plot utama bertebaran di mana-mana yang seharusnya bisa dipangkas agar cerita menjadi lebih solid tersaji bagi penonton.

Padahal visual serial A+bisa jadi adalah visual terbaik yang pernah disajikan oleh sebuah serial lokal. Sinematografer Edi Michael dan penata artistik Allan Sebastian bekerja sama sangat padu menyajikan visual yang enak sekali dipandang mata. Cantik dari segala arah dan sering kali terasa bisa menambal banyaknya bolong dari sajian cerita.

CERMIN: Visual Melawan Cerita, Mana yang Menang?

Foto: Prime Video

Kredit juga perlu diberikan untuk Nurra Datau yang tampil cemerlang sebagai karakter utama. Menariknya memang meski karakternya terasa sering tak konsisten (sebagaimana karakter lainnya), kesan kuat dari Kai yang seorang pemimpin dan pemberani masih bisa kita dapatkan berkat karisma dari Nurra.



Di balik semua kekurangannya, serial A+adalah sebuah langkah maju bagi serial lokal yang kini mulai beranjak dari cerita-cerita basi yang mudah sekali ditemukan dalam sinetron maupun FTV. Ada keinginan besar dari Falcon Pictures untuk menyajikan serial yang tak sekadar menyajikan visual cantik tapi juga cerita segar dan berbeda.

Namun semoga ke depannya pembuat film/serial/miniseri tak perlu lagi merasa perlu setia betul ke materi cerita asli jika memang dibutuhkan pembongkaran besar-besaran agar kualitas skenario adaptasinya menjadi lebih solid. Memang perlu keberanian untuk menyejajarkan visual dan cerita, bahwa keduanya sesungguhnya perlu berjalan saling beriringan.


A+
Produser: Frederica
Penulis Skenario: Titien Wattimena
Sutradara: Fajar Bustomi
Pemain: Nurra Datau, Antonio Blanco Jr, Ziva Magnolya

Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
(ita)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3477 seconds (0.1#10.140)