CERMIN: Masih Adakah Tempat untuk Cerita tentang Poligami?

Sabtu, 25 Maret 2023 - 07:38 WIB
loading...
CERMIN: Masih Adakah Tempat untuk Cerita tentang Poligami?
Serial Saiyo Sakato menampilkan cerita tentang poligami dari sudut pandang yang tak biasa. Foto/Netflix
A A A
JAKARTA - Tahun 2006. Nia Dinata yang baru saja mengagetkan dengan Arisan 3 tahun sebelumnya kembali datang dengan Berbagi Suami. Dan kita kembali kaget dengan keberaniannya mengangkat isu poligami.

Sampai hari ini, pada 2023, poligami masih menjadi isu yang sensitif. Pasca Berbagi Suami, beberapa film mengangkatnya dari sisi religi sehingga terasa kehilangan sisi humanismenya. Berbeda dengan Berbagi Suamisebagai pelopor yang berani memperlihatkan apa yang memang kita lihat sehari-hari tentang poligami.

Kita diperlihatkan kisah seorang dokter yang awalnya tak ikhlas ketika tahu suaminya menikah lagi, kita masuk ke dalam dunia seorang sopir rumah produksi beristri tiga dalam satu rumah yang sama, dan kita melihat seorang laki-laki yang sedang puber kedua dan ngebet ingin menikah lagi.

Lalu film dan terutama sinetron mendramatisasi isu poligami hingga terasa overrated. Tak ada upaya melihat poligami dari sudut pandang yang menarik. Hanya selalu mengkonfrontasi soal istri pertama dan istri kedua tapi tidak melihat keduanya sebagai manusia biasa.

CERMIN: Masih Adakah Tempat untuk Cerita tentang Poligami?


Saiyo Sakatomelakukan yang jarang dilakukan oleh sinetron-sinetron tersebut. Isu poligami diletakkan sebagai pusat bagi cerita dan mendorong konflik yang seakan tak ada habisnya. Dalam serial 10 episode yang kembali ditayangkan di Netflix tersebut, istri kedua tak melulu perlu disalahkan dan istri pertama pun tak melulu selalu benar. Sekali lagi, keduanya manusia biasa.

Gina S Noer selaku kreator membawa kita bertemu dengan dua tokoh penggerak cerita: Mar (Cut Mini) dan Nita (Nirina Zubir). Keduanya bertemu dalam sebuah situasi ajaib. Zul (Lukman Sardi), suami mereka, meninggal tiba-tiba.

Kita tak paham alasan meninggalnya dan juga memang tak perlu penjelasan lebih panjang. Selama hidupnya Zul mendedikasikan diri mengembangkan kecintaannya pada dunia kuliner melalui rumah makan Padang yang diberinya nama Saiyo Sakato.

Dalam bahasa Indonesia, Saiyo Sakato artinya seiya sekata. Bisa jadi doa bagi Zul untuk keluarganya agar selalu seiya sekata dalam menjalani hidup. Tapi ketika ia meninggal, keluarganya justru terbelah dan tak seiya sekata lagi.

CERMIN: Masih Adakah Tempat untuk Cerita tentang Poligami?


Mar tak pernah tahu keberadaan Nita sebelumnya yang dinikahi secara sah oleh Zul dan telah melahirkan seorang putra yang lucu bernama Budi. Bagi Mar, hidupnya seketika hancur berantakan. Bukan saja ia kehilangan seorang yang dikasihinya seumur hidup, ia juga menemukan fakta bahwa suaminya telah membohonginya selama delapan tahun.

Seperti yang selalu kita bayangkan tentang istri pertama, maka begitulah sosok Mar. Merasa superior atas Nita dan dengan gampang menginjak-injak harga diri Nita. Ini membuat Nita marah besar dan mengumumkan perang. Nita mendirikan rumah makan bernama sama tepat di seberang rumah makan yang sudah dikelola Zul dan Mar selama puluhan tahun.

Nita justru bukan tipe istri kedua sebagaimana yang banyak digambarkan di sinetron. Ia tak hidup dari belas kasihan suaminya. Ia menempa dirinya menjadi perempuan mandiri.



Maka ketika suaminya meninggal, ia masih bisa melanjutkan hidup. Tak memperebutkan harta warisan. Hanya satu yang ia perjuangkan: harga dirinya melalui nama Saiyo Sakato itu.

Kita seperti melihat kondisi Indonesia versi mini dalam serial berdurasi sekitar 30 menit tiap episode itu. Konflik-konflik yang tersaji di dalamnya adalah konflik yang dengan mudah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.

Karakter-karakter di dalamnya juga bisa saja adalah kita dalam kehidupan nyata. Mungkin saja ibu kita adalah Mar atau Nita dan mungkin saja kita adalah Zaenal dan Nisa yang selaku anak Zul diharapkan meneruskan usaha rumah makan keluarga.

CERMIN: Masih Adakah Tempat untuk Cerita tentang Poligami?

Foto: Netflix

Seperti belum lengkap, drama demi drama itu tak melulu berkutat di keluarga inti tapi juga menyisir adik, paman, bibi, hingga sosok nenek yang sekilas otoriter. Saya tak terlalu paham budaya Minang tapi setahu saya budaya ini memang menganut sistem matrilineal sehingga sosok ibu sangat berpengaruh dalam kehidupan keluarga. Semua tersaji dalam porsi yang pas dalam Saiyo Sakato.

Lantas kita sadar bahwa sebenarnya bukan isu poligami yang overrated melainkan cara kreator untuk mengulik sisi-sisi menarik yang masih banyak belum diceritakan. Sering kali memang kita hanya tergoda dengan isu yang sekilas 'seksi' seperti poligamitapi kita tak mau bekerja lebih keras menyajikan perspektif yang berbeda dari yang sudah pernah disajikan sebelumnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1912 seconds (0.1#10.140)